Rabu, 26 November 2008

lihat lebih jauh, baru nilai sendiri..

KRITIK
6 huruf dengan spesifikasi 4 huruf konsonan serta 2 huruf vokal. Dalam kondisi netral, makna kata ini tentu berada dalam ranah positif. Apalagi jika situasi menempatkan kita dalam kondisi si pengkritik, bukannya sebaliknya, yang di kritik.
Kritik diharapkan akan membuat sebuah perubahan ke arah yang lebih baik pada sebuah hal yang sedang menjadi objek.
Namun, tiba-tiba muncul pertanyaan dalam benak saya, apakah selalu sang pengkritik memang menginginkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik, bukan hanya sekedar semangat memojokkan dengan topeng sok peduli?
Jangan di masukkan dalam hati, karena pikiran ini bisa jadi hanya prasangka saya yang terkadang terlalu picik. Tidak mau melihat kelemahan dalam diri, sehingga ada semacam rasa tidak rela jika kesalahan saya diumbar dengan wejangan coba kalo, masa gini sih? kan bisa..., kenapa jadinya gini? dan sejuta kalimat tak sejalan yang menunjukkan betapa kami tidak sejalan dalam pemikiran.

sebenarnya saya sama sekali tidak sedang menuai kritik, yeah, tidak secara langsung tepatnya..

semalam, saat sedang menikmati indomie telur kornet di warung tenda dekat kantor, ada sekelompok orang yang tidak saya kenal sama sekali, menyebut-nyebut betapa buruknya program yang saya pegang. Saat mendengar perbincangan mereka, sungguh saya sama sekali tidak merasa sakit hati atau sebangsanya. sebaliknya saya malah mendengar dengan amat cermat, saat mereka membeberkan alasan mengapa program saya mendapat label buruk. Mulai dari faktor kostum yang katanya sangat tidak good looking, pemilihan bintang tamu yang terlalu over talk mengalahkan dokter yang seharusnya lebih memiliki kapabilitas, sampai konsep senam yang dilakukan di ruang tamu sehingga sangat terasa tidak macth.

sebuah kritik yang membangun, jujur seperti itulah tanggapan saya dalam hati..
sampai pada akhirnya saya tahu, ternyata poin-poin kritik itu sama sekali bukanlah ide orisinil mereka. Ternyata mereka baru mengikuti sebuah kelas yang di mentori oleh seorang pengamat mode yang membahas mengenai bagaimana membuat sebuah program televisi yang baik.

ironisnya, celetukan mereka di warung tenda merupakan copy paste dari sang mentor. barulah saya sadar, mereka sama sekali bukan mengkritik, tapi lebih pada sikap nyinyir..

andaikan mereka tahu sepenuhnya proses yang terjadi di belakang layar, andai mereka tahu apa yang terjadi dalam peerhelatan sebelum program ini ditayangkan..

entahlah, dalam kondisi ini saya berharap ada dalam posisi tawar, yang tidak memiliki kepentingan apapun untuk membela atau menyepakati.

namun sayangnya, tidak bisa berada dalam posisi tawar.

untuk program yang dijadikan ajang mencemooh itu, kebetulan terisi oleh klien yang mau tidak mau kami sebagai tim produksi haruslah menservice, mengikuti kemauannya, agar pundi-pundi rupiah dapat mengalir, sehingga program kami dapat masuk dalam program menghasilkan. agar divisi kami bisa mensupport divisi lain yang tidak bisa menerima klien demi objektivitas tayangan, demi kenetralan dalam pemberitaan.

seperti kesalahan dalam memilih bintang tamu, si bintang tamu ini murni request dari klien..

soal pengadaan senam dengan konsep di ruang tamu, budget kami terbatas untuk mengadakannya di luar ruangan. pendek kata kami tak berdaya untuk memenuhi tuntutan dari si pengkritik..

terimakasih saya haturkan pada si pengkritik, dia telah memberikan penilaian objektif. karena dia sama sekali tidak terlibat, tidak juga memiliki kepentingan. dia hanya mencontohkan produk gagal yang patut dijadikan contoh buruk.
saya bersyukur, didatangkan orang seperti si pengamat mode yang membuka mata saya. semoga dalam waktu mendatang, kritik ini dapat membangun, untuk perbaikan di masa mendatang.

yang saya sayangkan, adalah sikap nyinyir sekelompok orang yang tidak tahu apa-apa. menyedihkannya, mereka satu tim dengan saya, tim dalam pengertian luas tentunya. kami bernaung dalam bendera perusahaan yang sama. bukankah kami seharusnya saling mendukung? bukannya saling menjatuhkan, dengan ekspektasi merekalah yang paling baik.

kejadian ini membuat saya berkaca. belajar untuk melihat masalah dari banyak sudut pandang. semoga pelajaran ini dapat menjadi guru bagi saya. agar lebih baik dalam melangkah, dan semoga ini bisa menjadi guru kebijaksanaan.
tentu bagi saya sendiri..
tak perlulah untuk para orang nyinyir itu
ups...
tidak...
saya harap
untuk kita semua
tanpa kecuali
tentu untuk dunia
agar lebih nyaman untuk kita tinggali...

Sabtu, 22 November 2008

puisi norak yg baru mo belajar mandiri


ada semburat senja di sini

mungkin hari akan habis sebentar lagi

namun aku belum juga menghasilkan

belum juga memberi guna

bagi emak,

bagi abah

juga bagi adikku semata wayang


aku hanya mampu berdiri

dengan kedua kaki

dan semoga..

sedikitnya aku tetap begini

kalau bisa sih lebih lagi..

Selasa, 11 November 2008

sebuah titik balik

saya sedang diselimuti atmosfer persahabatan. ada sejuta rindu pada beberapa teman yang rasanya sekarang sangat jauh dari jangkauan. bukan..bukan kami sedang bermusuhan, hanya saja ternyata jarak yang membentang sangat berpotensi merenggangkan relationship yang telah terjalin.
teknologi memang sudah sedemikian canggihnya, lewat ponsel kita bisa bercakap-cakap meski berada di tempat berbeda. namun, saya masihlah orang kuno yng rasanya tetap membutuhkan komunikasi tatap muka.
seberapapun dekatnya saya dengan mereka dahulu, kini terasa ada yang kosong saat kami berbincang. saya tercengang mendapati fakta, ternyata emosi yang terlibat tidak sebegitunya, seperti dahulu, saat kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama.
namun, pertanyaan siapa saja sahabatmu? pertanyaan ini demikian menohok ulu hati..
saya tidak memiliki jawaban itu, sama sekali tidak.. saya menyayangi banyak teman, saya dekat dengan beberapa orang, bahkan orang yang saya percaya untuk mengemban rahasia terdalam pun tidak hanya segelintir manusia.
apakah mereka semua sahabat saya?
saya tidak tahu..
bukannya saya tidak menganggap mereka sahabat. saya menyayangi mereka semua, saya selalu merindukan mereka semua..
namun, yang saya ragu adalah makna dari kata 'sahabat' itu sendiri?
sebenarnya apa sih arti kata sahabat ini?
dulu waktu SMA saya memiliki teman sebangku yang dekat sekali. Iyan namanya. kami sering menghabiskan waktu bersama, berbagi suka maupun duka. begitu lulus, kami memilih jurusan kuliah yang berbeda, bahkan bertolak belakang. sampai sekarang pun saya masih menjalin komunikasi dengannya. hanya saja, kok rasanya ada yang beda ya..
saya merasa, bercakap-cakap dengannya sudah tidak semenyenangkan dulu. sampai saya menyadari satu hal, dunia kami begitu berbeda kini. dia yang bekerja dalam dunia medis dengan jadwal yang cenderung teratur dan pasti. sebaliknya, saya berkecimpung pada dunia media yang dinamis luar biasa. keteraturan menjadi hal yang hampir mustahil bagi saya. saya tahu, saya masih menyayanginya, saya tahu, dia tetaplah orang yang bisa saya percaya, dia tetaplah orang yang bisa saya mintai tolong saat saya membutuhkan, pun demikian sebaliknya. namun, ada sesuatu yang hilang. kesamaan kami yang dulu begitu banyak kini telah berkurang.
masuk dalam bangku kuliah, saya menemukan beberapa orang teman. Ada Era, Ani, dan Dini. mereka memberi warna baru dalam dunia saya. banyak juga pengalaman seru yang saya rajut bersama mereka. meski kami tidak bertengkar, perlahan dan pasti kedekatan kami memudar. Sampai sekarang mereka tetap menjadi teman bercerita, namun entah mengapa, ikatan emosi yang terjalin pun tidak seperti dulu.
masih ada nama-nama lain, seperti Icha, Doni,dan Pry. sama seperti sebelumnya, kini saya merasa jauh dengan mereka.
di kosan, ada Diah, Nungky, dan Mbak Onna. lagi-lagi jarak membuat kami tidak lagi sedekat dahulu.
memasuki dunia kerja, semua orang di kantor dapat saya anggap sahabat. namun begitu saya berpindah kantor, hanya beberap orang saja yang sampai kini masih terasa dekat di hati.
tiba-tiba ada ke khawatiran menyeruak. mungkin nanti, akan tiba saatnya, orang yang kini masih dekat di hati ini pun akan berlalu. membentuk lembaran memori. dengan ikatan emosi yang lebih lemah. bisa jadi akan datang orang baru menggantikan teman-teman lama.
ada ketakutan, apakah saya tipe teman yang tidak setia? apakah saya bukanlah teman yang baik?
tidaklah perlu saya menyebutkan, nama-nama yang kini begitu memberi arti..
aku hanya bisa mengatakan, saya menyayangi kalian..
sampai saat saya menulis ini..
semoga, emosi ini tidak pernah memudar
sampai ada orang-orang baru
meski pada saatnya nanti
jarak dan waktu memisahkan
tidak ada lagi gumanan dalam hati kecil
"memang meraka sudah waktunya pergi..."

Selasa, 04 November 2008

Oh Obama





Seakan nyaris semua dunia bersorak, terkait kemenangan obama atas Mc Cain dalam electrocal votes. Di Indonesia sendiri euforia kemenangan Barack Obama masih kental terasa. Bahkan, di SD Menteng, tempat Obama sempat mengenyam pendidikan juga menggelar acra nonton bareng yang katanya bertujuan untuk memberi inspirasi pada para murid untuk mencontoh kesuksesan Obama, karena si Barry ini pernah bersekolah di sana.


Saya pribadi adalah pengangum Obama, namun kok ya miris sekali rasanya melihat reaksi bangsa kita yang serba hiperbolis memandang ikatan Indonesia dengan Obama. Semua seolah berlomba menjadi bagian dari sejarah perjalanan my sweet Barry. Rasnya kok ya tidak realistis gituh.


Mari kita coba telaah, seorang Obama dari beberapa perspektif. Obama yang pernah tinggal di Indonesia saat duduk di bangku SD (pun hanya beberapa tahun) tentu jenjang SD sama sekali tidak bisa disebutkan sebagi tempat yang membetuk pola pikir kritisnya. Jadi, apa yang patut dibanggakan, apalagi dangan fakta bahwa Obama sebenarnya tidak betah di Indonesia, terbukti Obama lebih memilih tinggal bersama sang nenek di banding tinggal dengan ibu kandungnya sendiri.

selama menjadi senator di illisionis pun, Obama tidak pernah menyentuh isu di kawasan Asia Tenggara. Obama lebih tertarik menganggakat issue seputar Korea utara dan China terkait masalah nuklir ataupun Jepang dengan permasalahan ekonomi. Jelaslah Obama sama sekali tidak tertarik dengan Indonesia, meskipun dirinya pernah menghirup udara tanah air tercinta.


Terlepas keterkaitan dengan Indonesia, sosok Obama tetap layak menjadi perbincangan, dengan berbagai pembaharuan-pembaharuan yang di buatnya. Menggunakan kemajuan teknologi sebagai mesin kampanya. Bahkan, Obama berusaha meraih simpati dengan mengirimkan pesan singkat pada sekitar 2,9 juta warga AS dari ponsel pribadinya. Belum lagi layanan Obama 08 yang bisa di akses melalui iphone. Jejaring sosial My Bo pun dilansir merupakan strateginya untuk menggandeng pemilih muda.


Cukup ironis dengan kubu lawannya, MC Cain yang mengaku tidak tanggap teknologi. bahkan senator veteran inipun mengaku tidak bisa mengakses email. kelemahan ini dijadikan semacam blck hole oleh kubu Obama. namun, MC Cain pernah mengklaim, bahwa penemuan BlackBerry tidak terlepas dari jasa-jasa wakil partai Republik ini. Tentu saja pengakuan tim sukses ini langsung menjadi bahan cemoohan. Bagaimana mungkin seseorang dapat menciptakan BlackBerry, jika membuka email saja tidak bisa?


Kembali lagi ke Barrack Obama. Jika pria keturunan afro Amerika ini menduduki tampuk kekuasaan, sebenarnya tidaklah akan banyak memberikan pengaruh bagi Indonesia. Hal yang paling mudah untuk diprediksi adalah kemungkinan Indonesia tidaklah lagi sulit memperkenalkan eksistensinya dimata dunia, karena presiden AS memiliki ayah tiri yang keturunan Indonesia, sekali lagi bukan karena Obama pernah tinggal di Indonesia.


Jika ditarik mundur ke belakang, sebenarnya strategi kampanye yang diterapkan di negeri paman Sam ini sangat aplikatif. Hm..seandainya bisa dipraktekan di Indonesia. Tim sukses dari masing-masing calon sampai sang senator tidak akan sungkan melakukan door to door untuk menggalang dukungan. Bahkan satu rumah bisa dikunjungi tim sukses 2-3 kali. Kedatangan mereka pun untuk mensosialisasikan visi dan misi bukannya menyuburkan praktek serangan fajar seperti budaya kita.

Dana kampanye pun di dapat dari sumbangan para suporter, bukannya dari organisasi yang mengadakan kontrak politi dan sebagainya. Bahkan, penggunaan dana pun transparan, meminimalisir kemungkinan tuduhan korupsi dikemudian hari.

Pemilihan Presiden ke-44 Amerika ini mencatat pemilih terbesar sepanjang sejarah. Bisa jadi, fenomena ini disebabkan citra Obama yang menjanjika perubahan, menarik minat para kaum muda yang biasanya tidak tertarik dengan tetek bengek politik. Obama seakan membawa harapan baru bagi masyarakat Amerika.

Dalam memilih calon wakil presiden pun, keduanya memasang strategi cerdas. Mc Cain sengaja memilih Sarah Palin, mungkin untuk mengambil hati pendukung Hillary Clinton yang kecewa. Sebaliknya, Obama memilih Biden, seorang pria tua yang mahir dalam strategi ekonomi serta kebijakan luar negeri.

bagaimanapun, mulai hari ini Amerika telah memasuki babak baru. Semoga, meski Demokrat yang menang, tidak ada lagi embargo yang dijatuhkan pada Indonesia. meskipun tidak memiliki konektivitas, mari kita berharap, drama Obama-MC Cain dampak memberikan nafas kesejahteraan baru. tentu saja untuk dunia yang lebih baik, serta harapan, semoga lebih nyaman untuk kita tinggali.