September menjadi bulan yang saya nantikan penuh suka cita.
Bulan ini, salah satu teman terbaik melepas masa lajang. Teman menggalau
bersama, teman bertanya-tanya ‘siapa jodohku’. Saya larut dalam kebahagiaan,
karena pada akhirnya salah satu dari kami mampu menemukan misteri tentang
pertanyaan ‘siapa jodohku’ ini.
Dulu, saya pikir akan ada rasa iri, jika salah satu dari
kami menikah. Ternyata tidak, hati ini dipenuhi kegembiraan, kebahagiaan dan
semangat untuk turut serta dalam kemeriahan pesta pora di perayaan pernikahannya.
Grain Grainy atau punya nama panggilan sealam raya, Kiky.
Perempuan ayu njawani, meskipun
keturunan asli tanah minang.
12 September 2015 akhirnya menghadap penghulu, untuk melepas
masa lajang, resmi menjadi istri Dwi Agus atau biasa disapa dengan Pathub.
***
Mereka berteman 11 tahun, setidaknya ini yang Kiky ceritakan
padaku. Berteman akrab, sejak masih jaman culun, mata pun belum kenal yang
namanya eye liner dan poni pun belum
kenal yang namanya catok.
Kiky jatuh cinta, patah hati pada pria lain. Saya duga
Pathub pun demikian adanya.
Mereka sempat sama-sama bekerja di Jakarta, pada bidang
pekerjaan yang nyaris sama namun berbeda. Kiky lebih mengakrabi dunia broadcast, sedang Pathub menekuni dunia
editing. Keduanya tetap berteman baik, tanpa ada rasa yang terlibat.
Sampai pada medio maret 2015, keduanya bertemu di resepsi
pernikahan sahabat. Entah bagaimana mulanya, teman-teman yang lain malah asik
menjodohkan mereka. Pathub pun mengutarakan keinginan untuk menjalin hubungan
serius dengan Kiky.
Cinta tetaplah menjadi misteri. Entah darimana datangnya.
Kiky tiba-tiba dihinggapi keyakinan, Pathub lah laki-laki
yang akan menjadi masa depannya. Orang yang layak menjadi bapaknya anak-anak,
demikian bahasa kami.
Tak perlu masa pendekatan yang lama, toh mereka sudah saling
mengenal luar dalam lebih dari satu dekade. Semesta pun seakan memberi restu,
semua serba dimudahkan. Pihak keluarga memberi restu tanpa kompromi.
Bahkan ada sebuah dongeng yang manis di sela-sela perkenalan
keluarga keduanya. Siapa yang menyangka, keluarga kakek dan nenek keduanya, di
masa lalu ternyata telah mengenal baik dan saling membantu dalam usaha
perniagaan. Rumah makan padang dan
penjual cabe, kedua usaha ini di masa lalu membuat leluhur Kiky dan Pathub telah
menjalin hubungan baik.
Ini yang namanya berjodoh, sahih.
***
Pagi itu, akad nikah direncanakan pukul 07.00 WIB. Akad nikah
terpagi yang pernah kudatangi.
Akad berjalan lancar. Tamu yang hadir tidak hanya pihak keluarga,
namun juga teman-teman dekat mempelai. Saya meyakini satu hal, pasangan pengantin
ini tentulah kesayangan bagi semua. Meski akad berlangsung pagi bukan main,
teman-teman yang datang cukup banyak. Semua memasang wajah dalam settingan
masih ngantuk tapi ceria. Saya tak banyak mengenal teman-teman Kiky-Pathub,
benar-benar tamu asing terisolir yang sok akrab menggabungkan diri dalam
gerombolan, untunglah mereka semua baik hati, hahahaha..
Dalam resepsi, Kiky-Pathub kembali membuktikan, pasangan ini
sungguh dicintai banyak orang. Tamu datang dari segala penjuru mata angin,
ingin lebur dalam perayaan. Beberapa di antaranya, saya tahu datang dari luar
kota, luar biasa.
Tak kalah penting, mengenal Kiky berarti berbonus pula untuk
mengenal beberapa teman terdekat nya. Saya sendiri, entah bagaimana ceritanya
jadi cukup mengenal Buluw, Gyor, dan Tika. Juga ada Rhima dan Yudith. Aha..saya
tahu alasannya. Sebab, Kiky adalahh seorang pencerita yang baik. Jika kami
sedang bersama, Kiky sering bercerita mengenai teman-temannya. Di bawah sadar,
meski jarang atau bahkan belum pernah bertemu, diam-diam ada rasa akrab yang
menelusup kalbu.
Ah Kiky. Selamat berbahagia dengan status barumu sebagai
istri.
Tak ada lagi pertanyaan ‘siapa jodohku’ darimu ya. Semoga ke
depan, ada semakin banyak alasan untuk merasa bahagia yang paripurna. Sakinah, mawadah, warohmah. Amiin.