Ngambil gambar dari sini
Saya mengaku, kerap kali menjadi kompor. Namun lebih sering
lagi jadi pihak yang terkompori. Ah, istilah macam mana pula ini. Baiklah, mari
mulai fokus.
Pada sebuah ritual makan siang bersama geng Pantry Office.
Stephanie, yang lebih seringnya saya panggil dengan Hantu Rambut menceritakan
film Snow White and The Hunstman (SWATH). Dia menyanjung-nyanjung film itu
setinggi langit. Menggali rasa penasaran saya sampai titik maksimal.
Terlebih, sebelum makan siang itu, saya sempat melihat thriller
Si Dark Snow White ini di You Tube. Sempat salah info, konon baru masuk
Indonesia awal Juli, eh lah kok ternyata sudah eksis aja di awal Juni.
Katakan saya korban keberhasilan tim marketing film SWATH.
Sejak film ini masih dalam proses pembuatan, sudah begitu
lihai mematik keinginan saya untuk menonton. Saya ingat persis, bagaimana
infotainment memberitakan perseteruan Charlize Theron dengan Kristen Stewart. Ya
maaf saja, tontonan infotainment saya kelas Hollywood. Uhuk.
Beberapa artikel dari Koran yang saya baca nyaris setiap
pagi juga kerap menyinggung bagaimana film ini masuk dalam list harus tonton. Menjanjikan
kegelapan yang pekat. Jadilah, niat suci menonton film ini semakin menjadi.
Tapi, tentu saya tak akan iseng ngeblog kalau acara nonton
ini biasa saja.
Saya mengajak Mas Mario. Ada semacam peraturan tak tertulis,
mengajak mas Mario, sama juga halnya harus mengajak kembaran siamnya, Mbak
Mardahlia Johan. Jadi, ajakan ini harus meyakinkan mereka, bahwa film SWATH
layak tonton.
Ajakan mulai meningkat jadi rayuan. Tak berhasil juga, kadarnya
ditinggikan lagi menjadi permohonan. Akhirnya proposal nonton bersama disetujui
oleh mereka. Tapi, sialnya jam tayang film fenomenal ini tak ramah bagi saya
yang harus pulang ke pelosok Bekasi. Sigh.
Jadwal tayang di tiga bioskop, Plaza Indonesia, EX dan
Djakarta Theatre seragam. 17.05 dan 19.05. Dilematis. Mengambil pilihan
pertama, sangat riskan tertinggal cerita awal, terbentur absensi kantor yang
baru memperbolehkan pulang di jam 17.00.
Memilih jam kedua, saya yang riskan. Jadwal kereta menuju
Bekasi sungguh tak ciamik. Jika nekat, alamat akan sampai rumah jam 11 malam. Dalam
kondisi stamina sedang kurang fit, pilihan ini tentu tak bijak.
Akhirnya kami bertiga menyepakati untuk nonton di jam 17.05
pada Selasa, 5 Juni, tentu dengan mengerahkan strategi nomor wahid. Tiket
dibeli saat jam makan siang. Gilanya, saya dan Mas Mario bahkan melakukan
simulasi jalan cepat untuk mengukur kecepatan waktu, dari kantor menuju
bioskop. Sakit.
Dari lobi BII Tower menuju XXI EX, kami membutuhkan waktu 5
menit, pas, tak kurang tak lebih. Tiket dibeli, ditraktir oleh si mas
terganteng sedunia lah pokoknya, hehe..
Sore telah tiba. Masing-masing dari kami harus bisa
membebaskan diri dari kubikel kantor. Bagaimanapun caranya, jam 5 teng kami
harus sudah ada di mesin absen. Mbak Lia sempat disapa bos nya. Untung dia bisa
selamat.
Takdir telah tertulis, kami direstui oleh dunia.
Kecepatan kami berjalan layak diberi applause. Kami sampai
di XXI jam 17.08.
Sampai di bangku, menonton dengan manis, memenuhi hasrat
penasaran. Sambil ngos-ngosan, dan special untuk saya, sambil menahan pipis.
Cerita film SWATH tak biasa, dia mematahkan beberapa mitos
yang sudah terlanjur melekat. Seperti jumlah kurcaci dan si pencium tuan putri.
Tapi ini justru menunjukkan bahwa kita tak perlu terikat dengan hal-hal yang
sudah menjadi kepercayaan publik bukan?
Lalu, apakah film SWATH memenuhi ekspektasi saya? Saya jawab
ya. Meskipun tak akan saya masukkan dalam kategori bagus yang layak dianugerahi
gelar ‘ayo tonton lagi’, namun film ini cukup menarik, sekian. Oh ya, si
Hunstman, matanya bikin khilaf :D
Keesokan harinya, saya diledek oleh duo Lia-Mario.
“Jangan deket-deket Endang, ntar diajak ngos-ngosan”. Sial.
Ah, tapi kalian berdua baik hati, sini-sini tak peluk
satu-satu. Wink.
banyak sekali yang sudah mereview film ini..
BalasHapustapi sayang di kota saya tidak ada jaringan bioskop.. :(
Wuah, memang tinggal di kota mana? Atau tunggu saja sampai DVD nya di rilis? :)
BalasHapusKan ada option ke 3:
BalasHapusjam 18.00 - 20.00 : yaitu nonton setengah akhir di jadwal 17.05 dilanjutkan nonton setengah awal di jadwal 19.05
:D
Kamu ga mutusin sendal lagi kan?
Sujud syukur, gak perlu ada sandal yg putus lagi, belum tentu bawa lem juga soalnyah..hehehe..
BalasHapus