Saat saya bersama Si Bluwek di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin
Saya tak ingat persis sejak kapan suka ngebolang. Yang pasti saya selalu bersemangat jika akan mendatangi tempat baru. Yang pasti selalu saya butuhkan adalah ransel. Selama bepergian, saya menggunakan si ransel hitam yang saya beli sejak awal 2008 silam. Merek Export dengan kompartemen untuk laptop di dalamnya.
Saya tak ingat persis sejak kapan suka ngebolang. Yang pasti saya selalu bersemangat jika akan mendatangi tempat baru. Yang pasti selalu saya butuhkan adalah ransel. Selama bepergian, saya menggunakan si ransel hitam yang saya beli sejak awal 2008 silam. Merek Export dengan kompartemen untuk laptop di dalamnya.
Ya, saya membelinya tak lama berselang setelah saya membeli laptop. Tas ini multifungsi, saya pakai bekerja, tak jarang juga diajak ngebolang. Meski sesekali saya juga meinjam ransel milik Mas Fahri, jika membutuhkan tas dengan ukuran lebih besar.
Cinta mati saya pada si Export harus berakhir. Bukan karena
salah satu dari kami berhianat, namun perpisahan memang harus segera dilakukan.
Bermula dari musibah kecopetan Part I dengan TKP Jembatan
Tosari. Saya kehilangan dompet serta beberapa kartu yang tak begitu penting.
Nominal uang yang ada saya juga sudah tak ingat. Yang menyesakkan, musibah
berikutnya. Kecopetan Part II dengan TKP sama.
Ini sungguh keterlaluan. Tak hentinya saya mengutuki diri
sendiri. Bodoh kok berulang. Kecopetan kedua ini membuat saya sempat menjadi
warga gelap, tanpa identitas dan uang barang sepeser pun. Setelah melakukan
pengurusan kartu ini dan itu, akhirnya saya kembali memiliki KTP dan ATM.
Seharusnya dua musibah kriminal sudah cukup bukan?
Nyatanya tidak. Sabtu, 10 Desember 2011 kehilangan kembali
terjadi. Tak tanggung-tanggung, kali ini uang Rp 4,4 juta raib. Bukan
kecopetan, levelnya sedikit lebih tinggi. Pencurian. Saya sedang berada di
Pulau Tidung. Kamar tempat kami menginap, jendelanya di congkel paksa dan uang
dalam dompet digasak si pencuri. Anehnya, si maling ini kok ya sempat-sempatnya
cuma mengambil uang, dompet ditinggalkan.
Tak mau kejadian buruk terulang, saya mulai menabung.
Akhirnya dengan setengah memaksakan diri, saya membeli ransel baru. Lebih
tepatnya carriel. Deuter Futura 24 SL. Berwarna biru cerah, biru donker dan
abu-abu. Warna ransel ini cukup feminim, belakang saya tahu, memang istilah
future disematkan Deuter bagi carriel yang akan dipakai oleh penjelajah
perempuan.
Saya membelinya di toko Tandike kawasan Seskoal Ciledug.
Konon, toko ini cukup terkenal di kalangan penjelajah. Harganya lumayan miring
dan keaslian terjamin.
Si Deuter Futura 24 SL ini memulai debutnya pada 31 Desember
2011. Menemani saya berhiking ria di Gunung Guntur Garut. Cukup memuaskan dan
penuh gaya. Meski daya tampungnya tak terlalu banyak, saya mencintainya amat
sangat. Hm..kira-kira apa ya nama yang tepat untuk tas baru ini. Aha..tiba-tiba
terpikir satu nama. BLUWEK. Baiklah, saya akan memanggilnya dengan Si Bluwek
saja.
Bluwek, temani saya kemanapun ya. Jangan bosan dan tolong
jaga barang-barang berharga saya. Juga jaga setiap kenangan bersama kita. J
Hi hi. Halo, Endank-Bolang...!!
BalasHapusNice posting, Ndank.
BalasHapusAli, kapan kita ngebolang bareng??? Makaciy ya udah baca..
BalasHapus