mengambil gambar di sini
Inspirasi bisa datang
dari manapun. Bisa dari siapa saja, tak terbatas. Saya baru bertemu seorang
laki-laki yang dalam pengamatan sejauh ini, terlihat keren mutlak. Dia seorang
illustrator. Tapi kali ini saya sedang tak ingin membahas mengenai pekerjaannya,
dan siapa dia. Hanya ingin menulis tentang sepotong materi perbincangan kami,
yang terjadi baru saja. Sangat mengesankan dan menohok, sampai merasa ini
harus segera diabdikan dalam barisan kata sebelum lupa.
Rasanya, nyaris setiap
orang mengetahui kisah pandawa lima. Menurutnya, pandawa lima adalah
penggambaran manusia. Penggambaran bagaimana kematangan seseorang dalam
bersikap.
- Yudhistira
- Bima
- Arjuna
- Nakula
- Sadewa
Itu urutan dari yang
tertua. Namun sebenarnya manusia, melewati fase lima tingkat ini, dimulai dari
yang terkecil.
Sadewa. Orang yang berada di
fase ini, adalah mereka-mereka yang merasa bak dewa. Hebat, terpaling. Tak ada
yang salah dengan orang yang merasa hebat. Merasa hebat mungkin juga bukan
sebuah dosa. Hanya saja..biasanya orang yang sungguh-sungguh hebat, tidaklah
merasa. Jadi silahkan simpulkan sendiri ya..
Saya merasa malu,
selama ini masih terkurung dalam persepsi diri bahwa saya seorang yang hebat,
ah..malluuuwww..
Nakula. Ini adalah tahapan saat
seseorang mulai banyak berpikir. Kritis. Banyak mempertanyakan tentang
peristiwa dan apapun. Isi kepalanya selalu penuh tanda tanya. Bukan karena ia
tidak mengerti akan banyak hal, namun karena ada kegelisahan dalam hati,
menuntut jawaban atas setiap remah cerita penuh misteri yang ditawarkan
semesta.
Arjuna. Kaum hawa tentu fasih
mengenal nama ini. Namun kali ini, saya tak tertarik membahas mengenai sosoknya
yang rupawan. Arjuna digambarkan sebagai orang yang ala kadarnya. Hanya memakai
jubah, tak memakai perhiasan untuk menarik perhatian. Sosoknya menarik, bukan
karena ketampanan lahiriah. Fase ini menggambarkan manusia seperti cawan yang
kososng dan siap menerima ilmu kehidupan. Ia akan membiarkan diri kosong agar
bisa menerima banyak hal. Ia akan menarik dengan sifatnya yang rendah hati.
Keren namun tak merasa keren. Mungkin ini kalimat yang tepat untuk
menggambarkannya.
Bima. Dalam kisah
pewayangan, fase ini memiliki cerita paling panjang. Fase ini adalah masa
mencari jati diri secara mendalam. Manusia menerjemahkan visi dan berusaha
mencapainya. Bisa lari ke puncak tertinggi, atau menyelam ke dasar laut
terdalam. Ini adalah masa mencari tujuan hidup dan meresapi saripati hidup.
Bima digambarkan memakai kalung ular, menggambarkan seorang yang bijak
sekalipun mungkin pernah menjadi jahat. Masa lalu yang buruk tidak untuk
dihilangkan dan dilupakan, di kubur di tempat terdalam. Masa lalu yang buruk,
sebaiknya menjadi pengingat, seseorang pernah melakukan kesalahan, cukup
diingat tidak untuk diulang. Berdamailah dengan masa lalu, tak perlu
menutupinya.
Yudhistira. Ini adalah fase
kematangan kepribadian. Tahap ini adalah masa dimana seseorang benar-benar
telah mampu menyerap ilmu kehidupan. Kesombongan bisa jadi sudah tak ada dalam
diri. Ia belajar memahami tidak lagi menghakimi. Konon Yudhistira juga seorang
yang tak pernah berbohong.
Jadi, sudah ada di
tahap manakah kamu?
Terima kasih banyak
untuk Sweta Kartika yang membagi cerita tentang filosofi pewayangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak