gambar dari sini
Sedang berada di atas kapal, menyebrang di perairan selat
sunda. Keluarga tiba-tiba memutuskan mudik. Seorang kawan berceloteh, ternyata
sikap impulsif saya merupakan sifat keturunan.
Di keluarga saya, mudik dengan formasi lengkap ini bisa dikatakan
sangat langka. Mungkin terakhir terjadi belasan tahun silam. Biasanya, pulang
kampung hanya dilakukan oleh ibu dengan saya atau bapak sesekali menemani. Adik
saya, bahkan terkahir kali pulang kampung, menurut daya ingatnya, saat ia kelas
6 SD.
Sedang sekarang, dia sudah menginjak kelas 3 SMA.
Jadi, kapan keluarga saya melakukan perjalanan mudik dengan
formasi bapak,ibu, saya dan adik? Entahlah. Mungkin saat saya masih SMP.
Mudik kali ini, begitu tiba-tiba terjadi. Semua berikhwal
dari ceramah di masjid, saat kami melakukan sholat Ied. Isi ceramahnya begitu
membekas di hati. Alhasil, sekitar 60 menit setelah sholat, kami sekeluarga
bersepakat, yak..mari kita mudik.
Pulang ke Lampung, kampung halaman ibu juga saya.
Mengunjungi nenek yang kini tinggal sendiri semenjak kepergian kakek tahun 1994
dan bibi (putri bungsunya) menikah tahun lalu. Di Lampung, juga ada banyak sanak
saudara, ada bude dan pakde, nyaris seluruh keluarga besar dari pihak ibu,
memang tinggal di Lampung.
Semoga mudik kali ini, kembali merekatkan cinta di keluarga.
Berbagi tawa, kembali menguatkan sekrup-sekrup cinta yang mungkin sempat
longgar karena jarangnya kebersamaan. Meski mudik ini kami jalani dengan
mendadak, bukan berarti kerinduan yang kami miliki mendadak muncul. Saya meyakini,
kerinduan akan kampung halaman sudah ada sejak lama, hanya saja, mungkin rindu
itu ditekan sedemikian rupa. Atau tidak menjadi prioritas.
Kini, dia telah ada dipermukaan. Menjadi prioritas.
Bagaimanapun, kami orang timur yang menjunjung tinggi rasa kekerabatan bukan?
Selat Sunda, 9
Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak