foto diambil dari sini |
Tetiba pingin nulis tentang bullying.
Apa ya yang ada di kepala orang-orang sampe merasa boleh dan
sok asik nya bisa melakukan bullying pada
orang lain.
Apa pelaku bullying
tidak mendapat pelajaran budi pekerti ya?
Saya sendiri pernah menjadi korban bullying, saat masih SMP. Kelas 1. Karena saya melawan anak paling
cantik di kelas. Saya sedang mengisi agenda ramadhan, itu looh, buku catatan
sholat lima waktu, sholat tarawih dan ringkasan ceramah.
Sejak kecil saya bukan orang yang telaten dan sampai sekarang
juga masih begitu, oke, lupakan bagian ini karena bener-bener too much information.
Jadi menjelang deadline pengumpulan agenda ramadhan,
anak-anak yang tak rajin mengisi agenda akan mengejar ketertinggalan. Semua
juga tau, deadline itu garis kematian
bukan? Jangan ganggu orang yang sedang berada di waktu ini, atau tau sendiri
akibatnya.
Seorang teman sekelas, tercantik, dengan rambut panjang
hitam legam dan lurus (tipikal cewek cantik Indonesia, kalo rambut nya blonde baru tipe cewek cantik Amerikah)
menghampiri. Mungkin maksudnya iseng, narik-narik agenda saya.
Saya yang sedang dikejar tenggat sama sekali tak ingin
bercanda. Saya tak menanggapi guyon gak asik si cantik ini. Mungkin, eksistensi
nya terganggu saat saya yang rakyat biasa ini mengabaikannya.
Si cantik lantas mengambil kotak pensil, menggetok kan di
kepala saya. Asli, gak kencang. Tapi di kepala, heloooowww..
Ini kepala di fitrahin, begitu kan mitos menjaga kehormatan
harga diri?!
Saya mengatakan untuk jangan lagi mengganggu. Dia malah
terpancing untuk kembali memukulkan kotak pensil itu di kepala saya. Lagi!
Reflek saya menjambak rambut panjangnya, dan menyuruhnya minta maaf. Saya, saat
SMP berbadan ceking, kulit gelap legam, rambut keriting. Ya, jadi makin menyerupai
upik abu jika dibandingkan dengan si cantik.
Akhirnya kami terlibat perkelahian. Kalah jadi abu menang
jadi arang. Tak ada yang diuntungkan dari perseteruan itu, kami berdua
dipanggil guru dan dinasehati ini itu, dipaksa berbaikan dengan salaman.
Dan dunia saya berubah sejak saat itu.
Apa pasal?
Anak laki-laki tak ada yang mau berteman dengan saya, tak
ada satupun. Bahkan jika ada yang berpapasan dengan saya, tak jarang yang
menutup hidung.
Belum lagi teman-teman si cantik. Setiap hari ada saja yang
membuat gara-gara. Kadang sengaja menabrak, ada juga yang sukanya menyindir
bahkan memaki.
Saya yang tadinya merasa bisa berteman dengan siapa saja,
perlahan dan pasti mulai melihat bahwa dunia bisa begitu kejam. Tak semua anak
manusia bisa dijadikan teman. Ada yang sangat jahat, teramat jahat.
Saya ingat, memiliki ketua kelas bernama Rama. Ini nama
sungguhan. Saya tak mau menutupi.
Pada sebuah jam pelajaran kosong, ketua kelas ini ditugaskan
oleh guru untuk mencatat, siapa saja yang berisik di kelas. Dia menjalankan
perintah dengan baik. Mencatat nama-nama orang yang menurutnya mengganggu
ketertiban.
Saya kan tak punya teman, jadi tentu tak akan berbuat onar
bukan?
Namun saat nama-nama hasil pengawasan Rama diserahkan pada
guru, ternyata nama saya ada di dalamnya. Sigh..
Saat jam pelajaran kosong itu, saya memilih membaca majalah
bobo. Mengalienasikan diri dengan membaca. Namun ternyata, di kepala Rama yang
bodoh itu, membaca majalah bobo ternyata dikategorikan juga sebagai berbuat
onar. Dasar moron.
Entahlah mana yang benar, karena akhirnya saya pun mendapat
nasehat, untuk tak membawa majalah ke sekolah. Sekolah adalah tempat suci,
dimana hanya boleh membawa buku pelajaran saja. Oke deh.
Untungnya, bullying
yang dilakukan oleh nyaris teman sekelas itu berlangsung hanya satu tahun.
Karena di kelas 2, saya mendapat teman-teman baru. Masih ada sisa teman dari
kelas 1, namun jika terpisah mereka seperti sapu lidi, baru kuat jika bersama,
cih..
Masa bullying ini
terjadi sekitar tahun 1997.
Dan pada 2012, saya bertemu dengan salah satu dari geng
cantik itu. Namanya Eva.
Bertemu di sebuah perkantoran segi tiga emas di bilangan
Thamrin, Jakarta. Saat itu, saya berstatus karyawan tetap sebuah perusahaan
multinasional. Lalu si cantik Eva?
Dia memakai baju hitam-putih, menghadiri interview untuk
menjadi office girl. Mungkin dia tak merasa, apa yang dilakukannya 15 tahun
silam itu kejahatan. Karena dengan tak punya malu, seakan saya ini teman
terbaiknya di masa lalu, dia minta dikabari jika perusahaan saya membuka lowongan.
Rasanya jadi ingin tahu, bagaimana nasib anak-anak yang dulu menjadikan dunia
saya bak neraka itu.
Bagi para orang yang sukanya menyiksa itu, percayalah,
kata-kata itu bisa teramat kejam. Menyakitkan dan mungkin tak termaafkan. Tak
usah merasa paling hebat, apalagi baru bisa hebat jika bersama dengan
gerombolan.
Kini, saya bersyukur, memiliki teman-teman terbaik. Menjadi
penyangga saat luruh. Hartaku adalah teman-teman terbaikku. Ciyom mesra untuk
kaliaaaaannn…
Sok beken ya kalau keroyokan :D
BalasHapusiyyaaak..huh..
BalasHapusTertawa paling akhir itu puaaaaas bangeeeed !! Yok ah, hahahahahaha
BalasHapusyoi bangetttt..sekarang, sini yg mau ngebully gw, tak kepret.. *mulai tengil*
BalasHapus