gambar diambil dari sini |
Seorang teman pernah berkata,
‘Kurangi harapanmu, maka bahagia akan lebih mudah kau peluk’.
Nasihat yang selalu saya ingat dengan baik, saat ambisi
mulai menguasai diri. Saya tak mau menjadi orang yang banyak ingin dan khufur
nikmat. Namun, ada kalanya kita sudah terlanjur berharap, akan semua yang
terencana, dan harapan yang membulat itu tiba-tiba saja pecah, berserakan.
Ini terjadi seminggu lalu. Sesaknya masih terasa hingga hari
ini. Tentang apa yang sudah direncanakan, membayangkan tiap detik yang akan
terlewati dalam balutan rencana ini. Semuanya rusak tiba-tiba saja, karena
seorang teman (yang setidaknya dulu saya pernah menganggapnya baik) telah ingkar.
Pengalaman ini mengajarkan, agar saya tak lagi-lagi
menggantungkan kebahagiaan pada orang lain.
Bahagia atau tidak, semuanya harus bersumber pada diri
sendiri. Jangan membiarkan orang lain mengacaukan rencana atau bahkan hidupmu.
Untukmu, seorang yang dulunya saya anggap cukup baik, semoga
tidak lagi mudah ingkar. Sebab, salah satu tolak ukur berharga atau tidak
dirimu, diukur dari seberapa banyak kamu mampu memenuhi janji yang pernah kau
buat.
Mungkin besok, lusa atau tahun-tahun mendatang, kesan baik
yang saya miliki untukmu akan kembali, tapi kini tidak dulu.
Bekasi, 11 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak