Senin, 08 Februari 2010

Cinta untuk Bilqis

Cinta bisa datang dan pergi. Kadang muncul tanpa aba-aba, sering menghilang tanpa basa-basi. Tidak jarang datang kemudian hinggap. Diusir dia, kembali mengendap-endap.
Andi Eriawan

Ya, selarik kalimat tadi dibuat oleh seseorang yang saya kagumi. Tak pernah bertemu, kenal juga tidak sama sekali, hanya saja, saya sering mengunjungi beranda maya miliknya.
Saya menyepakati, amat sangat mengamini.
Cinta, bisa saja kita merasa jatuh cinta dalam sekejap, tanpa babibu, tiba-tiba saja terasa.

Seperti yang terjadi pagi ini. Saya jatuh cinta pada sebuah gerakan sosial bernama ‘Koin Cinta Bilqis’ (KCB). Sebuah gerakan yang bertujuan menggalang dana untuk membantu proses pengobatan seorang bayi 17 bulan yang dideteksi mengalami kelainan bawaan bernama Atresia Bilier. Biaya pengobatan yang dibutuhkan tak tanggung-tanggung, yakni 1M. Sebuah nominal yang sangat fantastis tentu saja. Beruntung, kita berada di sebuah negara dimana msyarakatnya masih memiliki kepedulian terhadap sesama, dalam jangka waktu kurang dari 50 hari, KCB berhasil menggalang dana 1,5M.

Kini, segenap keluarga sedang menunggu keputusan tim dokter di RSUD Karyadi Semarang mengenai tindak lanjut langkah medis yang akan di berikan pada Bilqis Anindya Passa.

Semoga Bilqis mendapatkan yang terbaik, tanpa kecuali. Semangat hidupnya telah menginspirasi banyak orang di luarsana untuk terus berjuang, menerjang penghalang menuju pengharapan meski hanya setitik terang. Saya disini, merasa tersemangati lewat gelang dan pin yang tersemat hangat di dada.

Rabu, 03 Februari 2010

puisi untuk sepotong cerita di masa lalu


Ada yang hilang di sini, entah apa, aku tah tahu
Semua memisterikan diri
Seakan menjadi abu-abu
Memudar
Dan perlahan menghilang tanpa pamit
Ada yang berdenyut
Entah apa, yang pasti di dalam diriku
Dibarengi dengan memori masa lalu yang berkelebat
Aku rindu aroma daun bambu di sekitar lapangan basket itu
Aku rindu tawa dan makian tanda sayang sahabat di kampus tercinta
Aku ingin mencecap
Aroma semua yang dulu terasa manis
Kini
Ingatanku memburam
Perlahan dan pasti
23 juni 2009


tanpa sengaja kutemukan bait aksara diatas, meski sudah lama di buat, sampai saat ini saya masih merasakan hal yang sama.

Selasa, 02 Februari 2010

sandal jepit lepas landas


Sedang ingin berbicara tentang resiko. Setiap tindakan pasti mengandung resiko, baik itu resiko menyenangkan atau malah resiko menyebalkan.

Seperti yang sedang dijalani sandal jepit. Dia merelakan dirinya terjatuh dalam cinta, dalam dan menyanyat. Awalnya, dia hanya mencoba-coba belaka. Mencoba membuka hati pada batu yang selalu membuatnya tertawa. Mencoba menjalin cerita, setelah bertahun-tahun dia takut mencoba.

Beberapa waktu berselang, sandal jepit merasa senang. Bahagia. Dunianya seketika memiliki koleksi warna. Tidak hanya 24 macam, seperti koleksi spidol yang dimilikinya. Semburat diharinya pun langsung bermetamorfosa, tegas dan ceria.

Sampai satu masa datang membayangi. Ternyata, tak selamanya cinta menjanjikan suka ria semata. Cinta juga mengajak resiko. Sandal jepit sadar, sewaktu-waktu dirinya bisa saja terluka. Setidaknya ia tidak pernah menyesal, menjalani sepotong cerita dengan sapuan kuas cerita yang tak biasa.

Saat ini, sandal jepit akan terus melangkah. Menapaki setiap jalan yang akan mengajaknya ketempat-tempat tersempurna. Dalam setiap langkah, akan digoreskannya jejak-jejak perjalanan jiwa. Mungkin nanti akan ditemuinya jalan setapak yang lembut. Tak jarang juga membentang lautan luas, atau malah gemericik air di sungai jernih.

Saat ini, ada sebongkah batu yang mendampinginya. Mungkin besok malah sepatu kanvas. Bukan tak mungkin juga tas ransel. Semua begitu bebas menjelma, tanpa kategorisasi. Berpetualang, melanglanglang buana, sampai ditemukannya batas cakrawala.