Minggu, 21 Oktober 2012

Happy Birthday Bungsu..



Sudah sejak lama mengendapkan pikiran, ingin menuliskan sesuatu tentangmu, seseorang yang biasa kupanggil Si Bungsu. Anggap saja ini kado ulangtahun untukmu.

Aku mengenalmu, sekitar Maret lebih dari tiga tahun silam. Berperawakan kurus dan rambut lurus. Sejalan dengan karaktermu yang simple, tak banyak motif.

Kamu, gadis manja yang sedang belajar menjadi dewasa. Belajar berani menaklukkan setiap rintangan dalam hidup. Dimulai dengan memberanikan diri naik angkutan umum menuju rumah orangtua mu di Bekasi. Jujur, aku masih senyum-senyum sendiri jika ingat kamu dengan begitu bangganya mengabarkan, sudah berani ke Bekasi seorang diri naik angkot.

Kini kita tidak lagi tinggal di satu atap. Aku telah beberapa kali mengganti alamat tinggal, sedang kamu tetap konsisten di rumah itu. Rumah kos-kosan yang pemiliknya lumayan manis. Dari statusnya masih single hingga kini sudah menikah.

Hobimu yang berkembang pesat adalah membaca novel. Kukatakan berkembang pesat, karena terakhir kutinggalkan, koleksi novelmu tak sebanyak sekarang. Kini, setiap aku singgah, koleksi novelmu semakin menumpuk tinggi.

Kini, kamu telah berhasil menamatkan kuliah. Sudah sarjana nih ye..

Bungsu, kamu telah semakin dewasa. Selamat menikmati dunia yang sebenar-benarnya. Dunia di mana terkadang teman terbaik justru menjadi musuh paling menyakitkan. Tapi yakinilah, apa yang kamu kerjakan dengan hati, akan diterima juga dengan hati.

Menurutku, untuk mengarungi dunia, kamu hanya memerlukan satu doa bernama tulus. Tulus berarti sebuah kejujuran. Apa adanya, tak berpura-pura.

Cintailah apa yang kamu miliki saat ini, tak usah melihat apa yang orang lain miliki dan kamu tidak.
Selamat mencari kerja, memilih profesi. Lakukan apa yang benar-benar bisa membuatmu bahagia. Uang bukan segalanya, meski tak bisa dipungkiri uang menjadi sumber ketenangan. Ketenangan, bukan kebahagiaan.

Terima kasihku, untukmu, yang sempat menjadi tongkat penyangga dengan kepercayaanmu untukku saat yang lain menghakimi. Hingga kini, masa itu menjadi sesuatu yang kelam, bahkan aku belum sanggup untuk menuliskannya. Aku takut dan tak mau dianggap hanya membela diri.

Selasa, 09 Oktober 2012

Bukan Cinta?


gambar diambil dari sini

Apakah ini cinta namanya? Jika selalu menyesakkan, membuat bulir air mata selalu menetes. Meninggalkan sesak tak bertepi.

Apakah ini juga namanya masih cinta? Jika dalam diam kamu masih menyimpan gumpalan asa yang tak sanggup kau bagi?

Bisa jadi ini cinta. Bisa jadi ini sebenar-benarnya cinta. Menyayangi, tanpa obsesi ingin memiliki. Hanya ingin melihatnya bahagia, tak harus bersama. Hanya saja, sesak menyeruak, sesak benar-benar membuatku kesulitan bernafas, saat kenyataan terhampar. Bukan aku, bukan aku orang yang membuatmu bahagia. Aku tak ingin memilikimu, benar. Tapi masih bolehkah aku berharap? Menjadi orang di lingkaran terdekatmu. Menjadi orang yang membuatmu merasa bahagia??

Jakarta, 27 Februari 2012

Senin, 08 Oktober 2012

Selamat Ulang Tahun Mbak Wid..


Dulu sekali, aku berniat membuat jurnal. Mengenai teman-teman terbaik yang saya temui di perjalanan hidup. Tak perlu merunut dari yang paling dekat dan akrab. Sifatnya random saja. Dalam pelaksanaannya, banyak nama yang tersimpan. Saya tulis pandangan saya mengenai mereka. Namun, sayangnya banyak yang akhirnya berakhir membeku menjadi sebuah draft.

Saat saya menjalin aksara ini, bisa jadi pun akan berakhir menjadi draft semata.
Saya sedang memandangi bungkusan coklat kertas nasi. Berkode Bi. Isinya bihun. Pemberian seorang perempuan teman sekantor.

Namanya Widyaningtyas. Aku biasa menyapanya dengan sebutan Mbak Wid. Jika aku disuruh menggambarkan, bagaimana orang ini? Jutek. Cukup itu jawabanku. Tak peduli kami telah menjadi kawan baik, dia tetaplah jutek dimataku.

Dalam sesi awal perkenalan kami, dia jutek luar biasa. Terasa sekali, dia tak suka padaku. Ah, tapi apa peduliku. Sebodo teuing, toh hidupku tetap melaju. Aku terlalu sering dijuteki, oleh orang-orang yang tak mengenalku dengan baik.

Melengkapi jutekismenya, Mbak Wid adalah tipikal orang yang memperhatikan gaya berbusana. Dia berani memakai baju super cerah sampai motif bunga-bunga gonjreng. Kulitnya putih, jadi yang semua outfit yang dikenakan akan terasa pantas-pantas saja.

Mbak Wid juga orang yang suka belanja. Aku pernah berkelakar, jika ada yang mau berjualan di kantor, hal wajib yang dilakukan pedagang adalah menawari dagangan kepadanya. 95 persen kemungkinan, dia akan membeli daganganmu. Ini sudah terbukti sahih jendral. Saya tebak, uangnya tak memiliki nomor seri, buanyak tak terkira, hahahaha..

Jangan marah ya mbak, anggap saja ini doa *wink*

Dibalik kegalakannya, Mbak Wid sebenarnya orang yang nrimo. Karakter jawanya kental sekali. Sekitar Desember 2010, Mbak Wid kehilangan orang terpenting dalam hidupnya. Ibu. Hingga kini, aku sering ikut merasa haru, jika Mbak Wid mulai merindukan ibunya. Rasanya pingin tak ajak ke rumahku aja. Yuk mbak, kita berbagi ibu J

Mbak Wid orang yang cukup terbuka, untuk beberapa hal. Namun ada banyak hal lainnya yang tak akan dia bagi. Disimpannya rapat-rapat sampai dia jadi muring-muring sendiri. Dia juga penyimpan kenangan sejati.

Kami perlahan mulai ikrib, setelah Mbak Wid akan dipindahtugaskan. Kami sempat akan menjadi rekan kerja. Dia sudah cukup parno. Jika ingat masa itu, aku bisa senyum-senyum sendiri.

Allah memang selalu mendengar doa hambanya. Dengan magis, Mbak Wid batal menjadi teman satu tim. Dia malah melintas nun jauh di sana. Di bawah divisi yang kerjaannya terkait dengan advisor, berbicara perundang-undangan dan entah apalagi. Ruwetlah.

Keakraban ditandai dengan makin seringnya kami makan siang bersama.

Hingga saya merajut aksara, Mbak Wid menikmati tugas-tugas barunya. Termasuk hari ini, tepat di hari ulang tahunnya, ditandai dengan kepergiannya ke Mojokerto. Berulang tahun di udara deh.

9 Oktober Mbak Wid berulang tahun. Oktober adalah penanda bulan badai sebelum November. Sejalan dengan karakter orang-orang yang dilahirkan dalam pelukan bulan ini. Tangguh, menggebrak galak dan tegar.

Mbak Wid, selamat ulang tahun ya. Semoga setiap detik setelah hari ini, menjadikanmu manusia yang semakin bijak. Berselimut kebaikan.

Sebab, saat dirimu menjadi pribadi yang baik di mata para sahabat. Menurutku, itu bukan hanya keberhasilanmu dalam menempa diri. Namun juga keberhasilan sosok ibu yang berhasil menanamkan budi pekerti padamu.

Peluk erat buatmu hei Mbakkuuh..

Selasa, 02 Oktober 2012

Goodbye..

Aku ingat persis, pernah melayangkan pertanyaan ini, "Jadi kita akan tetap akrab seperti ini, kira-kira untuk durasi berapa lama ya?"

Awalnya kamu tak mau menjawab, namun akhirnya kamu mengatakan ingin selamanya. Aku kemudian menjelaskan, apapun di dunia ini akan ada masa kadaluarsa, tak ada yang selamanya. Lalu kita menebak angka yang merujuk pada bilangan waktu.

Katamu saat itu, "Hm..mungkin tiga tahun."

Saat masa itu datang, salah satu dari kita akan lebih bersedih dibanding satu yang lainnya.

Teman terbaik, tahukah kamu?

Masa keparat itu benar-benar datang. Dan kesedihan benar-benar meresap di setiap pori tubuhku. Ada sesak luar biasa, menghujam ulu hati, saat aku baru saja membuka kelopak mata usai tersadar dari mimpi.

mengambil foto di sini
Aku tidak tahu kamu bersedih atau tidak untuk perpisahan di depan mata ini, tapi aku iya.