Selasa, 25 Mei 2010

tak ada yang abadi..

"tak ada kawan abadi, juga tak ada lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi"
mungkin barisan aksara diatas teramat akrab dalam ranah politik. namun bagi saya, ternyata rangkaian abjad itu begitu dekat. hidup ternyata juga membutuhkan strategi politik. terkadang kita harus mau dan mampu menyukai seseorang meski dia telah berkali-kali berhianat. bisa disebabkan sistem yang membutuhkan daya fleksibilitas, bisa juga karena perubahan kebutuhan.


saya tidak selalu diperbolehkan untuk kaku. hanya mau melakukan yang dimau. saya harus beradaptasi untuk mempertahankan hidup. lalu, bagaimana dengan nurani?
nurani itu masih ada, hanya saja harus mulai terbiasa dengan kata kompromi. tak ada istilah,
"saya memang begini, inilah apa adanya"
saya harus belajar memahami, realitas tak selalu ideal tercipta. kata ideal yang sesungguhnya sama sekali tak ada.

selalu ada noda yang lihai merasuk untuk menggagalkan sebuah kesempurnaan. sejatinya, bagaimanapun sesuatu direncanakan, tak kan ada pelaksanaan yang sepenuhnya sama. ada saja halangan, ada saja penghambat.

disinilah kesadaran menyeruak perlahan dan pasti. seberapapun kerasnya usaha, jangan pernah berharap akan mencipta rencana yang berjalan sempurna.

Jumat, 21 Mei 2010

sedang kecewa


sedang dirundung kecewa!!
semua berawal dari keluguan saya mempercayai mulut manis yang mengucap janji. dengan sendirinya, saya jadi berpikir ulang mengenai anggapan sebagian kawan bahwa saya ini tipikal orang yang terlalu berprasangka baik. semua serba dipercaya dengan alasan "saya kan manusia, jadi ya harus percaya terhadap manusia".
atau agak dipelintir sedikit,
"jika sedikit-sedikit saya tidak percaya terhadap orang, bisa jadi justru sayalah yang tidak bisa dipercaya".
saat ini, prasangka baik dalam lipatan otak dan sanubari sedang menipis! dalam waktu nyaris berdekatan, saya dibodohi oleh dua orang sekaligus. mereka berjanji dan kemudian begitu kompak mengingkari. dua masalah yang berbeda jauh, kesamaannya adalah sama-sama ingkar janji pada saya yang lugu ini.
ya sudah, semoga Tuhan punya cara membalas yang elegan namun tetap menyakitkan. tunggu saja!
jangan salahkan saya, jika setelah ini saya kehilangan rasa hormat. kamu sama sekali tidak layak mendapatkan rasa hormat, meskipun takaran usia jauh diatas ibu saya!
bahkan ibu saya yang notabene tidak berpendidikan saja lebih memiliki martabat tinggi. oh, mungkin karena kamu berpendidikan tinggi, makanya jadi terpolusi pikiran licik untuk membodohi.
"Mbok kalau jadi wong pinter jangan minteri"
itu nasehat nenek.

ahahahaha
Tuhan mendengar doa saya.
baru saja. saat tulisan ini sedang diketik. sepertinya dia merasa menyesal. segera melakukan perbaikan. tapi sayang, saya terlanjur sakit hati. maaf..

paling tidak, perlahan dan pasti saya mulai mengamini anggapan sekitar mengenai kamu yang culas dan curang!!!

Sabtu, 08 Mei 2010

Saat Semua Nyaris Usai


tak sengaja menemukan tulisan ini. dibuat sekitar satu bulan lalu. sengaja saya pasang, sebagai pengingat bahwa bagaimanapun kehancuran terjadi, maka waktu untuk bangkit juga telah menanti. go girl!!!

Apakah ini harus diakhiri?
Ya sudah kita menyerah pada waktu. Aku masih mau mencoba, entahlah dirimu. Jika bisa, inginnya kita mencoba, sekali saja. Kita lihat, apakah masih ada getaran yang terasa saat mata kita berpagut. Aku masih terlalu mencintaimu lelakiku. Aku masih ingin mendengar ungkapan penuh kasih darimu. Ya, aku sangat merindukan masa-masa itu semua sayangku.

Tak bisa kusalahkan jika memang itu sudah menjadi maumu. Entahlah, andai ada yang bisa kulakukan. Aku ingin membeli mesin waktu, untuk membawaku pada semua yang lalu. Ingin kuperbaiki, jika tidak bisa juga, yang aku lakukan adalah menikmati sepenuh hati setiap kebersamaan kita. Akan kuabadikan setiap potongan kenangan kita.

Jika itu tak bisa juga, mungkin aku akan lebih mundur ke belakang. Akan kutepis setiap tawaran bersamamu. Akan kutahan setiap kepingan hasrat untuk memilikimu.

Tapi tidak. Seharusnya aku tetap melaju. Seharusnya aku tetap meniti waktu. Aku harus berjalan ke depan. Disanalah serangkaian misteri kisah masih akan kujerang. Bisa jadi, dunia telah menyimpan berjuta cerita bahagia untuk kuhampiri dengan segera.

Kini, aku hanya bisa mengatakan, aku masih sangat mencintaimu. Masih ingin merenda setiap sulur kisah untuk dirangkai dalam tabula rasa yang indah. Namun jika memang tak bisa, ya sudah. Tak ingin pula kupaksakan, jika kau memang tak ingin menjalani. Toh, seharusnya aku belajar menerima. Seharusnya, aku rela melepasmu, jika bahagia memang tak bisa lagi kau temukan bersamaku.

Dalam setiap hubungan, kata bahagia seharusnya dinikmati oleh dua orang, bukan cuma aku atau cuma kamu melainkan kita. Jika masalah datang, seharusnya kita selesaikan bersama, tidak hanya olehku atau olehmu.

Maaf. Hanya kata ini yang bisa kusematkan di pintu keluar. Maaf jika selama kita menjalani kisah sempat menyakitimu. Maaf jika tanpa sengaja tindak tandukku melukaimu. Sungguh, semua kulakukan tanpa sengaja. Maaf, jika dalam beberapa kali perjalanan, tanpa sengaja aku mengambil alih wewenangmu. Sungguh tak ada maksudku sedikitpun untuk menggerus ego kelelakianmu. Sama sekali tak ada niatan itu, kuharap kamu mengerti. Maksudku justru sebaliknya, aku tak mau kamu terlalu terbebani dengan rasa tak enak yang menurutku sungguh tak berarti. Kita saling mencinta bukan?

Kuharap, setelah ini kita bisa berjalan bersisian. Meski setapak kita telah terpisah, kuharap kita masih bisa saling menyapa dengan ramah. Kuharap kita bisa membuka lembaran baru dalam bab berbeda. Semoga kebahagiaan bisa menghampiri masing-masing dari kita. Semoga saja, persahabatan tulus itu akan tercipta perlahan dan pasti. Sulit mungkin untuk awalnya, namun kupercaya, waktu akan menyembuhkannya. Aku perlu usaha sedikit lebih keras. Doakan aku, semoga semua bisa terlalui dengan baik.

Sabtu, 10 April 2010