Selasa, 25 Mei 2010

tak ada yang abadi..

"tak ada kawan abadi, juga tak ada lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi"
mungkin barisan aksara diatas teramat akrab dalam ranah politik. namun bagi saya, ternyata rangkaian abjad itu begitu dekat. hidup ternyata juga membutuhkan strategi politik. terkadang kita harus mau dan mampu menyukai seseorang meski dia telah berkali-kali berhianat. bisa disebabkan sistem yang membutuhkan daya fleksibilitas, bisa juga karena perubahan kebutuhan.


saya tidak selalu diperbolehkan untuk kaku. hanya mau melakukan yang dimau. saya harus beradaptasi untuk mempertahankan hidup. lalu, bagaimana dengan nurani?
nurani itu masih ada, hanya saja harus mulai terbiasa dengan kata kompromi. tak ada istilah,
"saya memang begini, inilah apa adanya"
saya harus belajar memahami, realitas tak selalu ideal tercipta. kata ideal yang sesungguhnya sama sekali tak ada.

selalu ada noda yang lihai merasuk untuk menggagalkan sebuah kesempurnaan. sejatinya, bagaimanapun sesuatu direncanakan, tak kan ada pelaksanaan yang sepenuhnya sama. ada saja halangan, ada saja penghambat.

disinilah kesadaran menyeruak perlahan dan pasti. seberapapun kerasnya usaha, jangan pernah berharap akan mencipta rencana yang berjalan sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak