Selasa, 24 November 2009

Apresiasi untuk Ulang Tahun ke-9 Metro TV


hari ini kantor sedang merayakan hari jadi ke-9. sebuah angka terakhir dalam sususan yang berjumlah satu digit. tiba-tiba teringat nukilan tulisan Dee, satu bisa saja melengkapi, karena dua terkadang malah menghancurkan.

dalam permainan kartu, angka sembilan menjadi perlambang hoki. apalagi jika sedang bermain kiu-kiu (saya ndak tahu spelling yang benar). angka sembilan juga merujuk pada mendekati kesempurnaan. paling tidak, saat saya kuliah, nilai sembilan merujuk pada nilai A plus. angka 9 pula menjadi anugerah yang saya miliki untuk skripsi. maaf jika mengesankan kesombongan, paling tidak inilah hal yang saya banggakan selama menimba ilmu. biar IP gak bagus-bagus amat yang penting skripsi nilai 9, hehehe.

filosofi angka sembilan sendiri mungkin memiliki makna yang mendalam, namun saya yang bodoh ini ndak mengerti.

bagi saya, angka sembilan tak memberi pemaknaan istimewa.

kantor ini, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, membabtis diri sebagai stasiun televisi berita pertama di tanah air. pada awal mula kehadirannya, seakan menjadi oase ditengah-tengah tayangan infotainment dan film misteri yang kala itu sedang menjamur. lagi-lagi, bagi saya pribadi, jujur saja, tayangan Metro TV tak terlalu menarik. wajah cakep para pemain sinetron dan aura mengerikan dari para hantu lebih memberikan daya tarik bagi saya saat menyaksikan kotak ajaib bernama televisi.

sampai tsunami meluluhlantahkan bumi serambi mekkah di penghujung 2004. Metro TV menjadi media yang cukup apik memberikan laporan sekaligus gambaran nyata mengenai apa-apa saja yang tergambar di lapangan. belum lagi air mata Nadjwa Shihab yang meleleh-leleh saat memberikan laporan langsung. tentu saja momen itu memberikan nilai plus bagi pemirsa, termasuk saya di dalamnya.

kini, Metro TV tidak sendirian. ada stasiun TV sebelah yang juga mengambil segmentasi serupa. beberapa kali saya keluar kota, masyarakat memberikan apresiasi atas persaingan antara Metro TV dan stasiun tetangga itu. ada-ada saja penilaian mereka, dari yang serius sampai sepele. saya hanya menanggapinya dengan cengiran, memangnya mau apalagi? law wong saya disini juga ndak lebih dari sebatas freelance. bahkan menjadi bagian secara resmi pun tidak.

paling tidak, satu hal yang saya banggakan disini. sampai sejauh ini, dan setahu saya, stasiun TV ini masihlah menggenggam sesuatu bernama idealisme. masih menggunakan kode etik dalam memilih materi tayangan tanpa mengumbar nafsu untuk meraih rating. ya, beragam tayangannya masih mempertimbangkan nilai-nilai edukasi dan tidak mendahulukan provokasi yang berpotensi menangguk rating serta untung.

juga tema-tema yang diusung selalu menunjukkan rasa cinta pada negeri. tahun ini, dalam perayaan hari jadinya, Metro TV mengambil tagline, CINTA NEGERIKU. hahaha..saya selalu bersemangat jika ada pembicaraan berkaitan dengan nasionalisme. meskipun beberapa waktu lalu ada yang mencibir mengenai nasionalisme yang saya miliki tak lebih dari nasionalisme bangsa jawa. tak apalah, sambil belajar memahami nasionalisme dalam makna sesungguhnya dan merata. yang penting saya tetap mencintai negeri ini, sejati loh, tanpa syarat, apapun kondisinya.

selamat ulang tahun Metro TV. semoga kedepannya para penggede di kantor ini menjadi lebih peduli terhadap nasib para pekerjanya. agar para awak juga tak kalah bersemangat memajukan menjadi stasiun TV berita yang mumpuni dan tak kalah dari TV sebelah tentunya.

hanya kelakar, tak usah diambil hati apalagi sampai jantung. bravo!!!

Senin, 23 November 2009

lagi mati gaya..


ahay..jam belum genap pukul 11 tapi gak tau kenapa mata sepet banget, pengennya terpejam terus. padahal kalo diakumulasiin, jam tidur semalam juga gak kurang, atau mungkin kualitasnya yang masih jauh dari standarisasi tidur berkualitas.

hh..hh..akhir-akhir ini sering merasa hambar. mungkin karena rutinitas terlalu rutin, sampai-sampai merasa bosan alang kepalang.

sempat usaha melakukan perjalanan, berharap akan mengembalikan segenap semangat, berjumpa dengan kawan-kawan lama, ternyata tidak memberikan dampak besar. senang sih senang, tapi gak merubah apa-apa.

mungkin memang saat ini saya yang sedang sulit dibuat merasa bahagia. inginnya menghilang sejenak. eit..tapi pengertian sejenak ini berapa lama ya? karena sejenak buat saya kan belum tentu sama dengan orang lain. pertanyaannya lagi, selama masa menghilang ini mau ngapain aja?!! lah, kalo gak ngapa-ngapain kan ya sama aja boong.

seru kali ya..tiba-tiba saya melancong ala sendal jepit (istilah kerennya backpaker)dengan budget minim, gakperlulah jauh-jauh. cukup ke Cilacap, terus main-main ke pantai sampai puas. kalo masih ada sisa sangu, mampir ke greencanyon yang beberapa waktu terakhir ini sempat menjadi perbincangan. uhm..otak kok rasanya jadi ikutan nyengir, ahay..

smuga bisa tercapai setelah momen 17 desember ah..

jadi, sekarang yg harus dilakukan adalah mengontak seorang teman yang dulu kala pernah menawarkan bantuan jika saya ke Cilacap. bersedia. siap. YA!!!!!!!!!

Jumat, 06 November 2009

belajar bersama


aku membiru
digempur rindu menggebu

waktu seberapapun lamanya
tak pernah cukup bagi kita
berbincang seberapapun banyaknya
tak pernah memuaskan dahaga

yeah..
meski harus diakui
terkadang terlalu banyak
malah memicu pertengkaran
ada saja sebab
bahkan sangat sepele
kita akan saling diam
menatap tajam
lalu kau mulai membuka kata
bertanya ada apa
dan aku bingung menjawab
tak tahu harus berkata apa

waktu yang telah kita isi dengan tawa
tiba-tiba saja poranda
dan akhirnya kamu dan aku menyesali bersamaan
entah siapa yang memulai
salah satu dari kita
akhirnya menarik sudut bibir untuk tertawa
tanda ingin berbaikan
lalu kita kembali tertawa

kita bodoh
dan belajar untuk menjadi pintar bersama-sama
kita egois
dan sedang merangkak menjadi bijaksana
semoga
kita cepat naik kelas ya beib..

Minggu, 25 Oktober 2009

belajar komit pada komitmen ternyata susyah..


masih dalam euforia yang sama. tak ada banyak perubahan. hanya saja, mulai kini saya sedang memperbaiki bangunan bernama komitmen. jujur saja, baru memulai, dan sejujurnya (lagi) saya tak yakin bisa melampauinya.

entahlah, mengapa kata komit terasa sungguh sulit direalisasikan. bukan..bukannya saya tipikal orang tak setia, hanya saja..

yeah..entah mengapa, otak ini terkadang terjangkiti virus plin plan akut. inginnya melakukan ini tapi kok ya ndilalah jadi melakukan hal yang itu. semua terjadi spontan tanpa pikir panjang apalagi pertimbangan.

terkadang saya mati-matian menahan diri untuk tak melakukan sesuatu, tapi apa daya hasrat tak terbendung dan jadilah pelanggaran komitmen.

sampai sejauh ini sih pelanggaran komitmen terbatas pada menghianati diri sendiri. jadi bukan pada orang lain. tapi jika direnungi lebih dalam, bukankah lebih menyakitkan menghianati diri sendiri? yah, mengapa tanpa sadar saya justru sering melukai sisi lain diri sendiri. jika raga dan jiwa ini terbelah, maka keduanya akan berada dalam dua kubu yang berlawanan. seorang kawan pernah berkata saya memiliki kepribadian yang kontradiktif, bertentangan.

satu sisi saya adalah sosok yang mandiri, tegas tak terbendung, galak minta ampun, memiliki kosakata setajam silet. eh, sisi lainnya kok ya malah memanja, halus tutur kata bak madu dan tentu saja pribadi yang lembut mudah tersentuh. jujur, terkadang sulit juga mengakomodir kebutuhan yang terkadang saling bertentangan ini. entahlah, jadinya apa nanti.

pribadi ini terkadang membingungkan orang sekitar. saya jadi merasa orang yang memakai topeng. tapi sungguh tak ada kepura-puraan dalam sikap keseharian. meski terkadang suasana hati pun berubah dengan tingkat kedrastisan tinggi pula.

hoa..entahlah. mungkin yang harus saya lebih pelajari lagi adalah metode memanage diri. seperti hari ini. banyak rencana yang ingin dijalani. tapi endingnya malah ngobrol tanpa juntrungan dan menjelang senja beranjak ke sebbuah tempat yang menyediakan fasilitas wifi. jadilah post ini dilahirkan. tanpa maksud, tanpa makna. semoga saja bisa menjadi tempat berkaca bagi saya dikemudian hari, jika sulit menemukan jalan pulang.

Sabtu, 24 Oktober 2009

ayo bersemangat!!


sedang merasa mengalami kemunduran nih. jika melihat waktu yang telah terlewat, seharusnya, ada banyak hal-hal hebat yang bisa saya lakukan. bukan, bukannya mau bilang dulu ada banyak hal hebat yang saya lakukan. hanya saja, kok tiba-tiba saya merasa dulu saya lebih berkualitas dibanding sekarang gituh.
tolak ukur ini dilihat dari segi kerajinan saya menulis. tidak hanya diukur dari frekuensi, tapi juga dari kualitas. dulu tuh kalo nulis kayaknya lebih greget. bahkan pemilihan kata yang menurut saya terasa lebih intelek. entah mengapa kok sekarang rasanya cetek banget. padahal kan harusnya semakin haris emakin membaik. lah wong setiap hari pekerjan saya berhubungand engan dunia tulis menulis kok. belum lagi beberapa waktu lalu, saya juga dianugerahi keberuntungan mencecap pelajaran menulis panjang bersama ETF dan Pantau.
untuk sesi belajar menulis ini, sejujurnya yang peling terasa adalah bertambahnya kenalan. yeah..banyak teman-teman 'hebat' yang saya dapatkan disini. mereka membawa atmosfer kesenangan. sayangnya masa didik kami telah usai. emski kenangannya akan terus terasa.
duh, kok jadi mellow gini? mungkin karena tadi tanpa sengaja saya habis membolak-balik foto2 saya bersama mereka.
yah, bagaimanapun aku merindukan kalian kawan. jadi, yuk kita janjian. hehehe
kembali ke masalah produktivitas. enaknya ngapain ya biar saya bisa secerdas dulu?
ups, maaf, bukannya mau sok cerdas, tapi paling tidak saya memang sedang merasa lebih bodoh dibanding dulu.
mungkin dengan mengumpulkan segenap kesadaran, mengumpulkan setangkup kenangan, dan treeeng..!!!
voila...saya menjadi bersemangat menempuh hari! Amin.

Senin, 14 September 2009

rindu kelas ETF 3

baru juga hitungan hari, kelas narasi ETF 3 berakhir. sedih rasanya. kehilangan pastinya. pada akhir perbincangan di kelas, kami menyepakati kalimat yang diucapkan Lisa, kami belum bisa membuktikan apa-apa.
ya, belum ada yang bisa kami buktikan terhadap hasil pembelajaran selama 10 minggu, sampai suatu saat nanti, salah satu diantara kami memiliki karya. jika bisa sih ya jangan salah satu, tapi semua tanpa kecuali.
terimakasih teman, untuk setangkup kenangan yang tercipta. terimakasih kawan, untuk rasa berbagi yang kalian beri. aku akan merindukan masa-masa kebersamaan kita.

Selasa, 08 September 2009

grey area..

beranda ini kini berubah warna
menjadi biru
dan harapku
warnanya bisa berpendar sampai ke hatimu
agar tak perlu ada asa yang meragu
saat tatap mata kita berpagut
membeku dan kaku
di bawah temaram lampu

aku membuka diri
aku menyerah kalah
pada hasrat yang menggelora

saat nanti tiba saatnya
entah berakhir menyedihkan
atau malah bahagia sangat
sungguh tak mau ku ambil pusing

yang kumau saat ini sayangku
kau menjelma nyata
dari mimpi
dan kini kau berdiri tegak di hadapanku
jadi tunggu apa lagi?!

mari bersama kita belajar
berbenah dan memperbaiki
rumah yang belum sempurna ini

semoga,
perlahan dan pasti
semua akan semakin jelas di hadapan..

Senin, 07 September 2009

baik..baik..baikk

"Sangat mudah berbuat baik, yang sulit itu menjadi orang baik"
demikian kalimat yang meluncur lembut darimu. sebuah kalimat yang sungguh sederhana, sesederhana orang yang mengucapkannya.

jika ditelaah, kalimat sakti ini ada benarnya. menjadi orang baik berarti arus diikuti dengan konsekuensi selalu dan selalu berbuat baik. sedangkan untuk berbuat baik, setiap individu tidaklah harus menjadi orang baik.

orang yang dalam keseharian selalu identik dengan kelakukan slengean pun bisa dan sah-sah saja berbuat baik. tidak ada larangan untuk berbuat baik, apalagi di bulan yang sering di sebut-sebut sebagai bulan baik (ramadhan)ini. ya, di bulan ramadhan, entah mendapat inspirasi dari mana, saya dan mungkin anda akan cenderung lebih mudah menemukan kebaikan-kebaikan.

coba saja berdiri di salah satu perempatan ibukota, bukan tidak mungkin anda akan menjadi target dari rencana berbuat kebaikan, misalny mendapat ta'jil untuk berbuka puasa. jika ingin lebih nyata, coba saja iseng-iseng ke panti asuhan. saya berani bertaruh, panti-panti ini pasti akan mendapatkan sumbangan jauh lebih besar di banding bulan-bulan biasa.

tak ada yang salah dari mekanisme ini. tidak. tidak sama sekali.

hanya saja, pikiran usil saya kok malah menggelitik ya? bisa jadi rangsangan berbuat baik ini karena janji Allah yang akan melipatgandakan amal jika berbuat baik di bulan ramadhan. tapi, sayangnya..
orang-orang yang membutuhkan uluran kebaikan itu kan tidak hanya hidup di bulan ramadhan?!! mereka juga harus hidup, berjuang untuk mempertahankan hidup di 11 bulan lain non bulan ramadhan. lalu, bagaimana mereka hidup selama bantuan serasa kemarau?!! setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya lebih baik berbuat baik tidak hanya di bulan baik. alangkah lebih baik lagi jika berbuat baik di saat yang baik. saat dimana seseorang di luar sana benar-benar membutuhkan kebaikan. tulus dari hati. bukan karena ingin pelipatgandaan amal. semua dilakukan ya karena ingin berbuat baik. syukur-syukur ya karena dia memang orang baik.

maaf sangat, tulisan ini tak jelas dan tak fokus. maklum, saran membuat outline masih belum juga bisa terealisasi. padahal outline juga merupakan indikator menjadi penulis yang baik.

Jumat, 04 September 2009

ketika 'mengapa' terlalu banyak terlontar

ada gelora yang menjalar, semua seperti tak terkendali. saya, telah bermetamorfosa menjadi sosok Endang Prihatin yang berbeda. semua bermula dari suatu pagi, dimana saya dengan tingkat pede level tertinggi, meminta kamu untuk membantuku menginstal modem.
ya, saya meminta tolong pada seseorang yang namanya saja tak tahu, apalgi kenal.
kamu bersedia membantu, tanpa banyak tanya. kita membuat janji bertemu, pada malam hari. seperti yang sudah-sudah, saya memiliki penyakit plin plan akut.
yah, malam itu saya ingkar janji, tak jadi menghampirimu, meski itu untuk keperluanku. esok paginya baru saya menghampiri, seraya mengucap maaf telah ingkar, dan berkelit tak mengabari karena tak memiliki nomor ponsel.
kamu, tak keberatan sama sekali. wow, sungguh tak ada nada keberatan.
selesai urusan, berhasil. kamu berhasil menginstall modem. dengan rasa tak enak, baru kutanya namamu.
itulah sekelumit kisah awal perkenalan kita. saya yang selalu seenaknya dengan gaya sok akrab, keterbalikan kamu yang selalu malas beramah tamah dengan orang baru. malas jika ada orang sok akrab.
mengapa kau tak membenciku ya?!! mengapa rasa malasmu pada orang baru tak berlaku padaku?!
sejujurnya, ada banyak kata mengapa yang berkecamuk dikepalaku. sebagian sudah kuajukan, meski sebagian besar yang lain masih menunggu giliran.
kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta..
tentu kalimat ini sungguh tak asing terdengar bukan sayang?!!

Kamis, 27 Agustus 2009

Tentang Rasa Nyaman

Ada kesepakatan tak tertulis
Tentang rasa nyaman
Membuat setiap orang akan meyakini
Keberadaan pasangan jiwa
Telah menyata di hadapan
Apakah ada banyak orang yang mampu memberikannya?
Jawabnya ada padamu
Karena sajak ini
Menyerahkan diri sepenuhnya
Pada orang-orang yang begitu murah hati
Rela luangkan waktu
Membacanya
Semoga
Kamu membacanya dengan hati
Tak sekedar mata

Cipete, 25 Agustus 2009

Lelakiku

Lelakiku,
Jangan pernah ulangi lagi
Mencipta sebuah asa
Pada setiap potongan hati
Yang tercecer di luar sana
Lelakiku,
Kamu mungkin mencipta luka
Meski tak ingin apalagi sadar
Sungguh ada luka menganga
Yang tak kan sembuh
Jadi,
Jangan lagi kamu mengulangi

Cipete, 25 Agustus 2009

Sebentar Saja Jangan Membatu

Sebentar Saja Jangan Membatu

Batu,
Sebutanku padamu
Karena kamu seakan membatu
Kokoh berdiri disana
Tetap pada pendirian
Satu sisi
Aku senang tak kepalang
Kamu baik
Tapi tunggu dulu
Ini tak baik bagiku
Jadi,
Kurangi batumu
Sedikit saja untukku
Biar cepat kuhabiskan
Sedang dia
Akan memiliki sisa-sisa batumu
Tentu dengan bagian yang jauh lebih besar
Setelahnya
Aku, Kamu dan Dia akan melanjutkan hidup
Seperti sedia kala..

Cipete, 25 Agustus 2009

Rabu, 01 Juli 2009

ulang tahun kali ini..


hari ini saya berulang tahun..

setiap menginjak tanggal paling sulung di bulan juli ini, saya selalu memperingati hari lahir, serunya lagi, setiap tahun selalu memberikan kesan tersendiri, tanpa kecuali.

ya, bahkan hari ini ulang tahun saya di siarkan di tipi nasional, tak tanggung-tanggung, kemunculannya bahkan hingga satu segment!!!

wuah, kaget, haru, seneng, seneng banget, trus seneng lagi dan senang lah pokoknya.

kurang ajarnya, Edwin Lau (hayo, siapa yg gak tau doi?) menemplokkan satu loyang kue taart tepat di muka saya, sumpah, seumur-umur baru kali ini terjadi!!! bayangkan, kue yang terlihat yummy penuh coklat itu mubazir begitu saja akibat terpapar wajah saya yg penuh kuman ini.

namun di balik ini semua, ada satu kisah ironis. ibuku, perempuan yang bisa jadi paling menyayangiku, justru lupa tanggal keramat ini. ya, beliau baru ingat setelah melihat tayangan healthy life include saya dengan tampang yang super culun ini. sapiclesh gak tau mo ngomong apa, lagian kan saya gak pernah tuh belajar tata krama jika harus berada di layar kaca, toh dari dulu pun kerjaan saya memang cuma berada di belakang layar, secara tampang pun tak mendukung sodara-sodara!!!

beberapa pesan dan ucapan selamat menghampiri, mulai dari pesan singkat di ponsel, comment status dan pesan dinding facebook hingga jabat tangan penuh cinta. ya, hari ini banyak taburan cinta yang mengalir deras, paling sambil cengar-cengir saya membalas ucapan selamat mereka dengan kalimat "Semoga doa kalian terkabul ya!"

yak gak tau maknanya sih cuma iya, tapi andai mereka berpikir panjang, saat itu kan doa mereka untuk kebaikan saya. jadi intinya, semoga doa mereka agar saya menjadi bla..bla..bla..itu terkabul semua.

dari semua doa. ada satu doa yang begitu mengesankan. yang lain juga berkesan , hanya doa yang satu ini sungguh mampu membuat saya merenung. doa itu datang dari kawan lama, namanya Vandi. katanya, semoga saya tetap dapat memberikan rasa bangga pada orang-orang di sekeliling.

sederhana bukan?

namun harapn ini seakan mengakui selama ini saya telah membuat bangga. jika ya, siapa? ah..Vandi terlalu menilai saya berlebihan. saya belumlah memunculkans etitik rasa bangga bagi siapapun, bahkan meski sekedar untuk diri sendiri.

namun di sini, di hari yang mana kebanyakan orang membuat permohonan, saya menginginkan pada suatu hari kelak ada rasa bangga yang tersemat di benak setiap orang yang sempat bersua dengan saya.

ya, andai klian tahu, betapa beruntungnya saya, dalam satu putaran hidup ini sempat mengenal kalian semua.

Senin, 29 Juni 2009

mimpi burukkah ini?


hidup tanpa impian tak layak untuk dijalani.

yah, kalimat dari opa Plato ini serasa menusuk ulu hati. mengapa? karena saat ini bisa di bilang saya sama sekali sedang tidak bermimpi. yang terlalui hanyalah hal-hal yang memang harus ditempuh. jadi, aku hanyalah melewati putaran waktu, mengikuti kemana arah bayu mengayuh roda kewajiban yang silih berganti tanpa mengenal kata bosan. saya hanya manut dan nunut. tak ada ambisi apalagi mimpi.

hh..ini laksana mimpi buruk. menyerah kalah pada

keadaan. enggan berjuang, apalagi menjemput mimpi. meski ada beberapa plan yang bisa di bilang telah menjadi mimpi sejak beberapa tahun berselang. namun semakin mendekati hari, semakin terasa biasa saja. tidak kutemukan semangat yang membuncah.

mungkin saya terlalu menyatu dengan kata rutinitas.

ah, jika sudah begini, bahagia rasanya sulit sekali tergenggam. saat semua yang dahulu menjadi biasa dan berlabel lumrah, maka kata istimewa semakin tak bermakna. saya, semakin gundah, emndongak dipersimpangan dengan setangkup bingung yang menggelora. apa ini? apa yangs edang kujalani? benarkah menuju tempat yang seharusnya? atau malah perlahan dan pasti terpagar dalam koridor salah tujuan?

gundah dan gulana semakin meraja saja rupanya..

saya dan aku..


hanya ingin menyampaikan

setelah ini

saya akan memiliki teman bernama aku

tanpa maksud apa-apa

hanya terkadang

saya tidak cukup menggambarkan aku

saya dan aku..


hanya ingin menyampaikan

setelah ini

dalam setiap posting

kata saya

akan memiliki teman

bernama aku

tak ada maksud apa-apa

hanya merasa

terkadang saya tidak menggambarkan aku

Senin, 22 Juni 2009

bahagianya saya..

minggu lalu, saya mendapat kabar gembira. hari apa tepatnya saya lupa, jadi jangan ditanya. apa gerangan kabar gembiranya? saya diterima sebagai murid Andreas Harsono dalam kursus singkat Jurnalisme Sastrawi, saya bilang singkat karena hanya 2,5 bulan. periode-nya sejak 4 juli-12 september. hebatnya lagi, kursus ini saya ikuti secara gratis telak karena di biayai oleh Eka Tjibta Foundation, jadi saya bisa di bilangs ebagai penerima beasiswa.
sejak awal, sengaja saya tidak menggembar-gemborkan kata beasiswa. takut menciptakan ekspektasi terlalu tinggi. maaf, bukan maksud mengecilkan arti pembiayaan yang di berikan, hanya saja, saya berpandangan yang namanya beasiswa itu seharusnya berarti lebih tinggi, bisa dilihat dari waktu maupun jenjang sosialnya. lah, yang ini kan cuma semacam kursus, satu kali seminggu pula.
yah, meski bagi saya, Jurnalisme sastrawi ini sangat, amat sangat malah, begitu keren. senengnya tak tertangguhkan. bagaimana proses mendapatkannya pun sejujurnya saya tak terlalu berjuang. saya hanya mengisi form aplikasi dan mengirimkan contoh tulisan. sungguh bukan usaha keras. meski usaha tak perlu mengeluarkan peluh, selama proses seleksi, saya sama sekali tak mau berpikir tentang kegagalan. ceritanya nih, saya bener-bener gak mau memikirkan kemungkinan saya gagal. lucu memang, usaha hanya segitu tok, tapi maunya hasil maksimal. yah, untung Gusti Allah masih amat sangat berbaik hati.

tiba-tiba jadi teringat ucapan Jeng Dwita. katanya saya selalu mendapatkan apapun yang saya mau. amin, semoga benar demikian keadaannya.

jum'at lalu, menjelang magrib saya dan Dwita bertolak ke Blom M. tujuan kami berbeda, saya ke pasar Benhil dan kawan saya yang satu ini ke Senayan City. tujuannya kami pun sangat berbeda, saya mengambil jahitan kebaya, sedang Dwita menemui seseorang (tak usah lah saya sebutkan maksud dan urusannya, saru kata orang jawa).
"Bu, lo yakin tukang jaitnya masih buka? udah jam segini?"
"Tau deh, gue juga ketar-ketir sih, yah paling nggak liat dulu deh," kata saya pasrah
"mm..mungkin sebenenya gue cuma pengen jalan aja kali ya, secara tukang jaitnya kan di dalem pasar, jam sgini normalnya udah tutup ya? yah, kali ini saya butuh sedikit keajaiban kawan," lanjut saya sambil memandangnya.
"gue yakin, kali ini lo akan mendapatkannya," ujar nya
"amin," doa saya sepenuh hati
kami berpisah di terminal Blok M, dan..
treng...

benar sodara-sodara, tukang jaitnya amsih buka.
yippie, yak pertama saya lakukan mengirimkan pesan singkat ke Jeng Dwita.
"Mimit, bener dugaan lo, tukang jaitnya masih buka,"
"i know that, lo sekali lagi mendapatkan apa yang lo mau"

hal simpel sih, tapi setiap orang berucap yang baik-baik, saya selalu mengamini sepenuh hati.

sama halnya dengan proses seleksi jurnalisme sastrawi. berpikir akan gagal saja saya ogah.

semoga, setiap keyakinan akan keberhasilan ini selalu berhasil. mutlak, tanpa kecuali..

Minggu, 14 Juni 2009

Hikmah Kehilangan..

jika dilihat dari kacamata supper positif, tentu semua yang di dapatkan manusia adalah anugerah, tanpa kecuali. sekali lagi jika dilihat dari sudut pandang positif, atau malah super positif. hal ini terbukti, ternyata saya selalu berhasil menemukan pembenaran atas apapun, meski terkadang akhirnya malah memberikan ketidakadilan pada beberapa pihak lainnya. paling tidak, beberapa peristiwa mengajak saya untuk kembali merenung, dan semoga saja bisa mengambil hikmah.

ingatan saya melayang pada peristiwa yang terjadi sekitar maret 2007 silam. saya dan dua orang teman Sleepy dan Udin merencanakan berlibur ke kota klenik Yogyakarta. rencana sangat matang disusun, pengumpulan dana pun sudah dilakukan berbulan-bulan sebelumnya. mau tahu berapa? hanya Rp.15.000,- saja seminggu. yah, waktu itu, kami masih mahasiswa berlabel kere yang kudu memperhitungkan segala sesuatu jika mau selamat kembali lagi ke pangkuan bunda.

niatnya sih, biar tidak memberikan kesan terlalu hura-hura, kami merencanakan untuk membuat film dokumenter tentang pencuci gerbong kereta api di solo baru kemudian sesi bersenang-senang-nya di jogja itu. begitu dana sudah terkumpul, waktu keberangkatan pun telah ditetapkan, pastinya pas kami libur semester dong! untuk menekan budget, kami merencanakan untuk menumpang kereta api ekonomi dari stasiun pasar senen. sekedar informasi, kami bertiga ini tidak lebih dari sekelompok gadis sok tau yang tidak akan menyerah sampai tahu rasanya gagal. dan ini perjalanan pertama kami ke luar kota secara independen tanpa featuring keluarga atau institusi apalagi nama sekolah dan lembaga. tidak sama sekali, kami pyur independen.

begitu sampai di stasiun, kok rasanya agak ngeri melihat mas-mas calo di stasiun, syerem gitu dan garanglah. mengingat kami bertiga juga kelompok spontanitascholic, kami memutuskan untuk keterminal pulo gadung saja, mencari bus ekonomi yang menuju solo. diterminal, setelah menawar, kami emndapatkan harga Rp.45.000,-/orang. murah kan?!!!

eit, tapi ternyata, ditengah jalan kami ditodong para calo, katanya tarif seharusnya adalah Rp.80.000,-/orang. secara, saat itu saya sedang semangat-semangatnya menjiwai karakter seorang jurnalis. kebenaran harus ditegakkan bung! tsah!!!! kesal bukan main karena merasa dipermainkan, saya ngotot jika tadi perjanjiannya telah deal, jadi saya menolak untuk membayar tambahan dana yang dituntut oleh awak bus. awak bus itu mengancam akan menurunkan saya dan teman-teman plus tidak dikembalikannya uang yang telah disetorkan. tak mau kalah, saya malah mengancam mereka akan melaporkan ke YLKI (wuidih..sok intelek lah pokonya!!!) dan membuat laporan ke surat kabar mengenai armada bus yang tidak jelas paraturannya itu. biar lebih dramats, saya mengatakan, justru saya yang dirugikan, pihak bus harus mengembalikan uang yang telah kami bayar, karena mereka juga telah merugikan kami dengan pelayanan yang seenaknya serta waktu beberapa jam yang terbuang percuma. aih, cara ini berhasil, kami hanya menambahkan Rp.15.000,- dan perjalanan dilanjutkan dengan damai dan tentram.
ternyata kehebohan itu baru permulaan. sampai di terminal solo, yah, kamera dan ponsel yang dibawa sleepraib. dengkul langsung lemas. bukannya apa-apa, klo soal ponsel, biarlah, itu milik sleepy. tapi kamera. hiks, kamera itu milik teman SMA yang sengaja saya pinjam untuk mengabadikan momen. apa mau dikata, akhirnya kami memutuskan untuk melupakan masalah kehilangan kamera sejenak, nantilahs etelah sampai di Jakarta dipikirkan mekanisme panggantian.

bagi saya, peristiwa kehilangan kamera itu menjadi sebuah titik balik. kami bertiga sepakat untuk patungan sama rata. caranya bagaimana terseranh, yang pasti setiap orang diharuskan menyetorkan uang Rp.700.000,- saya bertekad untuk tidak menyilitkan orang tua. mulai dari sinilah saya rajin mencari lowongan kerja, padahals ebelumnya ditawari kerja saja saya menolak-nolak. sampai ada lowongan di majalah kesehatan. niatnya saat itu hanya untuk mengumpulkan uang 700ribu itu saja, begitu gaji pertama, sudahlah keluar saja, lanjutkan hidup seperti sediakala. mendengar bidang majalahnya saja jujur, saya malas bukan kepalang. kesehatan gitu, lah wong kesehatan diri sendiri saja saya malas memperhatikannya apalagi menggeluti dan membuat artikel kesehatan. ugh..malas euy..

tapi mau bagaimana lagi, kamera tetap harus diganti. ternyata saya diterima dengan mudah, terimakasih ya allah. dan gajinya melebihi harapan saya. ya, saya dibayar satu juta perbulan. ternyata setelah menjalani, lama-lama saya malah keasyikan. tim yang solid serta atmosfer kerja yang menyenangkan membuat saya lupa tujuan awal. ya, kemudian saya malah menikmati sepenuh hati. saya jadi bekerja sambil kuliah.

masuk bulan ke-8, saya malah diterima sebagai script writer untuk program kesehatan di Metro TV. memang hanya sebagai freelance, namun stasiun TV ini tentu memberikan prestige tersendiri. lebih dari itu, Metro TV pun telah memberikan segudang pengalaman menakjubkan. sampai sekarang saya masih bernaung di televisi berita ini. ada enak ada susah, ada senang ada duka, ada kebosanan dan ada juga gairah menggebu. semuanya saya rasakan disini. ya, di tempat saya menuliskan post ini.

kembali ke tema sentral yang saya tulis di awal. bisa jadi, saya tidak akan mendapatkan pencapaian sepertis ekarang ini, jika tidak ada maling yang mencuri kamera. akhirnya, saya memilih untuk menjadikan peristiwa itu sebagai jembatan saya menuju sebuah pencapaian. kehilangan kamera itu ternyata menyimpan sejuta berkah yang akhirnya masih saya rasakan hingga saat ini.

yang paling saya syukuri, saya tidak sempat merasakan luntang-luntung cari kerja. bingung dan malu pada keluarga dan teman saat ditanya sudah kerja atau belum. saya memang tak pernah merasakannya (maaf ya, bukan bermaksud sombong), namun saya bisa membayangkan tidak enaknya berada di kondisi demikian. tahu tidak nyaman rasanya, biasanya saya memilih untuk tidak menanyakannya. alih-alih biasanya saya malah mengumpulkan alamat email teman dan sahabat, siapa tahu saya memiliki informasi lowongan yang bisa saya forward ke meraka.

jadi kesimpulannya, bencana sebesar apapun, pasti memiliki hikmah, tergantung bagaimana kita memberikan sudut pandang dalam peristiwa tersebut. saya memilih untuk bersyukur, bisa jadi, tanpa si pencuri kamera itu,, saya masihlah pencari kerja yang mengalami rendah diri akut dan malu tak hingga. dan yang terpenting, saya jadi ikhlas luar dalam dengan kehilangan itu. tak ada lagi rasa kesal dan menghujat. saya memilih untuk berterimakasih. tanpa pencuri kamera itu, bisa jadi nasib saya pun tidak sebaik sekarang. dan ada sebait doa yang terselip di relung hati ini, semoga kamera itu lebih berguna di tangannya ketimbang di tangan kami. amin. saya ihlas..

Kamis, 11 Juni 2009

Bali, I am Coming (again)

Ya Tuhan, terimakasih untuk semua berkah yang selalu Kau berikan pada manusia yang satu ini. Ya, saya yang terkadang suka mbalelo dan sedikit nakal ini, ternyata masih juga di sayang sama Gusti Allah. jadi makin percaya sama wejangan pak Rojak, ustadz saya sewaktu masih rajin mengikuti TPA jaman dulu. beliau berwejang, setiap keinginan manusia yang mengajukan permohonan pada Allah, hasilnya pastia diantara tiga kemungkinan. kemungkinan pertama, permohonan itu pasti di kabulkan. jika yang terjadi adalah kemungkinan ini, pasti kita senang sangat. sedang kemungkinan yang kedua adalah dikabulkan namun waktunya di tunda. sebagai manusia, harusnya sih, kita tetap senang ya dengan pilihan pengkabulan do'a untuk sesi ini meskipun di tunda. sedangkan kemungkinan yang ketiga adalah, permohonan kita dikabulkan hanya bentuknya di ganti.
wuah, kurang baik apa ya Tuhan, jadi saya menyimpulkan setiap keinginan kita psti terkabul hanya dalam bentuk ataupun kapan terwujudnya yang jdi misteri.
hari ini, bisa jadi salah satu realisasi dari permohonan saya selama ini. Yah, hari ini kembali saya berkesempatan menyambangi pulau dewata, bahasa kerennya The Island of God. yang menyenangkan, padahals ekitar dua minggu lalu saya baru saja meninggalkannya. Wuah, gimana teman-teman gak iri jali coba jika tahu nasib saya sebaik ini.
yah, semoga kepergian saya kali ini emmbawa sejuta berkah, memberikan sejuta pengalaman menakjubkan, dan tentu saja semoga menjadikan saya sosok yang lebih baik setelah ini.

Jumat, 29 Mei 2009

harapanku terlampau tinggi

hati ini sedang kesal bukan kepalang. pasalnya, ini untuk kali kedua, kerja saya tidak dilanjutkan dan diproses untuk kemudian di edit menjadi tayangan dalam format VT. dalam kasus pertama, saya masih tak mempersoalkan, alasannya keterbatasan waktu. meski sejujurnya ada sedikit kesal, jika kira-kira waktu tak cukup mengapa juga meminta saya untuk tergesa-gesa membuat script VT?!!
apa mau dikata, ya sudahlah. waktu memang selalu menjadi pemenang bukan?
tapi ini, maaf, saya kesssal bukan main.
pembuatan VT ini pun memakan waktu saya. tak sedikit, bahkan saat itu saya sengaja menyisihkan sebagian daya nalar diantara kesibukan luar biasa. diantara tekanan amat sangat. diantara kerja lainnya yang menuntut diselesaikan dengan segera. nyatanya, hasil penyisihan pemikiran yang tak bisa dibilang ringan itu diabaikan begitu saja. selembar VT itu teronggok tak tersentuh selama nyaris dua minggu.
puff, bagaimana tak emosi?!!
rasanya ingin menangis. mengapa harus saya yang peduli yah? mengapa harus saya yang repot mengecek apakah kesemuanya berjalan sesuai seharusnya atau tidak. jika dalam kondisi begini, ingin rasanya saya cuwek maruwek saja, toh bukan job desk saya.
mengsalkannya lagi, ternyata saya tak bisa untuk tak peduli.
ya, itu tanggung jawab saya. baik tidaknya sebuah program, itu menjadi bagian pekerjaan saya. sebbbballlll!!!

akhirnya saya kembali terpekur. secepat apapun kamu berlari, segiat apapun kamu mencoba. semua akan nyaris tanpa arti, jika hanya hanya kamu yang berusaha.

memori saya tiba-tiba melayang pada sebuah kenangan sekitar lima tahun silam. jaman kuliah, saat berorganisasi terasa sungguh nikmat. kondisi nyaris sama, saya pontang-panting membuat proposal untuk menggalang dukungan sponsor, padahal posisi saya hanya sekretaris dua. kemana sekretaris satu? si 'ibu' harapan bangsa itu berdalih sibuk kuliah. hello..status kita sama nona. sama-sama menempuh sekian sks untuk dipenuhi.

sampai akhirnya ada seorang senior yang menyampaikan asumsi penuh atmosfer kebijaksanaan.
"tak ada yang percuma, apa yang kamu lakukan sekarang, pasti memberikan manfaat. sekecil apapun itu. bisa jadi sekarang, bisa jadi di kemudian hari. paling tidak, kamu bisa menjadi lebih mampu membuat proposal dan tak usah khawatir, ilmu itu akhirnya hanya untuk kamu, bukan yang lain"

demikian kata Bang Ryan yang saat itu menjabat ketua HIMAJUR di kampus IISIP. hm..tiba-tiba ada rasa dingin meleleh disanubari. tak ada lagi rasa tak ikhlas karena bekerja melampaui kewenangan.

tapi sekarang? tak ada si pemberi nasehat itu. tak ada si pemberi pengharapan itu. semua akan menguap, seakan semua memang berjalan seperti yang seharusnya. kesalahan sulit sekali di evaluasi. entahlah. mungkin memang sebaiknya kita bekerja sesuai porsi saja agar tak banyak kecewa. atau jangan-jangan justru sayalah yang kerajinan, sayalah yang terlampau berekspektasi tinggi.
hm..bisa jadi.

Rabu, 27 Mei 2009

puisi untuk kawan baikku

ada kelabu menyusuri setiap relung hati ini
semua menyeruak tanpa syarat
termenung
memandangi semarak pagi ini
ada ocehan penuh rasa sayang dari kawan-kawan tercinta
yang terkejut melihat kedatanganku
tiba-tiba
mungkin itu yang ada di benak mereka
ya, seharusnya memang aku tak pulang sepagi itu
ada kejadian mengejutkan
yang memaksaku mempertimbangkan rasa
rasa orang-orang lainnya yang juga ku sayangi
demi mu
semoga
kau tak sebegitunya lagi terluka
semoga kau tidak terlalu kecewa
tenang kawan, ini pun bisa jadi hanya konspirasi
tak usahlah terlalu bersedih hati
aku selalu bersamamu
tapi maaf sangat
jika kali ini kita sedikit berbeda
percayalah, aku tak berkehendak
dan aku tak kuasa
merubah apapun
karena aku bukanlah apa-apa

Jumat, 22 Mei 2009

Garuda Wishnu Kencana cultural park


wah, akhirnya saya dapat melihat dengan mata kepala sendiri, master a piece I Nyoman Nuarta, Garuda Wishnu Kencana. Sudah tau sebelumnya sih, kalau patung kepala yang sering menjadi latar belakang foto para turis itu hanya seperbagian patung seutuhnya yang direncanakan. namun, begitu melihat maket (atau miniatur ya?) dalam versi lengkap, kaget campur kagum gum lah yang terasa. Ya, kepala yang sudah besar luar biasa itu ternyata hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan patung yang direncanakan. besaran keseluruhan patung sendiri, menurut informasi yang saya dapat dari mister google, adalah bertinggi 146 meter dengan lebar 66 meter.
lokasi letak si patung ini pun sangat menakjubkan. bukit kapur yang di potong sedemikian rupa, sehingga membentuk semacam gapura-gapura alam. luasnya sendiri jangan ditanya, 25 hektare aja dong!!
sebuah megaproyek yang membutuhkan keambisiusan tinggi dan ehm, juga dana yang tak sedikit tentunya. sayang, kemarin saat kunjungan saya ke sana, tak terlihat tanda-tanda kelanjutan mega proyek ini. sedikit bocoran dari guide, nantinya patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia, namun saya jadi meragu. melihat waktu pengerjaan yang sepertinya malah terhenti itu, apa ndak takut nantinya di balap sama pematung-pematung lain?
lah wong, belum jadi kok malah sudah mengklaim akan menjadi yang ter..
tapi..
kalau benar si patung yang terbuat dari campuran tembaga dan kuningan ini sudah jadi, bisa jadi keberadaannya tidak hanya menjadi landmark pulau dewata saja. Indonesia pun dalam lingkup sebuah negara saya rasa sah saja menjadikannya sebagai landmark negara. maaf ya monas, bukan berarti menisbihkan keberadaanmu kok, malah saya mencarikanmu teman.
saya dapat merasakan atmosfer bintang dari kawasan Garuda Wishnu Kencana ini. belum jadi saja sudah menjadi tujuan bagis ebagian besar turis yang menyambangi Bali. logikanya, nanti kalau sudah jadi, apalagi?!!!
belum lagi kawasannya yang memang indah sekali untuk dijadikan lokasi pertunjukkan. dengar-dengar, lokasi ini juga menjadi perlambang penyatuan antara dunia nyata dan maya, eh, ghoib maksud saya.. wah, sebuah entitas yang mempertimbangkan keseimbangan, dan mungkin juga penghargaan pada alam yang sudah begitu murah hatinya memberikan banyak kenikmatan untuk manusia reguk..

Kamis, 21 Mei 2009

bersetubuh dengan alam


deburan ombak di luar sana memanggil-manggil saya untuk menghampirinya. ya, bersetubuh dengan alam merupakan nikmat tak terkira. sebuah nikmat tak tergantikan bahkan dengan candu sekalipun.
hh..kesempatan yang tak terduga dan sangat menyenangkan. pantai Jimbaran membuat saya cinta mati tanpa syarat. meski kemarin waktu saya tercurahkan sepenuhnya, rasa rindu di pagi buta telah menyeruak tak tertampung. bahkan, mata ini baru terbuka meski belum sempurna, rasanya tak sabar untuk bercerita pada rumah maya ini.

Rabu, 20 Mei 2009

met Andra & The Backbone


hari yang penuh keajaiban. tak selalu harus berarti positif kan? tapi hari ini bagi saya sama sekali tak biasa. tapi yang paling pertama mau saya pamerkan adalah pertemuan dengan Andra and The Backbone (maaph ya kalau spell-nya salah).
huhu..mereka baik sekali loh, mau menunggu hingga membentuk formasi lengkap tiga personel demi memenuhi keinginan sang penggemar yang ingin berfoto bersama, ya, penggemar itu saya.
modal cengar-cengir malu-malu, saya meminta ijin pada mereka. ternyata baru pulang dari Surabaya, hayo, siapa yang baru melihat performance mereka di kota pahlawan itu?
Hh..tak bisa berkata-kata lah, intinya hari senang senang sekali, soal kejutan tak menyenangkannya, nanti saja saya bagi, tapi tak sekarang ah..
oia, sebenarnya, ini pun sedang mencoba akses layanan internet yg baru saja di setting di Comro, tes tes, sebelum yang lebih berkepentingan menggunakannya.

Selasa, 19 Mei 2009

pelaksanaan komitmen

pagi yang penuh kejutan. ya, hari ini program reguler kecintaan saya, 'Healthy Life" tidak tayang. ada Breaking News mengenai jatuhnya pesawat Hercules di Madiun. Yuhu, rasa hati ini seperti rujak. manis, asem, asin, pedas. senang-senang gimana.

stasiun televisi tempat saya bernaung kali ini memiliki komitment kuat dalam hal penyampaian berita. asalkan peristiwa ini dianggap cukup penting, tak pandang program lain harus mengalah lah lah kalah.

ya, meskipun program yang ditimpa ini telah menjadi slot klien. yak pandang bulu bung, berita tetap yang utama.

canggih ya. kami menolak uang, demi sampainya berita di masyarakat. kasihan klien sih, sudah jauh-jauh datang, bahkan pasiennya datang dari Cianjur. apa mau dikata, komitmen harus terlaksana bukan?

Edwin sih tetap melanjutkan kegiatan santunan memberikan kru sarapan pagi. kami, sebagai pihak internal sih senang-senang saja. tak merasa rugi.

uhm, mungkin AE-nya yang panik plus bingung. dan host tentunya yang dibayar setiap episode yang airing.

yah, hidup terkadang harus berbenturan dengan komitmen. entah merugikan atau menguntungkan, sebaiknya komitmen tetaplah harus dijaga. lalu, bagaimana jika komitmen ini bersinggungan dengan hajat hidup pihak lain? semua tergantung, ya tergantung persepsi, benar atau salahnya.

ow..pusing!!

pasti pernah ada dalam posisi membicarakan orang. yah..sebuah kegiatan yang aduhai menyenangkan. mudah memang mengorek aib seseorang. terlebih, jika kita kadung tidak suka terhadap seseorang, apapun yang dilakukan pasti ada saja cacatnya.
sekarang dibalik, bagaimana jika kita atau gantilah saya menjadi orang yang sedang dibicarakan. kita sudah sama-sama tahu, arti kata dibicarakan disini tentu dalam konotasi negatif.
percayalah, sunggu8h tak enak rasanya. tak nyaman sekali. terlebih, saya adalah tipe orang yang selalu memikirkan dan terkadang emosi pun ikut terlibat.
ya, saat ini saya sedang dalam posisi itu. seorang rekan kerja menggunjingkan, katanya saya akhir-akhir ini sering terlambat memenuhi tenggat waktu. lucu. yang membicarakan saya ini sama sekali tek berhubungan langsung dengan hasil kerja saya. lebih lucunya lagi, dia mengalamatkan keterlambatan tenggang ini tanpa melihat kapan waktu ideals eharusnya saya memenuhi deadline. lagi-lagi lucu, tuduhannya salah total.
hm..agak membingungkan ya?
begini, saya bertanggung jawab untuk memenuhi tenggat waktu pada host bukan pada narasumber. yeah, terkadang 'sebaiknya' saya juga mengirimkan script pada narasumber, namun batasannya adalah agar mereka tidak merasa kagok dan tahu sejauh mana materi yang akan dibahas dalam program. jadi ini hanya semacam tugas tambahan, bukan kewajiban.
tiba-tiba ada selentingan, akhir-akhir ini saya 'menjadi' sering terlambat memberikan script untuk narasumber. bahkan ada embel-embel, keterlambatan saya ini akibat terlalu bergaul akrab dengan si anu yang memiliki citra tak sempurna di kantor.
duh, kasihan sekali si anu ya..
kasihan juga saya, mungkin jika saya tidak bergaul akrab dengan si anu, tuduhan atau selentingan ini tak perlu muncul.
saya mencoba cuek, tak peduli. toh mereka salah alamat. tapi kok sulit ya?
ah, tiba-tiba teringat pepatah, "biarkanlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu"
tapi, rekan kerja saya kan bukan anjing, dan saya bukanlah kafilah..
ya sudah, namanya juga pepatah, mungkin tinggal jawab saja, "ya iyalah, kan kafilahnya budek"

Senin, 18 Mei 2009

Boediono

saya yang biasanya masa bodoh dengan iklim politik kini menyatakan cinta mati pada Boediono. sebenarnya saya tidaklah terlalu mengenal sosok laki-laki jawa yang terkenal pelit bicara ini. sosoknya baru menempel di otak saat SBY menggantikan kedudukan ical sebagai menteri perekonomian. entah kenapa, senyumnya yg sepertinya tulus langsung memudarkan pandangan remeh dan kecewa saya pada beberapa pejabat.
setelah ditelusuri lebih jauh, Boediono ternyata memanglah seseorang yang terkenal dengan citra alim dan santun.
sedih juga, melihat idola saya ini mendapat sansungan dengan julukan neoliberalis. belum lagi statement Gus Dur yang menyebut-nyebut nya dengan julukan agen IMF. duh Gusti, masih saja toh suka mengeluarkan kalimat lugas tanpa tedeng aling-aling dan bukti. heran saya, kok ya masih ada yang mempercayainya. masih ada saja media yang memutar rekaman kalimat tak penting itu berulang-ulang.
huh, tak objektif mungkin melihat kondisi saya yg memang sedang mabuk kepayang dengan cawapres dari SBY ini.
paling tidak, mengutip dari Tempo, ironis sekali dengan tuduhan antek asing sedangkan Boediono-lah yg menjauhkan bangsa ini dari jeratan IMF. bisa saja ini strategi, jika Bapak murah senyum ini benar-benar seorang suruhan IMF. masa bodoh, saya kadung cinta. paling tidak, jaman Megawati, Boediono mampu menekan inflasi dari 13 persen menjadi 5 persen.
So, nikmat mana lagi yang kamu ragukan..
maju terus pak, saya akan membujuk kawan-kawan untuk memilihmu..

Minggu, 03 Mei 2009

krisis eksistensi? ya saya!!!

menjadi pusat perhatian dengan selalu berusaha untuk diperhatikan. mungkin tidak banyak yang menyadari, kita, yang terdiri dari saya, kamu, dan kamu kamu yang lain, selalu menyukai adanya perhatian. semalu-malunya seorang pemalu, tentu akan merasa senang dengan perhatian yang menghampiri. agak berbeda mungkin dengan yang selalu dibanjiri perhatian akibat anugrah wajah rupawan. maaf, saya belum pernah merasa rupawan, jadi tidak tahu rasanya mendapat perhatian tanpa diminta, tanpa pandang waktu, tempat, apalagu bulu.

ya, perhatian kan bisa beragam bentuknya. tapi bisa saya pastikan, tentu semua berharap, akibat perhatian ini yang berkonotasi positif. diperhatikan karena bakat misalnya. atau juga mengundang perhatian karena kemampuan atau pencapaian terhadap sesuatu.

lalu, bagaimana jika perhatian yang datang justru agak-agak menyakitkan. selera berbusana yang aduhai katro misalnya, tentu akan menjadikan sebuah perhatian dalam bentuk cibiran.

pada dasarnya, sejak kecil saya suka jika diperhatikan. ada-ada saja ulah saya agar mendapat perhatian. mulai dari malas mandi, alhasil mulai dari ibu, kakek, nenek, bude sampai tetangga turun tangan membujuk saya untuk mau mandi. yang ini, sumpah jangan ditiru, ternyata saya telah mengalami kejorokan sejak dini!!!

saya juga sangat-sangat membenci terong waktu kecil. jika ibu memasak, entah mendapat ide dari mana, saya mendramatisir situasi. pergi sambil mengucek mata dan menangis ke rumah bude. berkeluh kesah akan bunda yang tak kunjung mengerti akan bencinya saja pada sayuran itu. bude pun menaruh iba pada anak kecil nan culas itu, memberinya makan dan berjanji akan menegur ibu, agar tidak lagi mengusahakan keberadaan si terong malang yang tak tau mengapa saya membencinya amat sangat. entah terkena karma atau apa, kini saat beranjak dewasa, saya malah amat menggemari terong, bahkan diolah dengan cara dan bumbu apapun saya pasti santap. terkadang ibu masih menyindir. ulah aneh yang agak ganjil memang. ibu masih kesal saja jika ingat kejadian belasan tahun silam itu. wajar saja, biasanya setelah insiden itu, ibu langsung di ultimatum, ditegur dengan keras dan entah apalagi. semua hanya gara-gara saya tidak menyukai terong ditambah cara saya menarik perhatian para orang dewasa itu dengan canggih dan yahuddd.

sewaktu kelas 5SD, saya juga pernah mencoba menarik perhatian ibu dengan berpura-pura sakit perut. bukan..bukan karena ibu kurang perhatian. namun agar ibu mau membuatkan surat izin agar tidaksekolah. mungkin saya sampai mempraktekkan gaya suakit alang kepalang dan berhasil. sebenarnya waktu itu, sengaja saya melakukan penipuan kecil itu agar bisa menyaksikan film 'Tomy and The Ghost' yang entah siapa pemainnya, namun jalan ceritanya masih samar-samar teringat di lipatan otak ini.

saat SMP, saya sempat mengumpulkan atribut berwarna merah. padahal, merah bukanlah warna kesukaan saya. hal ini saya lakukan, setelah membaca buku psikologi mengenai efek warna. yah, buku tersebut menuliskan warna merah paling berpotensi untuk menarik perhatian.

di bangku SMU, saya mulai senang membaca buku-buku politik, sesekali juga Kahlil Gibran. Yang paling teringat-ingat adalah saat saya begitu menginginkan buku 'Osama Versus Amerika' yang diterbitkan ditengah euforia black september. waktu itu, saya hanya memiliki uang 10 ribu perak, sedangkan harga bukunya Rp.21.000,- akhirnya saya mengedarkan topi di kelas untuk meminta tambahan dana, ternyata cara ini tak berhasil. akhirnya saya mendatangi beberapa teman potensial sebagai penyumbang dana, menyampaikan proposal permohonan lewat kata-kata. saya menawari mereka puisi bagi sang pacar jika mau membantu saya mendapatkan buku impian. cara ini berhasil telak. hutang itu masih saya bayar sampais ekarang. beberapa teman, masih menagih puisi, apalagi jika akan ulang tahun. saya berhasil lagi emnarik perhatian mereka.

di bangku kuliah, ada yang menyebut saya dengan eksistensialisme. kalau tidak salah, artinya menjadikan diri sebagai pusat dunia. entahlah, itu benar atau tidak. namun yang pasti, saya selalu menggunakan cara pandang 'saya' jika akan mengambil keputusan.

kini, saya tetaplah seperti endang kecil yang selalu ingin diperhatikan. jika bisa mendominasi diantara kawan-kawan. namun semoga saja, krisis eksistensi saya tidak kebablasan. semoga saja saya masih eling untuk tidak melanggar batas. yah, berkat seorang kawan, kini saya belajar untuk tidak berpikir satu sisi. saya juga mengusahakan berada di posisi si A, si B, atau si C. jika ini terlaksana dengan benar, mungkin 10 tahun lagi, saya bisa menjadi orang bijak. jika tidak berhasil, yah, saya tetaplah seorang perempuan yang menginginkan perhatian sebagai individu tentunya. senagaja saya tulis individu agar anda yang membaca tak salah kaprah. yah, saya paling malas dinilai berdasarkan sex dan gender.

uhm, terkadang saya juga rendah diri kok. manusiawi kan??? apalgi jika dikelilingi oleh orang-orang hebat. orang-orang yang saya tahu pasti lebih dari saya. jadi, saya tetap membumi kan?

Senin, 27 April 2009

kebenaran hakiki tak pernah seragam!

kebenaran hakiki tak pernah terjadi, inilah yang saya yakini saat ini. segala sesuatu yang menurut kebanyakan orang benar, tidaklah bisa disimpulkan sebagai kebenaran yang sesungguhnya. kecuali pada ilmu pasti tentunya.

tak peduli seberapa besar dan banyaknya orang yang mengaggap sesuatu sebagai kebenaran. tetaplah saya seharusnya dapat lebih menghargai kaum minoritas yang berani menyuarakan mengenai pendapat tentang sesuatu. yah, banyak dan mayoritas bukanlah alat shahih untuk membenarkan namun terkadang kita salah menggunakannya. banyaknya jumlah terkadang menjadi senjata untuk mengumpulkan kebenaran pendapat dengan dukunan si A, Si B, si C, dan si...si... yang lain.

beberapa waktu lalu, ada kejadian menarik di kompleks rumah saya. terjadi tepat di hari minggu, hari dimana saya menjadikannya spesial karena di waktu inilah saya mencecap dengan rakus kasih bunda. tetangga saya yang menyambi menarik odong-odong (semacam delman yang dimodifikasi laiknya sepeda dan biasanya menjadi objek permainan anak-anak) di hari minggu tertangkap basah mencuri ponsel. ibu saya di kabari oleh abang becak karena istri si tersangka sedang tidak di rumah, jadi rumahnya sedang dalam keadaan kosong song.

ibu langsung panik bukan kepalang. memaksa-maksa saya untuk mengantarkannya ke lokasi kejadian dan menemui pamong wilayah di lokasi pencurian. jujur, saat itu saya langsung menghujat. hanya dalam hati memang, tapi tetap saja menghujat bukan?
batin saya tak habis pikir, untuk apa ibu saya segitunya membela orang yang sudah jelas-jelas mencuri itu. tak mau disebut tak berbakti saya mengantarkan ibu ke lokasi kejadian. dalam perjalanan ibu berkomat-kamit berdoa, harapnya si tetangga saya jangan sampai sudah di bawa ke polisi, takut terlanjur rumit urusannya.

sampai di lokasi, ternyata kekhawatiran ibu terjadi. tetangga saya sudah terlanjur di amankan di kantor polisi. kami akhirnya mengobrol dengan beberapa orang yang berada di lokasi kejadian. malah ada yang merekam wajah yang disangka mencuri itu. ibu langsung memastikan benar tidaknya dia tetangga kami, dan ternyata benar dia tetangga kami.

di sana, bersama orang-orang tak dikenal itu, ibu bercerita betapa tetangga kami itu sungguh patut diberi rasa iba dan kasihan. anaknya baru saja di rawat di rumah sakit dan hingga kini masih terlilit hutang akibat biaya perawatan yang tak murah tentu saja. untuk menambah penghasilan, makanya si tetangga ini menyambi dengan menarik odong-odong sedangkan senin sampai jum'at digunakannya untuk bekerja.

pandangan saya langsung berubah seketika. ternyata sosok yang sebelumnya saya hujat sebagai maling itu adalah seorang ayak dan kepala keluarga yang mencoba memenuhi tanggungjawabnya. mencoba bertindak adil pada si penghutang, mencoba menyelesaikan masalah lilitan hutang, meskipun yah..dengan 'caranya'.

cara yang menurut pandangan tatanan bermasyarakat salah, tapi benar menurut keluarganya, istri dan anaknya. juga ternyata benar menurut pandangan ibu. ibuku sekali lagi tampil menjadi pemenang dalam kompetisi manusia bijak versi rekaan saya.

saya malu pada ibu. yang meskipun bangku SMP pun tak tamat dapat berpikir lebih bijak. mungkin pengalaman hidup yang mengajarkannya. kita tidak bisa menilai baik atau tidaknya sesuatu atau seseorang hanya dari satu sisi, tidak hanya berdasarkan nilai moral dan budaya yang berlaku. kebali saya mengingat kalimat sakti, 'lihat lebih jauh baru nilai sendiri!'.

saya belajar banyak. tak mau gegabah. tak mau merasa paling benar, semoga yang ini benar-benar terealisasi tidak hanya sesumbar.

Selasa, 24 Maret 2009

harapan di awal pesta demokrasi

pelupuk mata ini tiba-tiba terasa menghangat, yah, ada rasa haru yang tiba-tiba menyeruak begitu saja tanpa permisi. bukannya saya baru mendapat kabar duka, bukan, sama sekali bukan.

tadi iseng-iseng saya membuka blog yang dapatnya pun entah dari mana, iseng membaca postingan demi postingan, sampai menemukan sebuah tulisan yang menghenyak. Yah, si empunya blog menuliskan tentang seorang bapak-bapak tua yang begitu semangat mengikuti kampanye. seorang diri, bukannya konvoi beramai-ramai dan memacetkan seluruh jalanan protokol. bapak tua ini, mendukung pesta demokrasi dengan sepenuh hati. mungkin di sanubarinya masih begitu tulus, berharap para calon pengurus pemerintahan dapat merealisasikan kebutuhan rakyat akan:
@pendidikan murah
@kesehatan murah
@harga bahan pangan yang terjangkau
@yang pada akhirnya berujung pada meningkatnya tingkat kesejahteraan rakyat

sungguh ironis, keberadaan bapak tua itu bagai oase di tengah keskeptisan masyarakat pada pemilu. bahkan, seorang teman yang kebetulan bertanggung jawab meng-handle program The Candidate pun tidak kalah skeptis. Kemarin saya mengajukan pertanyaan, "Jadi nanti milih partai apa nih? Lo kan lebih tahu dengan visi dan misi mereka."

"Udah, gak usah milih, mereka gak ada yang konsisten jawabannya," jawab si teman saya
"Kalo gitu, gue milih hati nurani deh," saya menanggapi asal
"maksud lo HANURA?" teman saya mempertegas
"bukan, milih sesuai hati nurani,"

sejujurnya sampai sekarang pun saya masih belum tahu akan menentukan pilihan pada partai yang mana. hati ini pun sudah mulai tertular virus skeptis tak bertepi. padahal, saya adalah orang yang selalu mengagung-agungkan rasa nasionalisme. bahkan, takjarang jika virus sombong sedang meninggi, tak bosan-bosannya mulut ini membanggakan skripsi yang menguak tentang psrameter rasa nasionalisme sebuah surat kabar terkemuka tanah air. kenyatannya, saya tidaklah sehebat itu. minggu lalu saya iseng mengetes adik yang masih duduk di kelas satu SMP untuk membacakan PANCASILA. hasilnya, adik saya lulus dengan nilai istimewa. iseng saya melafalkan dalam hati bunyi sila keramat ini.

Hua....nyatanya saya malah terbata, tersendat, dan ternyata saya tidak hafal PANCASILA!!!
inilah saya, yang selalu mengagungkan rasa cinta terhadap tanah air, ternyata PANCASILA saja tersendat-sendat. saya yang mengaku mencintai negara ini dengan sangat, bahkan tidak bisa menjawab ketika di tanya konsepsi INDONESIA itu apa?

saya, yang selalu berkoar, tidak ada alasan untuk tidak mencintai negeri ini, karena setiap saat kita menginjak tanahnya, menghirup udaranya, dan meminum airnya, ternyata hanya omong kosong tanpa bukti.
semoga, setelah ini saya tidak lagi seperti tong kosong nyaring bunyinya. saya akan lebih mencari tahu Indonesia. saya berjanji akan memberikan yang terbaik untuk sebuah nama bernama INDONESIA. tidak harus menjadi caleg dan tergabung dalam partai, cukup berusaha sebaik mungkin, mengisi kemerdekaan dengan hal positif, semoga pada akhirnya saya dapat memberikan manfaat untuk orang lain.
amien...

dan bagi bapak-bapak yang sedang dengan anggunnya duduk di kursi dewan yang terhormat, ingatlah peluh para simpatisan yang rela berpanas ria saat matahari pun menggandakan diri jadi sembilan. mereka begitu percaya dan penuh semangat mengobarkan semangat demokrasi demi negara yang lebih baik.
semoga, pesta demokrasi ini menjadi titik awal kemenangan kita akan negara yang lebih baik dari sebelumnya.
amin (lagi)

Senin, 02 Maret 2009

sepucuk euphoria kamar baru

baru dua malam saya menempati sepetak kamar baru. lebih kecil, lebih sederhana, namun siapa nyana, ternyata lebih menyenangkan dan memberikan ketenangan tanpa batas. kamar baruku, kunamakan saja greenbox. memakai pupur warna hijau lembut dengan langit-langit tinggi menjulang.
bentuknya kotak tak tak, saking kotaknya. warna pintu dan lis jendela lebih tua, namun tetap dalam gradasi hijau.

saya menempatkan sehelai kasur dipojokan, sejajar dengan bagian kepala ada kotak rakitan setinggi satu meter. disebelahnya ada kotak printer yang beralih fungsi menjadi meja rendah. barulah disebelahnya ada si induk kotak, lemari coklat dengan dua pintu. lemari ini bisa jadi menjadi ketua suku diantara kotak-kotak perabot yang mendominasi si greenbox. meskipun untuk ukuran lemari pada umumnya, lemari ini bisa jadi diperuntukkan untuk anak-anak.
tak mengapa tentunya, karena toh koleksi baju saya sama sekali tidak bisa dikatakan melimpah.

satu lagi kesadaran mencuat, ternyata saya telah memasukkan unsur minat dalam perabotan kamar. ya, saya yang lebih menyukai bentuk kotak, ketimbang oval apalagi buat. mungkin sebagai representasi sikap saya yang terkadang kaku, getas, tak bisa bengkok dan fleksibel.

saya, si manusia yang terkadang memiliki ambisi memuncak, namun tak disertai realisasi mengagumkan. alih-alih berjuang sekuat tenaga, implementasinya malah hanya berkoar, alhasil, sampai sekarang saya hanyalah menjadi budak, atas apa yang terjadi.

kembali lagi ke soal kamar baru, inginnya saya akan lebih produktif. mencipta maupun berkarya. lebih memiliki kebebasan merenung. tak lagi terbelenggu pada rasa kesal yang sukanya bersemayam dalam dada. tak lagi beralasan capek. ya, saya harus lebih produktif, karena kini saya sama sekali tak memiliki alasan untuk berleha-leha. diakan saya!!!!

Senin, 23 Februari 2009

antara hidup dan mimpi..

mm..apa jadinya ya jika hidup itu datar-datar saja?
tanpa lekukan, belokan, apalagi tanjakan. pasti rasanya akan hambar, seperti sayur tanpa garam. Dan saya pasti akan mati bosan. ternyata hidup jadi lebih berwarna dengan masalah yang selalu datang dan pergi. meski hanya masalah sepele, soal cita yang tak segera tercapai atau bahkan soal cinta yang tidak juga menepi di hati sang pujaan. namun karena semua inilah hidup jadi lebih up and down.
beberapa hari belakangan ini saya sering sekali mengalami semacam clash, ada-ada saja api penyulutnya. namun pada dasarnya lebih ke masalah persepsi saja. bagi saya yang cenderung slonong boy ini hal-hal remeh benar-benar menjadi hal remeh, namun tidak demikian rupanya dengan orang lain.
ya, saya harus berkaca, tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan ketidakmapanan saya. eh, bukan deng, saya yangs eharusnya menyesuaikan diri bertindak lebih teratur. ingat kata-kata Mario Teguh yang saya tonton semalam di 'Golden Ways~Mari Teguh', katanya "Kita tidak mungkin menjelek-jelekkan orang jelek, yang kita jelek-jelekkan ya pastilah orang bagus", kalimat yang luar biasa bijak, menyentil ego saya, yu...uk tetep.
kalimat ini berhasil mengingatkan saya, jika lidah rasanya sudah tidak tahan ingin bergunjing, gak rela rasanya jika orang yang saya benci menjadi orang baik hanya karena jika saya menjelek-jelakkan berarti saya sedang menjelekkan orang baik. Hua...ha...ha..
entah berapa lama lagi saya akan merindukan masa-masa seperti sekarang. mungkin satu tahun lagi, namun bisa jadi lima tahun lagi, atau jangan-jangan tidak akan pernah sama sekali..
ho..ho..ho..
soal pencapaian, kok rasanya saya masih jalan ditempat. untuk orang seusia seperempat abad ini, mengapa saya tak kunjung juga menciptakan setitik bangga ya?
mbok ya, tiba-tiba saya mendapat beasiswa untuk aplikasi yang tidak pernah dibuat (yg ini 100% ngarep!!!)

ada begitu banyak CITA-CITA yang menunggu, dan ingatlah kesabaran mereka ada batasnya, dan jika waktu itu sampai menghampiri, SEMUA TELAH TERLAMBAT!!! dan saat itu tiba, kesadaran akan mengenyakkan, yaitu perasaan bahwa mimpi yang kau punya merupakan harta berharga, dan kau telah menyia-nyiakan dengan percuma..

akh..semoga, saat itu tidak pernah tiba, mulai sekarang saya berjanji, tidaka kan lagi mengcuhkans etiap buah cita yang muncul, sesederhana apapun itu,
wahai mimpi, bersabarlah barang sejenak karena saya akan mengahmpirimu, meski tertatih..
jadi, tunggu aku ya...

Senin, 16 Februari 2009

sejuta alasan saya mencintai pekerjaan ini


hari ini tepat setahun saya bekerja di institusi ini. salah satu stasiun televisi yang sepertinya masih memiliki pamor cukup baik di mata masyarakat. namun, dalam tulisan ini, saya sama sekali tidak berniat mengungkit ataupun menelanjangi kinerja ataupun kualitas lembaga ini.

saya benar-benar hanya berniat menulis tentang apa yang saya rasakan. ternyata saya begitu mencintai pekerjaan ini. terlepas dari besarnya nama institusi yang menaunginya (seandainya ada pengaruh pun sedikit sekali).

saat ini saya menyambung hidup dengan menulis, yeah..menulis apa saja yang dibutuhkan demi kelangsungan dan lancarnya sebuah program yang menjadi tanggung jawab saya.

selama ini, saya berpikir betapa beratnya pekerjaan ini, bukannya saya tidak cinta dengan dunia tulis menulis, hanya saja, sebelumnya saya menjalani dengan suka rela tanpa ada tekanan atau keharusan.

kini, tiba-tiba muncul kesadaran yang menyeruak akan kenyataan betapa beruntungnya saya. ya, saya sangat beruntung. Saya tidak sempat merasakan pedihnya luntang-luntung tanpa kegiatan yang jelas sambil menunggu paggilan kerja. bukan..bukannya saya pintar tiada kepalang, namun semua semata karena saya beruntung, memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menyambut kesempatan yang datang. saya diterima bekerja meskipun hanya sebagai freelacer, gajinya jangan ditanya..

bukannya terlalu kecil ataupun terlalu besar, cukuplah untuk menopang kedua kaki ini agar dapat berdiri tegak sambil mendongak.

soal tanggungjawab, tanggung jawab saya sama persis dengan karyawan baik kontak maupun tetap. tak mengapa, justru saya seharusnya merasa bangga. saya yang masih bau kencur ini dianggap mampu memikul tanggung jawab sebesar para senior, hm..lumayan untuk modal pengalaman kerja bukan? berarti kemampuan saya patut dipertimbangkan (yang ini murni ge er)

lalu bergulir pada jam kerja, saya tipe orang yang membenci keteraturan dan membenci rutinitas bangun pagi. tempat ini mengakomodir kebutuhan spesial saya. dalam satu minggu, saya diharuskan bangun pagi selama tiga hari berturut-turut (untuk saat ini, semua tergantung program yang sedang saya tangani), pada awalnya saya menggerutu. namun, jika kepala ini sedang berpikir waras dan sok bijaksana, maka saya mengamini kesimpulan, beruntungnya saya yang tidak perlu bangun pagi di sepanjang hari, hanya tiga hari, dan saya masih membutuhkan kewajiban bangun pagi agar nantinya saya tidak tergagap alias kaget setengah mati jika pada suatu hari nanti saya memang diharuskan bangun pagi setiap hari. itung-itung berlatih sejak dini, karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi esok, lusa apalagi tahun depan. saya hanya bisa mengira atau menerka, soal realisasi, sepenuhnya ditangan gusti allah.

lalu kemana empat hari yang tersisa? saya menggunakan untuk bangun sesuka hati, malah terkadang baru masuk kantor setelah adzan zuhur berkumandang. oh baiknya kantor yang mau menolerir pekerjanya yang masih bingung dengan konsep aktualisasi diri ini.

sol kewajiban kuota jam kerja lain lagi, karena saya hanya freelancer, maka saya tidak terikat pada kewajiban minimal berada di kantor. meskipun kebanyakan rata-rata jam kerja saya diatas 10 jam, namun sungguh tidak jarang saya hanya berada di kantor kurang dari 7 jam.

ternyata ada begitu banyak alasan mengapa saya harus mencintai pekerjaan ini. uhm..setelah dipikir-pikir ternyata berkaiatan erat deng dengan institusi ini.

bukan berarti saya tidak memiliki keluh kesah. hanya saja, bukankah memangs elalu ada kekurangan dalam sebuah hal, dan sangat mudah sekali mencari cela. saya mengusahakan yang sebaliknya. meski jujur, ada banyak pertanyaan mengganjal yang berujung pada rasa kecewa. namun, dalam rumah ini, biarlah saya pampangkan rasa kekaguman saja. semoga ini bisa menjadi wujud syukur, meski hanya sebatas ujung jari, semoga besok bisa meresap sampai kehati.

ya, mulai saat ini saya akan berusaha menjadi orang yang lebih baik. masih terdengar absurb, tapi saya akan memperjelasnya. saya akan meminimalisir sikap plin plan, mengurangi sikap spontanitas (untuk yang ini, tadinya saya pikir cukup seru tapi kemudian mendapatkan akibat yang kurang menyenagkan, kesimpulannya tidak semua orang bisa fleksibel, ya iyalah, masa undang-undang mau melar kesana-kemari?), yang terakhir sepertinya cukup berat, saya akan lebih berusaha keras untuk belajar berkata tidak. bukan 'katakan TIDAK pada narkoba' tapi belajar berkata tidak saat seseorang meminta sesuatu dari saya dan sebenarnya saya enggan memenuhinya, tapi yang terjadi mulut ini malah berkata YA.

terlalu panjang keluh kesah ini, semoga tidak membuat eneg orang yang membacanya, ya kamu..

Rabu, 21 Januari 2009

Perjalanan ke Pasar Traditional China

setiap manusia menjalani legenda pribadi masing-masing. Itu yang selalu saya percaya. Mengingatkan saya, pada beberapa waktu lalu saat sedang diramal di sebuah Klenteng di kawasan Glodok. Bersama mas Sherwin, saya diajak memasuki lorong unik yg sebelumnya sama sekali tidak terlintas dalam benak.
Ternyata negeri ini juga memberikan sedikit celah bagi kaum Tionghoa. kedatangan saya yang menjelang imlek, menjadikan kawasan pecinan itu lebih berwarna semarak. sebenarnya kedatangan saya adalah untuk survei lokasi program healthy Life spesial imlek.
Kembali ke persoalan ramal meramal. Konon, klenteng tersebut dipercaya sebagai peramal dengan tingkat kebenaran dapat ponten jitu. Nama dewa yang bersemayam adalah Siddharta gautama.
"Oh, klo dewa yang itu sih saya sudah akrab sejak jaman sekolah", begitu guman saya. Tentu saja tidak ada orang yang tidak mengenal ssosok lelaki yang lebih memilih menjalani kehidupan laksana ksatria ketimbang menyentuh kenikmatan duniawi seperti sang Budha bukan?
Saya mencoba peruntungan dengan melakukan permohonan, dan jawaban dari permohonan itu adalah:
Utara, Selatan, Timur dan barat tidak dapat diduga. Masalah masa depan boleh merasa gembira. Menasehati anda jangan merasa risau. Keluarga akan bahagia dan selamat.

Meski tidak jelas benar akan maksudnya, sepertinya hasil ramalan saya cukup bagus.
pada dasarnya saya bukanlah orang yang maniak pada tetek bengek soal ramal, hanya sebagai sebuah kegiatan kesenangan saja. Jika hasilnya bagus, maka akan menjadi sebuah sugesti sedang jika sebaliknya maka akan segera dilupakan.
Kembali ke kawasan glodok. Disana berjejer para shinse yang sepertinya telah memiliki aroma harum tersendiri bagi yang percaya. hal ini terlihat dari antrian pasien yang tidak bisa dikatakan sedikit. bahkan saat kami mengkonfirmasi mengenai kesediaan diwawancara, mereka sama sekali tidak menggubris. Sebuah perilaku yang jarang kami dapatkan, sebagai orang yang bekerja di media. Yah, bukannya saya berbangga hati dengan titel media tempat saya bernaung. Hanya saja, negeri ini masihlah menganggap orang yang bekerja di emdia (terutama yg ternama) masihlah menjadi sebuah prestise tersendiri.
Namun siang itu begitu berbeda. kesibukan luar biasa akibat pasien yang mengular membuat kami juga diterlantarkan. Kami ditolak mentah-mentah. idak ada rasa sakit hati sedikitpun, justru kekaguman yang memancar dari muara hati. Mereka benar-benar tidak tertarik nilai gelimang duniawi bernama publikasi.
Akhirnya kami mencari toko lainnya. sampai ada sebuah toko yang terlihat lebih lengang. ada bapak tua yang sibuk menimbang ramuan. warnanya sungguh tidak bisa dikatakan indah. bagaimana tidak? ramuan itu hanya terdiri dari daun, batang pohon iris atau malah akar yang telah dikeringkan hingga kisut.
ternyata tumbuhan itu tidak ada yg tumbuh di tanah air ini. Semuanya di datangkan dari China. Sebuah tempat yang sempat di kuasai oleh Jenghis Khan pada masa 1200-an.

sampai detik ini, pengalaman itu masih begitu kuat melkat dalam benak. sepotong pemandangan pasar China traditional yang ternyata ada di Indonesia. Hanya di Glodok saja.
Oh, negeri ini begitu terbuka pada segala macam budaya. ibu pertiwi ini begitu murah hatinya pada pendatang yang mau bekerja keras untuk menemukan nasibnya.

Bagaimana dengan nasib saya? Tentu sama sekali tidak tergantung pada ramalan. semuanya, sepenuhnya tergantung pada usaha saya, untuk menggapa mimpi, mencipta takdir, dan emnaklukkan dunia.