Senin, 16 Februari 2009

sejuta alasan saya mencintai pekerjaan ini


hari ini tepat setahun saya bekerja di institusi ini. salah satu stasiun televisi yang sepertinya masih memiliki pamor cukup baik di mata masyarakat. namun, dalam tulisan ini, saya sama sekali tidak berniat mengungkit ataupun menelanjangi kinerja ataupun kualitas lembaga ini.

saya benar-benar hanya berniat menulis tentang apa yang saya rasakan. ternyata saya begitu mencintai pekerjaan ini. terlepas dari besarnya nama institusi yang menaunginya (seandainya ada pengaruh pun sedikit sekali).

saat ini saya menyambung hidup dengan menulis, yeah..menulis apa saja yang dibutuhkan demi kelangsungan dan lancarnya sebuah program yang menjadi tanggung jawab saya.

selama ini, saya berpikir betapa beratnya pekerjaan ini, bukannya saya tidak cinta dengan dunia tulis menulis, hanya saja, sebelumnya saya menjalani dengan suka rela tanpa ada tekanan atau keharusan.

kini, tiba-tiba muncul kesadaran yang menyeruak akan kenyataan betapa beruntungnya saya. ya, saya sangat beruntung. Saya tidak sempat merasakan pedihnya luntang-luntung tanpa kegiatan yang jelas sambil menunggu paggilan kerja. bukan..bukannya saya pintar tiada kepalang, namun semua semata karena saya beruntung, memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menyambut kesempatan yang datang. saya diterima bekerja meskipun hanya sebagai freelacer, gajinya jangan ditanya..

bukannya terlalu kecil ataupun terlalu besar, cukuplah untuk menopang kedua kaki ini agar dapat berdiri tegak sambil mendongak.

soal tanggungjawab, tanggung jawab saya sama persis dengan karyawan baik kontak maupun tetap. tak mengapa, justru saya seharusnya merasa bangga. saya yang masih bau kencur ini dianggap mampu memikul tanggung jawab sebesar para senior, hm..lumayan untuk modal pengalaman kerja bukan? berarti kemampuan saya patut dipertimbangkan (yang ini murni ge er)

lalu bergulir pada jam kerja, saya tipe orang yang membenci keteraturan dan membenci rutinitas bangun pagi. tempat ini mengakomodir kebutuhan spesial saya. dalam satu minggu, saya diharuskan bangun pagi selama tiga hari berturut-turut (untuk saat ini, semua tergantung program yang sedang saya tangani), pada awalnya saya menggerutu. namun, jika kepala ini sedang berpikir waras dan sok bijaksana, maka saya mengamini kesimpulan, beruntungnya saya yang tidak perlu bangun pagi di sepanjang hari, hanya tiga hari, dan saya masih membutuhkan kewajiban bangun pagi agar nantinya saya tidak tergagap alias kaget setengah mati jika pada suatu hari nanti saya memang diharuskan bangun pagi setiap hari. itung-itung berlatih sejak dini, karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi esok, lusa apalagi tahun depan. saya hanya bisa mengira atau menerka, soal realisasi, sepenuhnya ditangan gusti allah.

lalu kemana empat hari yang tersisa? saya menggunakan untuk bangun sesuka hati, malah terkadang baru masuk kantor setelah adzan zuhur berkumandang. oh baiknya kantor yang mau menolerir pekerjanya yang masih bingung dengan konsep aktualisasi diri ini.

sol kewajiban kuota jam kerja lain lagi, karena saya hanya freelancer, maka saya tidak terikat pada kewajiban minimal berada di kantor. meskipun kebanyakan rata-rata jam kerja saya diatas 10 jam, namun sungguh tidak jarang saya hanya berada di kantor kurang dari 7 jam.

ternyata ada begitu banyak alasan mengapa saya harus mencintai pekerjaan ini. uhm..setelah dipikir-pikir ternyata berkaiatan erat deng dengan institusi ini.

bukan berarti saya tidak memiliki keluh kesah. hanya saja, bukankah memangs elalu ada kekurangan dalam sebuah hal, dan sangat mudah sekali mencari cela. saya mengusahakan yang sebaliknya. meski jujur, ada banyak pertanyaan mengganjal yang berujung pada rasa kecewa. namun, dalam rumah ini, biarlah saya pampangkan rasa kekaguman saja. semoga ini bisa menjadi wujud syukur, meski hanya sebatas ujung jari, semoga besok bisa meresap sampai kehati.

ya, mulai saat ini saya akan berusaha menjadi orang yang lebih baik. masih terdengar absurb, tapi saya akan memperjelasnya. saya akan meminimalisir sikap plin plan, mengurangi sikap spontanitas (untuk yang ini, tadinya saya pikir cukup seru tapi kemudian mendapatkan akibat yang kurang menyenagkan, kesimpulannya tidak semua orang bisa fleksibel, ya iyalah, masa undang-undang mau melar kesana-kemari?), yang terakhir sepertinya cukup berat, saya akan lebih berusaha keras untuk belajar berkata tidak. bukan 'katakan TIDAK pada narkoba' tapi belajar berkata tidak saat seseorang meminta sesuatu dari saya dan sebenarnya saya enggan memenuhinya, tapi yang terjadi mulut ini malah berkata YA.

terlalu panjang keluh kesah ini, semoga tidak membuat eneg orang yang membacanya, ya kamu..

1 komentar:

  1. teruskan nak, belajar berpikir positif itu bagus untuk kesehatan pikiran dan mudah2an kantong.

    BalasHapus

tinggalkan jejak