Selasa, 23 April 2013

Tepat Waktu



take picture from here
Seberapa sering kamu datang tepat waktu?

Beberapa waktu terakhir, saya agak bermasalah dengan waktu. Beruntung, bukan di bagian yang ingkar, namun justru di bagian yang tepat.

Minggu lalu, saya sedang berurusan dengan sebuah brand consultant. Tak perlulah saya menyebut, apa nama perusahaannya. Namun klien nya cukup ternama, sebuah BUMN yang memonopoli bisnis BBM di Tanah Air.

Untuk project ini, saya bersama tim cukup sering melakukan meeting, untuk berkoordinasi agar tidak ada miss saat eksekusi di lapangan.

Yang sering terjadi, meeting molor jauh dari jam yang disepakati.

Janji briefing jam 16.00 molor jadi jam 18.00. Janji shooting dimulai pukul 06.00 namun satu persatu orang baru muncul pada jam 07.00.

Saya pikir, itu kebetulan, sampai saya sadar, itu sudah menjadi kebiasaan mereka.

Karena keesokan harinya, mulur-mulur jam meeting ini terus berlanjut. Selalu.

Sampai dengan cukup sarkas, saya berujar pada tim kerja, “Nanti kalau kita bisa sampe duluan ke lokasi, kita layak ngasih hadiah nih ke diri sendiri”

Dan apa yang terjadi? Yap, lagi-lagi kamu harus menunggu, barang satu sampai dua jam.

Entahlah, budaya jam karet sudah sebegitu terbiasanya ya untuk kita, sampai tak ada rasa sungkan kala harus terlambat.

Bodohnya lagi, jika sampai ada celetukan, “Ah, kayak gak tau orang Indonesia aja”

Sungguh cerdas ya, membalikkan, si tepat waktu seperti orang dungu.

Hari ini, saya kembali menghadapi tiga kasus jam karet. Kebetulan, saya sengaja mendedikasikan hari ini untuk memenuhi tenggat tiga janji.

Pertama, bertemu dengan mantan teman kerja di Metro TV, membicarakan sebuah project. Khawatir terlambat, dua jam sebelum janji bertemu, saya meminta pertemuan diundur 30 menit. Saya tiba, satu menit lebih cepat, saat saya mengkonfirmasi posisi, yang bersangkutan baru mau berangkat. Oke.

Janji bertemu kedua, adalah menjenguk teman kuliah yang baru dikaruniai buah hati kedua, di Lenteng Agung. Janji kali ini memang tak menunjukkan jam, hanya satu kata, siang. Bahkan sampai matahari bergulir, memasuki waktu sore, kawan yang berjanji akan sama-sama berkunjung ini, sama sekali belum terlihat. Entah masih ada di antah berantah mana.

Janji ketiga, adalah saat saya merajut aksara ini. Takut terlambat dari waktu yang dijanjikan, saya sengaja menyetop taksi. Alhamdulillah, saya kembali tiba tepat waktu. Dan seperti yang bisa ditebak, lagi-lagi, anggap saja saya yang dungu. Saya berjanji dengan empat orang, ajaibnya keempat orang ini terlambat.

Ah, sepertinya memang saya yang mulai harus membongkar konstruksi berpikir. Tadinya saya beranggapan, datang tepat waktu, adalah cara untuk menghargai orang lain, yang memiliki janji bertemu dengan saya.

Kali ini, saya harus memantapkan hati, datang tepat waktu adalah cara untuk menghargai diri sendiri.

Blok M Plaza, 13 April 2013