Selasa, 28 Juni 2016

Menjadi Gampangan



                                                           Taken picture from here
Perempuan yang jatuh cinta, maka akan jadi gampangan. Entah ini anggapan ngawur atau teori sahih. Tapi sepertinya memang benar adanya. Saat menulis ini, saya sembari mengingat-ingat kelakuan saya saat sedang jatuh cinta.

Sepertinya anggapan itu benar, yiacks.

Saat sedang jatuh cinta sungguhan, saya jadi orang yang berbeda. Mau melakukan apa saja, karena saya tau, laki-laki yang saya cinta menyukainya. Gampangan tidak selalu berafiliasi pada hal-hal negatif. Meskipun konotasinya mengarah negatif.

Semisal, saya sangat sadar, saya ini tipikal independen. Tidak suka diatur harus ini-itu. Tidak suka dibatasi dengan larangan. Saya bisa menjaga diri, jadi tak perlu dikhawatirkan berlebihan.

Namun saat saya jatuh cinta?

Saya bagai kerbau. Tak boleh banyak begadang jika bukan untuk urusan yang penting, nurut. Tak boleh pulang lebih dari jam 10 malam, nurut. Jadi meski sedang asik bercengkrama dengan teman, saat jarum jam sudah menunjukkan jam 10 malam, saya akan pamit pulang. Meski hati inginnya tetap tinggal dan berhaha-hihi bersama teman, namun saya memilih pulang karena sudah kadung janji dengan pacar.

Lalu apakah dalam hidup yang banyak larangan itu saya bahagia. Jawaban nya, IYA. Saya senang-senang saja dilarang ini-itu. Saya senang memenuhi larangannya karena saya sadar, sikap penurut saya membuat nya tenang. Saya tidak berkeliaran di jalanan Jakarta hingga dini hari, membuatnya tidak perlu merasa was-was.


Sampai sejauh ini, saya baru sekali, memasrahkan perasaan sedemikian dalam. Menuruti orang sedemikian patuh dengan kesadaran mutlak. Mungkin itu yang namanya jatuh cita sejatuh-jatuhnya. Pada kemudian hari hubungan kami kandas, saya tidak menyesali pernah menjadi sepenurut itu.