Minggu, 03 Mei 2009

krisis eksistensi? ya saya!!!

menjadi pusat perhatian dengan selalu berusaha untuk diperhatikan. mungkin tidak banyak yang menyadari, kita, yang terdiri dari saya, kamu, dan kamu kamu yang lain, selalu menyukai adanya perhatian. semalu-malunya seorang pemalu, tentu akan merasa senang dengan perhatian yang menghampiri. agak berbeda mungkin dengan yang selalu dibanjiri perhatian akibat anugrah wajah rupawan. maaf, saya belum pernah merasa rupawan, jadi tidak tahu rasanya mendapat perhatian tanpa diminta, tanpa pandang waktu, tempat, apalagu bulu.

ya, perhatian kan bisa beragam bentuknya. tapi bisa saya pastikan, tentu semua berharap, akibat perhatian ini yang berkonotasi positif. diperhatikan karena bakat misalnya. atau juga mengundang perhatian karena kemampuan atau pencapaian terhadap sesuatu.

lalu, bagaimana jika perhatian yang datang justru agak-agak menyakitkan. selera berbusana yang aduhai katro misalnya, tentu akan menjadikan sebuah perhatian dalam bentuk cibiran.

pada dasarnya, sejak kecil saya suka jika diperhatikan. ada-ada saja ulah saya agar mendapat perhatian. mulai dari malas mandi, alhasil mulai dari ibu, kakek, nenek, bude sampai tetangga turun tangan membujuk saya untuk mau mandi. yang ini, sumpah jangan ditiru, ternyata saya telah mengalami kejorokan sejak dini!!!

saya juga sangat-sangat membenci terong waktu kecil. jika ibu memasak, entah mendapat ide dari mana, saya mendramatisir situasi. pergi sambil mengucek mata dan menangis ke rumah bude. berkeluh kesah akan bunda yang tak kunjung mengerti akan bencinya saja pada sayuran itu. bude pun menaruh iba pada anak kecil nan culas itu, memberinya makan dan berjanji akan menegur ibu, agar tidak lagi mengusahakan keberadaan si terong malang yang tak tau mengapa saya membencinya amat sangat. entah terkena karma atau apa, kini saat beranjak dewasa, saya malah amat menggemari terong, bahkan diolah dengan cara dan bumbu apapun saya pasti santap. terkadang ibu masih menyindir. ulah aneh yang agak ganjil memang. ibu masih kesal saja jika ingat kejadian belasan tahun silam itu. wajar saja, biasanya setelah insiden itu, ibu langsung di ultimatum, ditegur dengan keras dan entah apalagi. semua hanya gara-gara saya tidak menyukai terong ditambah cara saya menarik perhatian para orang dewasa itu dengan canggih dan yahuddd.

sewaktu kelas 5SD, saya juga pernah mencoba menarik perhatian ibu dengan berpura-pura sakit perut. bukan..bukan karena ibu kurang perhatian. namun agar ibu mau membuatkan surat izin agar tidaksekolah. mungkin saya sampai mempraktekkan gaya suakit alang kepalang dan berhasil. sebenarnya waktu itu, sengaja saya melakukan penipuan kecil itu agar bisa menyaksikan film 'Tomy and The Ghost' yang entah siapa pemainnya, namun jalan ceritanya masih samar-samar teringat di lipatan otak ini.

saat SMP, saya sempat mengumpulkan atribut berwarna merah. padahal, merah bukanlah warna kesukaan saya. hal ini saya lakukan, setelah membaca buku psikologi mengenai efek warna. yah, buku tersebut menuliskan warna merah paling berpotensi untuk menarik perhatian.

di bangku SMU, saya mulai senang membaca buku-buku politik, sesekali juga Kahlil Gibran. Yang paling teringat-ingat adalah saat saya begitu menginginkan buku 'Osama Versus Amerika' yang diterbitkan ditengah euforia black september. waktu itu, saya hanya memiliki uang 10 ribu perak, sedangkan harga bukunya Rp.21.000,- akhirnya saya mengedarkan topi di kelas untuk meminta tambahan dana, ternyata cara ini tak berhasil. akhirnya saya mendatangi beberapa teman potensial sebagai penyumbang dana, menyampaikan proposal permohonan lewat kata-kata. saya menawari mereka puisi bagi sang pacar jika mau membantu saya mendapatkan buku impian. cara ini berhasil telak. hutang itu masih saya bayar sampais ekarang. beberapa teman, masih menagih puisi, apalagi jika akan ulang tahun. saya berhasil lagi emnarik perhatian mereka.

di bangku kuliah, ada yang menyebut saya dengan eksistensialisme. kalau tidak salah, artinya menjadikan diri sebagai pusat dunia. entahlah, itu benar atau tidak. namun yang pasti, saya selalu menggunakan cara pandang 'saya' jika akan mengambil keputusan.

kini, saya tetaplah seperti endang kecil yang selalu ingin diperhatikan. jika bisa mendominasi diantara kawan-kawan. namun semoga saja, krisis eksistensi saya tidak kebablasan. semoga saja saya masih eling untuk tidak melanggar batas. yah, berkat seorang kawan, kini saya belajar untuk tidak berpikir satu sisi. saya juga mengusahakan berada di posisi si A, si B, atau si C. jika ini terlaksana dengan benar, mungkin 10 tahun lagi, saya bisa menjadi orang bijak. jika tidak berhasil, yah, saya tetaplah seorang perempuan yang menginginkan perhatian sebagai individu tentunya. senagaja saya tulis individu agar anda yang membaca tak salah kaprah. yah, saya paling malas dinilai berdasarkan sex dan gender.

uhm, terkadang saya juga rendah diri kok. manusiawi kan??? apalgi jika dikelilingi oleh orang-orang hebat. orang-orang yang saya tahu pasti lebih dari saya. jadi, saya tetap membumi kan?

1 komentar:

  1. Menginginkan perhatian sebagai perempuan g akan dinilai dari sex atau gender ko nek..itu alamiah sekali.

    Ternyata bakat manjadi mencuri perhatian mu sudah terlihat sejak kecil ya, hoho.

    Semua orang butuh perhatian, dan saya gembira mempunyai kawan yang diperhatikan karena eksistensi yang cerdas. Lebih baik lagi kalau semuanya seimbang..

    Semua orang sibuk menuju kesempurnaan demi perhatian.Buat saya pribadi, tidak ada yang lebih menarik saat melihat seseorang sempurna dengan menerima ketidaksempurnaannya.

    BalasHapus

tinggalkan jejak