Mengambil gambar di sini
Malam merepih. Tetiba saja, aku membayangkan tentangmu hei
pria kesayangan. Kamu yang selalu mampu membawa potogan ketenangan dalam
teduhnya tatapan. Kamu yang sempat menjadi telinga atas setiap keluh kesah. Namun
kamu pula yang menjadi kekecewaan terbesar.
Hidup harus melaju bersama waktu.
Tak usah kau ajari, aku sudah tahu.
Belakangan, ada gelombang besar
memasuki pusara waktuku. Kabar baiknya, sampai detik ini aku masih bisa berdiri.
Baik-baik saja, tak rapuh seperti dulu.
Maafkan aku, pernah menyakitimu
tanpa sengaja. Kau pun membalas kesakitan itu dengan impas. Jadi, bagaimana
jika mulai sekarang kita berbaikan saja?