Selasa, 02 Februari 2010

sandal jepit lepas landas


Sedang ingin berbicara tentang resiko. Setiap tindakan pasti mengandung resiko, baik itu resiko menyenangkan atau malah resiko menyebalkan.

Seperti yang sedang dijalani sandal jepit. Dia merelakan dirinya terjatuh dalam cinta, dalam dan menyanyat. Awalnya, dia hanya mencoba-coba belaka. Mencoba membuka hati pada batu yang selalu membuatnya tertawa. Mencoba menjalin cerita, setelah bertahun-tahun dia takut mencoba.

Beberapa waktu berselang, sandal jepit merasa senang. Bahagia. Dunianya seketika memiliki koleksi warna. Tidak hanya 24 macam, seperti koleksi spidol yang dimilikinya. Semburat diharinya pun langsung bermetamorfosa, tegas dan ceria.

Sampai satu masa datang membayangi. Ternyata, tak selamanya cinta menjanjikan suka ria semata. Cinta juga mengajak resiko. Sandal jepit sadar, sewaktu-waktu dirinya bisa saja terluka. Setidaknya ia tidak pernah menyesal, menjalani sepotong cerita dengan sapuan kuas cerita yang tak biasa.

Saat ini, sandal jepit akan terus melangkah. Menapaki setiap jalan yang akan mengajaknya ketempat-tempat tersempurna. Dalam setiap langkah, akan digoreskannya jejak-jejak perjalanan jiwa. Mungkin nanti akan ditemuinya jalan setapak yang lembut. Tak jarang juga membentang lautan luas, atau malah gemericik air di sungai jernih.

Saat ini, ada sebongkah batu yang mendampinginya. Mungkin besok malah sepatu kanvas. Bukan tak mungkin juga tas ransel. Semua begitu bebas menjelma, tanpa kategorisasi. Berpetualang, melanglanglang buana, sampai ditemukannya batas cakrawala.

2 komentar:

  1. Kenapa lagi banyak orang yang suka rela menyamakan dirinya dengan sandal jepit? bersahaja memang, praktis pula, tapi ia sungguh berbeda..sungguh!

    BalasHapus
  2. apanya yang berbeda? mbok ya dibarkeun apa maksudnyah..
    hahahaha..

    BalasHapus

tinggalkan jejak