Selasa, 21 September 2010

Maaf, Saya Ingkar Janji


Katri Prameswari, sahabat saya dikantor mengajak saya untuk jalan besok, mengingat sudah cukup lama kami tidak bertemu. Sayang, saya tidak bisa menerima ajakan tersebut karena saya harus pulang ke rumah Bekasi malam nanti. Kemudian saya menawarkan untuk bertemu hari senin saja, dan berharap Mila Hidayatullah, teman saya yang lain juga bisa bergabung.

Sekitar jam 7 malam, saya bersiap menempuh perjalanan dari Kedoya ke Bekasi. Saya berencana berada di rumah mulai jumat malam hingga senin pagi.

Semua berjalan lancar, saat tiba di terminal Kampung Melayu, ada pesan masuk ke ponsel saya dari Deppy Marlinda, teman kampus saya. Isi pesannya mengajak saya nonton bareng film Sang Pencerah. Lagi-lagi saya menolak ajakan dengan alasan akan pulang ke rumah orang tua. Deppy masih menawarkan untuk berjumpa di hari minggu, saya balas akan berada di rumah setidaknya hingga senin pagi. Pertanyaan kembali diajukan Deppy, mengenai kesanggupan saya untuk nonton bareng. Takut tak bisa memenuhi janji, mengingat hari senin saya telah memiliki janji dengan Katri dan Mila, saya sampaikan terus terang mengenai ketidakberanian saya untuk membuat janji dengan Deppy.

Sekedar informasi, citra saya sebagai seseorang yang memenuhi janji cukup buruk. Tak jarang saya membatalkan janji dengan tiba-tiba. Tak mau memperburuk citra tersebut, kini saya cenderung hati-hati jika akan membuat janji bersama teman.

Untuk kasus Deppy, akhirnya disepakati, kami tidak jadi bertemu dalam waktu dekat.

Jam 9 lewat saya sampai di rumah. Kebetulan tadi di jalan saya mampir untuk membeli martabak telor. Di rumah saya, ibu, ayah dan adik menikmati martabak telor yang masih panas sambil berbincang. Malam semakin merayap, akhirnya kami mulai memisahkan diri. Saya dan adik akhirnya nonton tivi di lantai dua.

Merasa besok akan memiliki waktu cukup longgar, saya memutuskan untuk menelpon teman SMA yang jarak rumahnya tak terlalu jauh dengan rumah saya, Sri Maryati dan biasa disapa dengan Iyan. Setelah Idul Fitri ini kami belum bertemu, hitung-hitung sekalian silaturahmi. Ternyata Iyan besok masuk kerja seharian, akhirnya kami sepakat untuk bertemu hari minggu saja sekitar jam 2 siang, setelah Iyan pulang kerja.

Merasa bosa dengan program televisi yang ada, saya melihat-lihat koleksi buku. Aha..saya menemukan buku tentang Ahmad Wahib yang di cari Rosmiyati Dewi Kandi beberapa waktu lalu. Katanya sebagai bahan referensi karena Kandi berencana menulis sebuah buku. Dengan bersemangat saya mengirimkan pesan, jika mau dia boleh meminjam buku tentang Ahmad Wahib ini. Meski tidak sama persis dengan buku yang dicari sebelumnya, namun lumayanlah masih ada hubungannya dengan si Ahmad Wahib, pikir saya.

Benar dugaan saya, Kandi tak kalah antusias menyambut tawaran peminjaman buku ini. Kami akhirnya malah berbalas sms seru, sampai akhirnya Kandi mengajak saya untuk hiking. Sebagai penggemar jalan-jalan, saya tanggapi ajakan Kandi. Saya katakana padanya, status saya adalah siap menunggu invitation darinya. Tak dinyana, ternyata dia malah menyebut besok.

Bimbang. Tawaran menggiurkan, namun mengapa harus mendadak? Saya menyesalkan ajakan mendadak tersebut.

Namun ternyata jiwa spontanitas lebih mendominasi. Saya terima tantangan hiking besok bersama orang-orang yang tidak saya kenal, kecuali Kandi. Sekedar pemberitahuan, saat ini adalah jam 11 lewat.

Akhirnya terpikir strategi esok hari, agar saya bisa meminimalisir jam keterlambatan yang besar kemungkinan akan terjadi. Mengingat rute yang harus saya tempuh adalah Bekasi-Kedoya-Cawang. Saya harus tiba setidaknya jam 08.30 di Cawang. Cadas.

*****

Saya harus kembali dulu ke Kedoya untuk mengambil baju dan ‘alat perang’ semacam handuk bepergian, celana non jeans, serta printilan lainnya.

Syukur Alhamdulillah, saya bisa tiba di Cawang, lokasi pertemuan saya dan Kandi jam 8. Lebih cepat dari perkiraan. Sebelum sampai di Cawang, saya sempat mengupdate status facebook,

Tiba-tiba hiking, cihuy!!

Sepertinya Katri membaca status tersebut, karena ada sms masuk yang isinya keinginannya untuk ikut dalam hiking ini. Mengingat saya sudah dalam perjalanan, jadi cukup sulit untuk mengikutsertakan Katri. Ada sedikit protes darinya, mengingat sebelumnya saya menolak ajakannya dengan alasan akan pulang ke Bekasi. Saya minta maaf, dan mengatakan ajakan hiking ini juga datangnya tiba-tiba tanpa perencanaan. Sejujurnya semalam saya sempat terpikir untuk untuk mengajak Katri, namun saya ingat sempat membaca status di twitter, sepertinya Katri dan Ihsan akan rafting. Ya sudah.

Akhirnya saya hiking bersama Kandi dan 13 orang lainnya. Bisa dikatakan saya nyaris tidak mengenal ke-13 orang yang semuanya laki-laki ini. Beberapa orang mememang alumni IISIP, tapi jangan Tanya yang mana saja orangnya. Saya tak tahu persis.

Petualangan kali ini sungguh seru dan melelahkan, apalagi bagi saya sangat amatir. Tak heran jika saya adalah orang yang paling menghambat dengan keluhan capek dan lambatnya berjalan. Untung mereka semua baik serta toleran terhadap si amatir bernama Endang Prihatin ini.
****
Hari minggu saya baru mendapatkan signal ponsel. Mati-matian saya berusaha menelpon Iyan, mengingat saya memiliki janji untuk bertemu dengannya. Saya harus kembali menjadi orang yang ingkar janji, dan kali ini Iyan korbannya. Sekitar jam 11 siang saya baru berhasil menghubungi Iyan dan mengabarkan posisi saya yang tidak memungkinkan untuk menemuinya jam 2 siang nanti. Meski kaget karena tiba-tiba saya ada di Bogor, Iyan memahami. Thanks God, saya selamat dari amukan.

Perjalanan pulang kembali dilanjutkan. Saya langsung menuju Kedoya.

Sampai di Citraland, saya kembali membuka facebook dengan ponsel. Ada Deppy yang mengomentari status. Isinya kekecewaannya terhadap saya. Diajak meononton saya menolak dengan dalih akan ke Bekasi, tapi diajak hiking langsung mau. Alamak, saya khilaf lagi. Kali ini ada seorang lagi yang saya kecewakan. Maaf ya, sungguh ini diluar perencanaan. Jiwa spontanitas terkadang muncul tanpa di duga.

Tulisan ini sengaja saya buat untuk di dedikasikan pada Katri Prameswari yang telah saya tolak ajakannya. Juga untuk Sri Maryati karena saya telah membatalkan janji bahkan hanya 3 jam sebelum waktu yang disepakati. Terpenting untuk Deppy Marlinda yang telah saya kecewakan sangat karena menolak ajakannya untuk menonton film Sang Pencerah yang durasinya pun tak sampai dua jam namun malah menerima tawaran hiking dua hari satu malam.

Saya juga mengucapkan terimakasih pada Rosmiyati Dewi Kandi yang telah nekad mengajak saya untuk hiking. Semoga dia tidak menyesal telah menyertakan saya dalam perjalanan ini. Juga terimakasih tak hingga pada ke-13 kawan baru yang begitu baik memahami dan mengerti saya. Adios!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak