Rabu, 17 Agustus 2011

Balada Nonton Harry Potter dan Setelahnya..


Mengambil gambar di sini
Wah, lama sekali tak mengunjungi rumah ini. Maaf ya, bukan karena saya sibuk luar biasa. Ya ya ya, baiklah memang ada yang luar biasa dengan saya beberapa waktu belakangan ini, yakni malas luar biasa.

Hari ini menginjak hari ke-18 untuk bulan Agustus dan puasa. Stamina pun sedang tak memberi dukungan yang bulat penuh. Tenggorokan saya sukses serak sejak kemarin malam. Kuat dugaan akibat bermotor ria jam 12 malam dari Plaza Senayan menuju rumah di Bekasi. Sebenarnya malam itu sudah ada gejala, hanya saja saya mengabaikan. Jadi, sekarang ya terima saja hasilnya. Silahkan dinikmati rasa sakitnya.
Apakah menderita? Aw..aw..jangan ditanya!

Dalam situasi normal, serak tenggorokan itu bikin susah. Bisa agak dihalau dengan minum air hangat dan mengoleskan semacam balsam atau minyak kayu putih di tenggorokan. Tapi ya tapi..ini kan bulan Ramadhan sodara-sodara. Yang artinya saya ndak boleh minum sepanjang siang, baru boleh nanti selepas magrib. Jadi pilihannya, ya dinikmati saja. Ibu bilang biar saya lebih mensyukuri nikmat sehat yang selama ini Tuhan beri.

Ya, Ebeth dulu pernah bilang. Katanya fisik saya itu tergolong kuat. Mungkin perkataan Ebeth yang diamini beberapa teman itu bikin saya jumawa. Jadi suka gak perhatian sama badan, gak toleran meski dia minta diistirahatkan.

Kembali ke topik sebelumnya soal malam gaul saya ke PS. Akhirnya saya dan beberapa kawan jadi juga nonton Harry Potter edisi pamungkas setelah berkali-kali gagal rencana. Tim terdiri dari lima personel. Saya, Mas Andreas, Mbak Arie, Daus dan Mas Fahri. Berasal dari tiga penjuru mata angin, Daus yang dari selatan, saya yang dari utara dan trio Mbak Ari Mas andreas dan Mas Fahri dari barat, kami bertemu di PS. Kesibukan dan segala keribetan akhirnya membuat kami baru bisa menonton untuk yang jam 21.00. Jujur, saya agak deg-degan mengingat harus pulang ke rumah Bekasi. Ibu sudah memberi peringatan, saya harus pulang, gak boleh nginep. Seperti biasa, resiko belakangan saja dipikirkan, yang penting nonton dulu.

Film selesai jam 23.30. Larut memang. Tapi duo Daus dan Mas Andreas masih saja berenergi untuk berdiskusi. Haduuh, padahal otak saya sudah tak konsen, memikirkan perjalanan pulang yang nun jauh dimato.

Ini persoalan baru sebetulnya. Saya baru pulang kerumah Bekasi lebih kurang 45 hari setelah sebelumnya 6 tahun kost. Terbiasa dengan main hingga larut malam, pulang tak perlu sungkan karena yang menunggu ya hanya pintu dan kasur. Kali ini berbeda kasus, ada ibu yang khawatir atau bapak yang terkantuk-kantuk menunggui pintu. Jadi, jika mau pulang malam ya harus mengesampingkan rasa peduli mereka. Biasanya saya memilih jalan praktis. Tak usah pulang sekalian, menginap di tempat teman.

Agak merengek bin merajuk, akhirnya kami beranjak menuju parkiran. Saya meminta daus mengantar sampai Cawang, setelahnya angkot yang berbicara.

Saya fasih mengetahui jalur angkot, tapi untuk jalur alternatif mati kutu. Entah petunjuk apa yang saya beri ke Daus kami kok malah sukses sampai ke kuburan. Tengah malam, bermotor ria menerabas kuburan. Perfecto. Setelah Tanya sini dan sana akhirnyamenemukan jalanan angkot yang saya tahu.

Ternyata oh ternyata lagi, daus dengan begitu baik hatinya malah mengantarkan saya sampai rumah. Sampai di depan rumah ada persoalan baru muncul. Daus buta jalan pulang. Hadeuh!!! Apalagi ditambah GPS tidak mendeteksi keberadaan rumah saya. Duh Gusti!!! Berbekal arahan seadanya, akhirnya Daus pulang.

Besoknya saya sms daus menanyakan dia sampai rumah jam berapa. Untung dia sampai dengan selamat dengan waktu tempuh satu jam. Tapi sungguh kasihan, secara tak sengaja Daus menghapur ribuan file foto di server.

Daus itu seorang web designer sekaligus pengelolanya. Jadi hidup mati web plus server ya ada di tangannya. Lewan pesan pendek Daus memberi laporan singkat, bahwa dia harus begadang hingga subuh untuk memperbaiki. Oh, so pitty you.

Kembali ke masa di mana saya mengetik bait aksara ini. Duduk manis di kantor lantai 33 sambil menyaring berita. Melayani chat beberapa teman yang sukanya bertanya soal lowongan kerja dan dengan seorang sahabat yang berkantor di lantai 22 di gedung yang sama dengan saya bekerja.

Juga sambil menikmati serak tenggorokan. Ah, membayangkan tenggorokan ini diguyur air hangat tentu akan nikmat sekali. Tapi saya sedang PUASA!!!

2 komentar:

  1. gw tau tuh yang di lantai 22, hehe!

    BalasHapus
  2. yakin tau? coba kita cocokin ciri-cirinya, dia itu jutek tapi bibirnya seksieh..sama gak? hahaha

    BalasHapus

tinggalkan jejak