Senin, 29 Februari 2016

Untukmu yang Pernah Menjadi Segala

                                                         taken picture from here

Untukmu yang pernah menjadi segala dalam setiap hariku. Apa kabarmu di sana? Bahagia kah? Kuharap demikian.

Baiklah..sesekali aku mengingatmu. Tenang saja, tidak ada lagi cinta ataupun benci juga amarah. Hanya mengenang, tentang kebodohan masa muda. tentang bagaimana aku mengijinkan orang asing mengendalikan hidupku, rasaku.

Yang pasti, aku semacam terlahir kembali. Menjadi orang yang tidak lagi sama. Pengalamanku bertambah tentu saja. Menjadi lebih berhati-hati untuk memasrahkan perasaan. Paling tidak, aku belajar mengendalikan diri. Bahwa apa-apa selain pekerjaan, tidak perlu dilakukan dengan totalitas yang membabi buta. Karena, harapan yang menjadi nyata itu omong kosong adanya.

Bukannya aku pesimis, bukan itu. Jangan salah sangka. Aku percaya tetang keinginan yang mewujud nyata. Hanya saja, kadar akurasinya yang aku ragukan. Hidup sempurna itu tidak ada. Pun demikian dengan mimpi yang mewujud nyata bulat-bulat adanya. Pasti ada celah yang tak terpenuhi.


Hei kamu yang pernah menjadi segala dalam setiap hariku. Kamu membantuku untuk menjadi manusia yang realistis. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak