Hei pendamping hidup di masa depan. Apa kabarmu? Semoga
baik-baik saja ya. Jangan lupa jaga kesehatan, karena aku ingin kelak kita
melewati waktu bersama dalam waktu yang lama.
Apakah kamu harus tampan? Tentu saja tidak. Cukup
menggunakan jam di tangan kanan, itu sudah mampu membuatku betah berlama-lama
bersamamu. Kamu yang memiliki mata segaris saat tertawa. Kamu juga orang yang
mudah merasa bahagia. Hal apa saja bisa kamu tertawakan. Terimakasih untuk
selalu menyebarkan energi positif.
Kira-kira bagaimana kita bertemu ya? Mari bayangkan saat ini
kita belum saling mengenal. Kamu bukanlah teman main yang sudah kukenal sajak
lama.
Mungkin kita bertemu dalam sebuah perjalanan. Saat aku
sedang impulsif, tiba-tiba ingin pergi mencari sunyi. Naik kereta bisnis,
dengan tempat duduk favorit, pinggir jendela. Kamu pun demikian, di pinggir
jendela namun sisi sebrang. Perempuan di sebelahku, menanyakan, apakah kamu
bersedia bertukar tempat duduk dengannya. Perempuan itu awalnya memintaku untuk
bertukar bangku dengannya, namun aku menolak. Kemudian ia memintamu, dan kamu
bersedia. Kita jadi duduk bersebelahan. Entah bagaimana awalnya, ternyata kita
teman ngobrol yang asik.
Kita bertukar nomor telepon untuk janji bertemu jika sudah
kembali ke Jakarta. Saat itu, tujuan kita memang berbeda, aku turun lebih dulu.
Kamu sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi ibu.
Ya, kita kemudian cukup sering bertemu. Nonton film bersama
atau sekedar duduk-duduk dan kita melakukan hobi masing-masing. Kamu dengan
orat-oret sketsa, sedang aku cekikikan mengobrol di grup whatsapp atau membaca
novel picisan.
Kita menjalani hubungan tanpa ekspektasi juga bumbu romansa.
Hanya saling nyaman dengan kehadiran satu sama lain, itu sudah. Sampai satu
ketika, tanpa emosi yang meluap-luap ataupun perasaan buncah, kita memutuskan
untuk bersama.
Kamu bukan lelaki romantis. Tapi kamu tahu memperlakukanku
dengan tepat. Seperti pada sebuah dini hari, aku belum berniat tidur, sedang
kamu terbangun tengah malam. Kamu menelpon ku dan bertanya sedang apa. Kujawab
sedang menyelesaikan pekerjaan menulis. kamu menyemangati dan mengatakan akan
melanjutkan tidur. Aku suka caramu yang pengertian tidak menggerutu dengan cara
hidupku yang nocturnal. Pengertian yang sederhana seperti ini justru mampu
membuat hatiku penuh.
Sebuah akhir pekan, biasanya menjadi surga bagimu untuk
bermalas-malasan. Aku seringnya mendukung aksi malas-malasan ini. Namun kamu
tak pernah keberatan jika aku menyabotasenya, menjadikan akhir pekan sebagai
waktunya piknik bersama.
Kamu, si pekerja kantoran dengan pola hidup teratur. Selalu
merencanakan setiap tahapan kehidupan. Agak kaku. Aku dengan segala hal yang
serba tak stabil, memberi sedikit pendar di hidupmu. Aku ibarat sebuah
lingkaran yang berusaha menumpulkan setiap siku-siku tajam dalam hidupmu.
Sebaliknya, kamu membenarkan arahku. Membangun sebuah jalan agar lebih terarah,
membuatku menjalani hari tidak lagi semena-mena sesuka hati. Kita saling
melengkapi.
Lalu, pertanyaan terpenting, kapan kita bertemu? Segera.