Selasa, 13 April 2010

metamorfosa centil


Beberapa hari belakangan ini, kalimat ”Metamorfosa menjadi kupu-kupu” akrab terngiang di telinga. Entah mendapat wangsit darimana, yang pasti saya ingin berubah. Berubah dalam artian menjadi lebih peduli dan rapi dalam urusan penampilan. Beberapa teman hanya tersenyum simpul, tahu karakter asli saya yang serba anget-anget tai ayam, bersemangat hanya di muka. Itu masih jauh lebih baik, terkadang malah nol realisasi meski rencana berkumandang di pelosok negeri. Hehehehe, inilah saya, harap maklum ya.

Namun keinginan menjadi cantik rupanya lebih kuat daripada rencana yang sudah-sudah. Langkah pertama adalah merayu Mila dan Katri untuk menemani berbelanja alat perang di Puri. Alat perang yang dimaksud berupa mascara dan eye liner. Hari itu, saya baru tahu kalau ada eye liner bentuk mirip crayon.kan selama ini tahunya cuma yang pencil dan cair. Begitu diberi informasi mengenai keberadaan eye liner crayon, saya langsung tertarik. Menjanjikan kepraktisan tanpa raut.

Mascara dan eye liner terbeli sudah. Sejak kemarin sudah teraplikasi dengan manis dimata. Hasilnya, beberapa teman berkomentar positif. Ada yang menuduh saya telah insaf (emangnya selama ini saya murtad apa?). beberapa yang lain memberi komentar singkat, bagus.

Semalam, urusan kantor mengharuskan saya menyambangi pusat perbelanjaan elit. Disana bertemu dengan Ari, si cowok CHS yang selalu tampil eksentrik.

Komentarnya, ”Abis dari pergi-pergi ya?”

Hahaha, berhasil! Berarti cita-cita saya untuk tampil beda berhasil. Tolak ukurnya adalah, orang-orang bisa langsung mengenali adanya perubahan di mata saya. Nah, keberhasilan merubah penampilan disempurnakan dengan pertanyaan Ari. Kita kan jarang ketemu, kalau dia ampai tahu ada yang berubah, berarti perubahan ini pastilah dasyat. Teori asal yang saya yakini kebenarannya.

Sebenarnya, saya juga gak tau mengapa melakukan semua ini. Tiba-tiba saja muncul. Mungkin tergelitik iri melihat para perempuan yang anggun melenggok di mall. Atau bisa jadi manifestasi kecewa. Untuk alasan kecewa, saya tak berani memastikan. Saya yang kecewa atau malah dia yang kecewa? Tak jelas. Mungkin kami sama-sama kecewa. Ya sudahlah.

Yang pasti, saya ingin semuanya cepat-cepat selesai. Biar tenang, tanpa beban.

Kembali ke urusan metamorfosa. Tak ada niatan apa-apa. Hanya ingin tampil beda. Hak saya sepenuhnya kan? Jadi tolong, buat yang punya komentar negatif berintonasi nyelekit, simpan saja dalam hati. Sensitifitas saya sedang menebal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak