Senin, 20 Desember 2010

TKI di Final AFF


Mungkin terlambat jika saya baru merasakan euforia sepak bola dalam laga leg kedua antara Indonesia melawan Filipina pada petang, 19 Desember lalu. Entah mengapa, petang itu saya sama sekali tidak tertarik untuk turut serta dalam ambience nasionalisme.

Teman serumah saya, Melva Sirait bahkan hadir langsung di stadion Gelora Bung Karno. Sekitar pukul 16.00 pun saya menjumpai rombongan bersepeda motor dan kaos merah dengan logo garuda tersemat manis di dada. Senang melihat sorot-sorot mata tajam dan senyum merekah penuh kebanggan itu. Saya senang, akhirnya nasionalisme muncul dengan kekuatan penuh berkat sepak bola.

Saat pertandingan dimulai, saya masih berada di jalan, menuju Meruya. Sampai di lokasi tujuan pun, saya tak berminat mencari televisi. Alih-alih memencet remote televisi, saya malah mencari ponsel esia dan menelpon seseorang. Saat sedang berbincang di telepon itulah, teman di seberang berteriak-teriak.

“Goal mbaaaak!!!”

Saya hanya tersenyum, tak juga tertarik untuk larut dalam semangat sepak bola. Takut telepon saya menganggu, saya bertanya apakah dia berniat menonton bola? Jika jawabannya iya, maka saya akan mengakhiri percakapan telepon itu segera. Percakapan akhirnya kami lanjutkan.
***
Hari ini, praktis telah lewat dua hari dari pertandingan itu. Saya tertarik melihat goal indah yang disebut-sebut dengan goal pisang. Istilah yang lucu, mungkin karena gerakan bola kreasi Christian Gonzales yang melengkung saat membobol gawang Filipina.

Saat ini, harapan segenap pemuja sepak bola tanah air tentu semakin memuncak. Terlebih, lawannya adalah Malaysia. Tetangga yang memiliki banyak sejarah perseteruan dalam berbagai aspek dengan Indonesia.

Malah kemarin, saya sudah mendapat undangan agar bergabung dalam gerakan ‘Ganyang Malaysia di Piala AFF’ pada jejaring sosial facebook. Ada-ada saja.

Semoga tak salah informasi, jadi final diadakan dalam dua leg. Pertama akan berlangsung di Bukit Jalil Malaysia pada 26 Desember dan leg kedua di Indonesia dan tentu saja di Gelora Bung Karno pada 29 Desember.

Agaknya tim Indonesia tak perlu khawatir dengan minimnya supporter. TKI di Malaysia bukan main banyaknya. Sejumlah departemen kabarnya malah ada yang mengkonsolidasikan agar para TKI ini memberikan dukungan penuh bagi tim garuda yang akan berlaga. Demi menjunjung semangat nasionalisme, bahkan dari situs www.liputan6.com mengabarkan ada sejumlah kelompok TKI asal Jawa yang akan menyewa bus untuk menyaksikan laga ini.

Senangnya mengetahui semangat nasionalisme kita sedang panas membara.

Laga final AFF kali ini tidak hanya sekedar kompetisi olahraga, namun sudah menjelma jadi pertarungan menyelamatkan harga diri bangsa. Indonesia-Malaysia seakan menjadi thesis dan antithesis yang bertentangan sepanjang hayat.

Ayo TKI, meski kalian sering tak terakui dan minim penghargaan, Indonesia saat ini benar-benar membutuhkan kehadiranmu di Bukit Jalil. Jika sebelumnya kalian adalah pahlawan devisa, sesaat lagi kalian memiliki kesempatan untuk menjadi pahlawan supporter, hahay!!!

Kalah ataupun menang nantinya, semoga semangat nasionalisme tetap menggelora. Tidak hanya muncul sesaat kemudian hilang entah kemana. Semangatlah TIM GARUDA!!
*melirik malas pada David L. Tobing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak