Jumat, 17 Desember 2010

Py, sahabatku..



Dalam sekali memandang, saya menilai dia sebagai gadis manja, kekanakan dan egois. Namun siapa nyana, semakin lama mengenal, ada begitu banyak pesona persahabatan yang ditawarkan. Ya, gadis yang kini telah menjadi sahabatku itu, Shelvy Juwita Wulansari namanya. Beberapa orang memanggilnya Slepong, Chippy, dan aku senagaja memanggilnya Sleepy, sebenarnya agak kurang berkorelasi sih, karena dia seorang penderita insomnia yang baru bisa terkantuk kantuk paling setelah jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari.

Sleepy, yang dalam pandangannku seperti barang berjalan. Bagaimana tidak, dia selalu tergila-gila dengan barang branded. Celana Esprit, kaor Rusty, jaket Samuel & Kevin, tas Billabong disempurnakan dengan alas kaki Converse. Py yang banyak memberikan pengetahuan padaku mengenai barang-barang bernilai status sosial tinggi itu. Tadinya ku pikir anak orang kaya pastilah sombong dan malas bergaul denganku yang sama sekali buta merk dan dunia fashion.

Ternyata pola pikirnya begitu mengagumkan. Py yang ku pikr hanya kritis saat membahas seseorang menggunakan kaos Polo asli atau bajakan ternyata juga memiliki pandangan terbuka terhadap banyak hal. Mulai dari issue kesetaraan gender sampai hidup berkeadilan dalam pandangan budaya dan agama.


Pesona persahabatan yang ditawarkan sungguh mencengangkan. Jujur, saya masih jauh dari bisa melakukan hal-hal yang dilakukan Py pada kami. Pernah satu kali dia membawakan kami bertiga kacamata hitam untuk bergaya di kota yang panas membara, Yogyakarta. Tadinya dia sudah memilih sebuah kacamata yang paling disukainya, sampai ternyata Dini, temanku yang lainnya, memerlukan pilihan special agar kacamata besar indah dipakai. Dengan sangat murah hatinya, Sleepy mengembalikan kacamata yang telah dipilihnya, untuk kemudian di pilih oleh Dini. Alasannya, Dini lebih memerlukan adanya banyak pilihan.

Belum selesai, saat sedang memilih-milih kalung untuk di pakai pun, lagi-lagi Sleepy mempersilahkan Dini untuk memilih, padahal kalung-kalung itu Sleepy. Dan yang membuat saya kembali tercekat, kalung yang dipilih Dini adalah kalung yang paling disukai Sleepy. Dengan tanpa rasa egois dia memilih kalung yang lain, alasannya, “Dini udah bagus pakai kalung itu, jadi jangan diganggu gugat lagi, gue cari kalung yang lain aja”.

Wow, hati saya langsung mencelos saking malunya. Sahabat saya ini tidak memiliki kata egois dalam hidupnya. Barang yang dimilikinya tidaklah harus selalu digunakannya, meskipun dirinya amat ingin memakainya. Terimakasih untuk keadaan yang mempertemukan kami dan kesempatan bagi saya untuk mengenalnya. Darinya saya belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri. Meski belum sepenuhnya, saya berjanji untuk berusaha. Hebatnya lagii, Sleepy sama sekali tidak menyadari akan kebaikan hati yang telah dia berikan pada orang-orang disekitarnya.

Sungguh, banyak pelajaran yang saya petik, berteman tidaklah harus sama, kita berbeda justru indah, kita bersitegang justru seru, kita bersaing justru kuat. Tidak lupa, bersahabat bukan untuk menyatukan pandangan, saya lebih setuju untuk mengisi kekosongan yang tidak akan kita bisa penuhi jika sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak