Selasa, 22 Februari 2011

Kematian


Seperti di sebuah pemakaman, satu persatu mereka datang, satu persatu pula mereka pergi. Bertemu untuk sebuah alasan, menghormati seseorang. Menjalin kenangan akan sebuah sosok, dan kemudian merelakan kepergian untuk selamanya.
Requiem. Aku bisa tersedu sedan jika mendengarkan nada-nada pilu dari sebuah upacara pemakaman. Mengingat akan kehilangan paling sahih. Adakah kepergian yang lebih mutlak lagi daripada kematian?

Hari ini, tepat setahun lalu aku bersikeras untuk menggenggammu. Berusaha melawan kenyataan, bahwa kematian seharusnya bisa ditaklukkan dengan tetap menghidupkan kenangan. Ternyata semua salah. Bagaimanapun, kepergian akibat kematian adalah sebuah entitas takdir, dan waktu akan menjadi pemenang dalam pertarungan melawan kenangan.

Aku harus rela, seiring berjalannya waktu, semua akan memudar untuk kemudian menghilang tanpa bekas. Yang tersisa hanyalah daya ingat bahwa semua pernah terjadi, namun tidak secara spesifik menjelma menjadi diorama yang nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak