Kamis, 17 Februari 2011

Saya dan 1'st Juli yang Lain


Saya percaya bahwa orang yang dilahirkan pada tanggal dan bulan yang sama, maka akan memiliki beberapa persamaan karakter. Saya yang lahir 1 Juli ternyata memiliki banyak ‘kembaran’ lahir. Ada Agnes Monica, Aryo Wahab, Fedi Nuril, dan tentu saja saya, Endang Prihatin. Hehehe.

Eh, teman-teman main yang lahir di tanggal 1 Juli dan tidak menyandang gelar selebritis juga ada, yaitu Susanti, Rohmadtika Dita, dan Laksita Kurniati.

Santi
Susanti, waktu kelahirannya benar-benar berbarengan dengan saya, tanggal bulan dan tahun sama plek. Dia teman sekelas saya saat SD di pedalaman Lampung. Anaknya pintar, pintar apa saja. Di sekolah selalu juara satu, dari pertama mendapat raport sampai lulus SD. Saya sampai keki bukan main. Itu baru keenceran otak. Soal perilaku jangan ditanya. Santun bukan main. Nenek saya sampai jatuh hati. Tiap main ke rumah, pulangnya Santi pasti diberi rambutan. Hal itu terus berlanjut, bahkan saat saya sudah tidak lagi tinggal di Lampung. Lewat surat, Santi bercerita nenek sering mampir dan memberinya jajanan pasar. Mungkin nenek ingin saya menyerupai Santi. Grasak-grusuk berubah jadi lemah gemulai. Petakilan dan tampilan awut-awutan menyerupai laki-laki bermetamorfosa jadi rapi manis. Maaf ya nek, harapanmu terlalu mengawang hingga tak terjangkau.

Yang membuat saya iri dari Santi adalah rambut. Ya, rambut. Rambutnya lurus, tebal, rapi. Ya, tipikal rambut di iklan Sunsilk. Sampai sekarang saya ingin punya rambut seperti miliknya.

Jadi, bentuk santi bisa dikatakan antithesis dari saya. Dia lemah gemulai, berotak encer, santun, rapi dan rajin. Saat saya menulis kata rajin, saya tidak berlebihan. Dia betul-betul rajin. Saya ingat, dia sama sekali tak malas menyapu halaman rumahnya yang luasnya sekitar setengah lapangan bola basket. Dia juga rajin memasak, meski sebelumnya harus belanja dulu ke pasar yang jaraknya 15 menit naik angkot. Saya ingat persis, di kelas 1 SD, tiap pulang sekolah dia akan mencuci kaos kaki dan pita rambut. Saat itu saya terkagum-kagum, melihat teman sebaya sudah begitu berpikiran maju soal kemandirian. Tapi saat ini, saya kok merasa itu berlebihan ya? Tiap hari gitu nyuci pita rambut?

Berhubung kelas 5 SD saya pindah, sejak saat itu saya jarang bertemu dengannya. Sesekali saja jika saya mengunjungi nenek. Terakhir bertemu dengannya sekitar 2 tahun lalu.

Oh ya, Karena keterbatasan biaya dan kemiskinan informasi (tentang betapa mudahnya beasiswa didapat), akhirnya otak encer Shanti tak dimanfaatkan maksimal. Dia hanya tamat SMU. Saat ini kerjanya menjaga toko. Saya rasa dia cukup bahagia, mengingat toko itu cukup tersohor di Lampung sana. Minimnya akses, meminimkan dia membaca tulisan ini. Saya tak yakin dia menikmati berselancar di ranah maya ini.

Dita
Si pemilik tanggal lahir sama yang kedua adalah Rohmadtika Dita. Jangan protes, namanya memang aneh, seaneh orangnya. Dia memiliki banyak panggilan, lazimnya orang memanggilnya Dita. Tapi pernah saya khilaf memanggilnya babi karena melihat pipi-nya bersemu merah muda, mirip boneka-boneka babi itu looohhh!! Pacar tersayangnya memanggil dia Nta, yang ini terdengar lebih manis di telinga. Pernah juga sapaan ‘nasi’ menghampirinya. Sebutan terakhir itu mengacu pada perawakannya yang kecil dan putih. Si nasi yang punya mata dan hidung.

Dia ini teman kuliah. Lagi-lagi si 1 Juli menunjukkan kedigjayaan. Dia pintar bukan main. Kuliah S1 bisa dilaluinya dalam waktu 3,5 tahun saja. belum cukup, bahkan saat wisuda pun dia mendapat IP tertinggi. Bikin syirik saja. dulu dia memasukkan nama saya dalam phone book-nya ‘kembaranku’.

Siapa yang mau jadi kembarannya? Dia mengungguli saya disemua bidang. Dia lebih cantik. Dia lebih pintar. Dia punya pacar. Aaarrrgh!! Saya kalah telak. Saya menolak disebut kembaran. Akhirnya saya menang satu poin, saya yang menolak.
*bakat culas menyembul

Mbak Uchi
Si 1 Juli yang terakhir namanya Laksita Kurniati. Saya dan teman-teman bisa memanggilnya ‘Mbak Uchi’ Dia teman kost saat saya masih kuliah. Badannya lebih tinggi besar dibanding saya. Semlohai. Sekarang ini dia bekerja di Bank Indonesia, entah jadi apa.

Mbak Uchi ini orangnya berisik. Sukanya jadi pusat perhatian. Gak puas kalau belum mengeluarkan suara 5 oktaf. Sedikit temperamen, mudah dihasut dan disulut kemarahannya. Tapi diantara semuanya, dia itu baik hati sekali.

Hatinya mudah jatuh iba. Meski memiliki pekerjaan yang lumayan dia memilih kost di tempat yang sederhana. Pertimbangannya, kenyamanan dan rasa persaudaraan yang ditawarkan dalam kost sederhana milik Bapak dan Bu Jeje. Meski tak tahu persis, saya dan teman-teman kost menduga, Mbak Uchi itu anak saudagar kaya di kampung sana. Oia, kampungnya di Bangka Belitung.

Ah, hari ini saya menulis fragmen si 1 Juli.

3 komentar:

  1. hahaha...ini ya, si 1 juli biar ada bedanya tetap saja mirip : kalian sama2 unggul di bidang masing2.. ngotot pd sesuatu yang sudah dipilih. Kamu jg gitu koq nduk !! aku jd berpikir apa para 15 September jg mirip yah ??

    BalasHapus
  2. ayo, cari lima persamaan!! haha

    BalasHapus
  3. http://pacarsialanku.blogspot.com/2011/03/juli.html

    silahkan mampir yah kalau ada waktu

    BalasHapus

tinggalkan jejak