Kamis, 25 Desember 2008

sebuah momentum..

sesaat lagi kita akan melewati momentum pergantian tahun. berjubel resolusi pun langsung membayangi kepala saya. sebenarnya saya bukanlah orang yang selalu merayakan tahun baru, sekitar empat tahun belakngan ini saya tidak termasuk dalam perkumbulan bakar ayam atau tiup terompet itu. tidak ada alasan khusus, hanya rasa malas saja yang melandasinya.
jika ada yang bertanya, malam tahun baru ngapain, jawab saya tidak jauh-jauh dari nonton spiderman atau apapun yang biasanya memang di putar di trans tv, sayang, si manusia laba-laba itu belum lama telah di putar, jadi saya tidak tahu nanti saya akan nonton apa..

ehm, tahun baru hanya sebuah pergeseran, bagi saya yang terpenting lebih pada terwujudnya prioritas.
alhamdulillah, target saya untuk tahun ini lebih dari cukup terpenuhinya. memang masih ada dua resolusi yang belum tercapai, namun jika melihat resolusi sebelumnya, dua resolusi ini sama sekali bukan apa-apa.

banyak yang terjadi tahun 2008 ini, banyak pencapaian yang telah saya lalui, dan ada begitu banyak kehilangan untuk membayarnya.

saya ingat pada akhir 2007, keinginan utama saya adalah lulus kuliah. mungkin untuk sebagian orang keinginan ini terlalu sederhana, tidak bagi saya. di tengah berbagai himpitan kata sulit pada saat itu. bersyukur sekali, keinginan itu dapat tercapai dengan berbagai mukjizat yang sebelumnya tidak akan terbayangkan. saya yang sebelumnya bukanlah apa-apa, kini merasa telah menemukan sebuah jati diri.

ada banyak pembelajaran yang saya temui sepanjang tahun ini. semoga menjadikan sesosok saya, orang yang masih sering merasa congkak dan tak tahu diri ini, menjadi orang yang lebih baik. saya ingin memiliki arti, memberi guna, dan tentu saja semoga pada saatnya nanti, saya dapat memunculkan rasa bangga..
untuk ibuku..
hanya beliaulah, alasan saya tetap bersemangat menyongsong hari,
rela begadang hingga dini hari,
tetap bertahan meski ingin berlari,
dan terkadang hanya diam meski mulut ini ingin memuntahkan ribuan kata makian,
semua hanya untuk ibuku,
semoga kebanggan sempat menyusupi relung hatinya,
sebelum usia menutup takdir hidupnya..

bukan..
bukannya saya mendahului takdir,
toh saya juga tidak tahu
kematian siapa yang lebih dahulu datang menjemput,
saya atau ibu,
hanya saja
saya ingin, amat sangat ingin, kebahagiaan itu,
menjadi miliknya,
wanita yang begitu tagguh, begitu gigih,
begitu emosional, begitu sombong,
terangkum dalam seorang manusia yang penuh kelembutan dan lautan kasih sayang, tidak ada seorang pun di dunia, yang sanggup mengalahkan ibuku..
si wanita hebat itu..

1 komentar:

tinggalkan jejak