Senin, 10 Januari 2011

Rumah Ceria---> tamu yang datang


Layaknya sebuah rumah, rumah ceria juga kedatangan tamu-tamu selain penghuni. Ada yang beberapa jadi sering singgah untuk minta disedekahi makanan. Sudah saya ceritakan bukan? Butet dan Dydit itu pandai memasak. Ini bukan pujian semata, olahan bumbu yang diracik oleh mereka bukan main lezatnya. Tak ada seorang pun yang menolah tuduhan saya ini. Siapa yang sudah membuktikannya? Hm..jangan ditanya. Bahkan teman-teman kantor saya yang baru mengakui kelihaian Butet mengolah makanan mentah menjadi santapan siang menggiurkan.

Baiklah, kali ini saya mencoba mereview siapa saja tamu yang pernah singgah.
*teman, jangan marah ya..

Pertama ada Ucok, jika tak salah nama aslinya Hoshea Sembiring. Jasanya yang paling kuingat adalah kesediaannya membantu kami memasang kassa nyamuk di setiap lubang ventilasi rumah ceria. Ucok pula yang membeli gorden serta memasang paku-paku.

Dulu Ucok sering bertaruh bola dengan Butet. Jika kalah bertaruh, maka sebagai kompensasi Ucok akan membeli martabak telur. Untuk bagian ini tentu saya yang bersorak-sorak. Pernah juga Ucok membeli pizza, tapi untuk perayaan apa, saya tak ingat jelas. Juga pernah Ucok membeli durian, sungguh malang, saat itu saya sedang tak di rumah. Jadi, dengan miris saya tak ikut ambil bagian mencicip buah tropis beraroma menyengat namun lezat rasanya.

Ah, maaf Ucok. Kenangan yang aku ingat hanya seputar makanan saja. Makanan yang cukup sering dimasak saat Ucok berkunjung adalah bakso. Bakso yang masaknya dengan mangkok rice cooker karena kami tidak memiliki panci berukuran besar. Bakso olahan Butet yang ladanya terasa mengigit lidah.
Kemudian ada Bang Jimmi, nama lengkapnya Jimmi Aruan. Periode kunjungannya paling singkat. Yang paling kuingat adalah tanggal kali pertama kunjungan Bang Jimmi. 3 Januari 2010, Bang Jimmi pertama kali datang ke rumah ceria. Makanan yang paling kuingat saat Bang Jimmi berkunjung adalah Ayam Goreng Kremes Ny Nita. Ya, Bang Jimmi pernah mentraktir kami, penghuni rumah ceria dengan ayam goreng kremes tulang lunak milik Nyonya Nita.

Jika Bang Jimmi memiliki periode kunjungan yang singkat, ada lagi yang bisa dikatakan kilat. Yaitu Erik Hermawan yang lebih akrab di telinga kami dengan sapaan Aang. Laki-laki yang ini merupakan suami Dydit yang saat ini berada di Pontianak menjadi abdi negara. Jadi wajarlah dia jarang datang, jauh dan mahal ongkosnya.

Ada juga Rere. Nama lengkapnya Muhammad Reza Kurniawan. Makanan khas kedatangannya tak terdeteksi, karena dia menyantap apa saja yang Butet masak. Rere partner main kartu bagi kami berempat. Entah ada kaitannya dengan gender atau tidak, dia juara umum dalam bermain kartu. Dulu, dia juga partner berdiskusi yang menyenangkan bagi kami yang terkadang ingin tahu bagaimana sudut pandang laki-laki dalam memandang sesuatu.

Ke empat laki-laki ini adalah tamu yang datangnya bisa dikatakan cukup sering dan terprediksi. Mereka pernah menjadi spesial bagi masing-masing dari kami. Kecuali untuk Aang tentunya. Dia masih dan selalu menjadi yang spesial untuk Dydit hingga saat ini dan seterusnya.

Kemudian ada Hans dan Daus. Mereka merupakan founder millexplorer, bersama saya. Saat itu kami sedang mati ide dan tak punya tempat untuk melanjudkan rapat tentang manajemen wisata yang kami kelola. Saya mengajak mereka berdua untuk datang ke rumah ceria dan menginap. Sampai rumah ceria bubar, Hans hanya datang sekali, sedang Daus beberapa kali singgah. Butet menyukai Daus karena selera makannya yang gragas. Daus mau saja menghabiskan semua makanan yang tersaji, membuat Butet jatuh sayang padanya.

Selanjutnya ada Vinsen. Jangan protes, memang begini spelling namanya. Nama panjangnya Vinsen Arnold Silitonga. Dia keponakan Butet, si brondong kelahiran 1992 yang kini masih di tingkat satu Universitas Padjadjaran Bandung mengambil jurusan geologi. Saya kerap menjulukinya si tukang batu. Butet sangat over protektif pada Vinsen. Mungkin Vinsen menjadi kelinci percobaan yang mengasah jiwa keibuan Butet sampai licin mengkilap.

Ada juga Mas Fahri dan Tami. Keduanya datang bersamaan untuk kali pertama. Seingat saya, misi mereka adalah untuk menghibur saya yang tiba-tiba bad mood. Lagi-lagi jerat rumah ceria bekerja dengan efektif. Mereka juga menyukai kunjungan ke rumah ceria.

Mas Fahri merupakan mentor menulis saya di kelas menulis narasi. Tubuhnya jangkung sangat, Butet menjulukinya Mister Long. Jika ada award, mungkin Mas Fahri akan menjadi pemenang dengan kategori sebagai pria yang dianggap paling baik.
*dianggap paling baik ya mas, jadi jangan ge er

Tak berbeda dengan Mas Fahri, Tami juga memiliki tinggi badan menjulang. Setiap ada Tami, kami rawan tertawa. Ada-ada saja ulahnya yang membuat kami terbahak. Mulai dari gayanya yang kocak menirukan Iis Dahlia bersenandung “keeee…jjaaaaammm..”

Di waktu-waktu terakhir, Butet kedatangan tamu dari pulau nun jauh di sana. Teleng namanya. Saya tak tahu pula nama sebenarnya. Teleng teman Butet saat dulu menetap di Batam. Teleng pula yang memberi inspirasi pada Butet untuk mengadu nasib di Pulau Natuna beberapa bulan mendatang, jika tak ada aral melintang tentu saja. Butet pernah berkata, Teleng memiliki karakter yang nyaris serupa dengan saya. Pantas kami lekas akrab.
*Toast Teleng!

Sebenarnya, ada lagi beberapa tamu yang singgah. Namun sayang, daya ingat saya yang terbatas tak sanggup menceritakan kisah-kisah mereka. Sebut saja Rita, adik Ebeth yang juga beberapa kali singgah. Juga ada Soren teman Vinsen. Butet dan Ebeth juga beberapa kali membawa rekans esama suster untuk menginap. Kita anggap saja mereka anonim ya?
*Sepakat aja ya biar cepet

2 komentar:

tinggalkan jejak