Senin, 04 April 2011

Tenang Saja, Ada Tangis Untukmu


mengambil gambar di sini
Menulis ini untuk memenuhi tautan janji yang sore tadi saya ucapkan atas permintaan seorang kakak bernisial SFS. Tak perlulah saya mengungkap jati diri si kakak ini. Orang-orang yang mengenal saya dengan kedekatan massif tentu mengetahui siapa si SFS ini.

Saya mengajaknya untuk bertemu di Taman Suropati. Tak ada niatan apa-apa. Saya hanya merasa bosan karena sejak kemarin tak melakukan apapun selain ngoler-ngoler di kamar tanpa juntrungan. Sungguh tak bermanfaat lah pokoknya. Tak perlu diperjelas kan, aspek-aspek seperti apa yang dinamakan tak bermanfaat ini. Jadi, saat ini saya sedang dalam posisi nyaris depresi, tak memiliki harapan, asa ataupun keinginan luhur. Hampa tak berujung.

Jika sedang galau gulana begini, ada dua orang yang bisa diandalkan. Salah satunya ya si kakak SFS ini. Satunya lagi Firdaus Mubarik, berhubung dalam beberapa bulan belakangan ini, Ki Daus (panggilan sayang saya untuk Firdaus Mubarik) sedang menjadi milik umat yang akhirnya akan berafiliasi pada kesibukan yang luar biasa. Pokoknya umat Ki Daus tidak hanya saya seorang, masih banyak orang-orang di luar sana yang membutuhkan perhatiannya. Saya tak mau mengganggunya.

Sore sekitar pukul 15.00 saya mengirim pesan pendek pada si kakak. Isinya menanyakan dia sedang di mana dan sedang apa. Saya tak ingin tahu dia sedang bersama siapa. Karena dengan mengetahui lokasi dan apa yang sedang dilakukan, saya sudah bisa mengira-ira orang-orang yang ada di sekeliling. Biasa, sok tahu saya kan kadang mencuat tanpa komando. ^_^

Rupanya si kakak sedang makan. Dia menawari saya untuk menyambanginya. Merasa enggan, saya malah mengajaknya untuk pergi ke Taman Suropati. Iseng saja. Saya ingin merasakan atmosfer yang berbeda. Tidak hanya nguyel di kamar kost-nya kemudian lanjut makan nasi kucing. Itu sudah menjadi semacam SOP jika saya berkunjung ke kost-nya di malam hari.

Meskipun Taman Suropati letaknya dekat sekali dengan kost saya, ternyata SFS lebih dulu sampai. Saya taksir, dia menunggu lebih dari 30 menit. Berhubung dia seorang penyabar, jadi tidak perlu ada insiden ngambek atau mengomel kecil. Duh, baik deh kamu.

Begitu bertemu, dia langsung mengatakan ingin pipis. Dasar. Seharusnya kan laki-laki lebih bisa menahan hasrat ingin pipis ya? Kan dia punya semacam ‘pipa’ penyalur yang jaraknya lebih panjang di banding wanita. Karena, ya wanita kan tidak memiliki ‘pipa’. hihihi

Seperti biasa, kami membicarakan banyak hal. Sambil menikmati suasana taman yang elok di pandang. Ada gerombolan orang yang memegang alat musik seperti biola dan flute. Ada beberapa lagi yang asik berfoto, dengan kamera SLR tentu saja. Entah mengapa, akhir-akhir ini saya mulai jarang melihat orang membekukan momen dengan digital camera biasa. Lanjut membahas tentang apa-apa yang saya lihat di taman ya. Ada pedagang yang matanya awas. Sigap menangkap pertanda berupa lambaikan tangan calon konsumen. Dan, tentu saja ada pasangan yang saling menggelayut manja dengan mata syahdu yang dengan sok tahunya saya terjemahkan ilopyu.
*Udah deh Ndang bilang aja pacaran, repaot amat? (kepala digetok panci)

Kami banyak bertukar cerita. Mengingat dua minggu ini kami jarang berbincang. Dia masih dengan urusan hati yang tak kunjung padam. Masih merasa sesak akibat cinta. Merasa sulit tidur dan membuang energi dengan menonton banyak film. Malang tak dapat ditolak, ternyata beberapa film yang ditontonnya justru mengambil setting cerita pilu. Ya makin mellow-lah suasana hatinya.
Dia juga bercerita tentang rencana. Rencananya untuk pergi ke Papua. Melakukan liputan mendalam. Ah..semoga tak membahayakan nyawa.

Cerita tentang mantan kekasih yang umur pacarannya sama dengan jumlah tahun untuk menyelesaikan Sekolah Dasar. Yups, 6 tahun saja. Hubungannya kandas akhir November 2010 lalu. Pas sekali, sehari setelah saya pun putus dengan si batu. SFS masih bertelepon ria dengan mantan yang ada nun jauh di Jogja sana.

Berbagi kisah tentang usaha untuk kembali merasa jatuh cinta. Bukan keberhasilan yang didapat, namun justru sakit. Begitu katanya. Jujur, saya tak mengerti. Tak mengerti, bagaimana kegagalan merasa jatuh cinta justru menuai rasa sakit.

Padahal, posisinya saat ini lebih strategis. Jika dia mau, saya rasa dia bisa dengan mudah menjerat hati. Tapi mungkin ya dia memang tak mau. Cintanya telah ditujukan pada seseorang yang namanya tentu tak boleh saya sebutkan di sini.

mm..apa lagi ya topik yang kami bahas?

Uhm, soal pekerjaan saya. Pekerjaan yang ternyata tidak memenuhi ekspektasi dan dengan sukses membentuk lubang menganga dalam bernama kekecewaan.

Juga membahas tentang teman-teman kami yang belakangan ini sibuk luar biasa. Sibuk karena insiden Cikeusik yang menewaskan tiga orang itu.

Saya kemudian makan somay dengan lahap. Dia tidak tertarik setelah mencoba sesuap.

Melanjutkan obrolan. Saya tak ingat persis rentetan materi perbincangan kami.

Kami kemudian memutuskan mencari makanan. Tujuan awal adalah soto ceker di dekat 711 Tosari. Kami adalah sepasang manusia impulsif akut. Di tengah jalan, kami malah berbelok menuju Taman Menteng.
Saya memesan roti bakar, si kakak memesan sate ayam. Untuk minum, kami kompak, pilihan jatuh pada es teler.

Makan di Taman Menteng memberi pelajaran tersendiri. Kami sukses kena getok harga. Satu porsi sate ayam, sukses dihargai Rp 26.000,- saja dong.

Ternyata, kami malah lanjut mengobrol. Banyak yang kami perbincangkan. Sesekali, saya melihatnya tertegun. Melihat perempuan dengan tampilan modis. Saya saja yang perempuan suka, apalagi dia yang notabene laki-laki normal. Ya, Taman Menteng di malam hari memang menyenangkan. Kita bisa wisata mata.

Entah bagaimana awalnya. Tak ingat rentetan cerita. Ternyata kami memiliki kesamaan. Suka menghayal menjelang tidur.

Baiklah, setiap menjelang tidur, saya terbiasa membentuk fragmen. Saya menjadi apa, bertemu siapa, atau mengatakan apa. Itu ada di dunia khayal semata. Terkadang saya menjelma jadi orang pintar luar biasa. Saya ingat Persis, saat masih SMU khayalan saya adalah tinggal di Jepang. Berkawan dengan laki-laki yang tampannya menyerupai Hideaki Takizawa. Kadang tokoh laki-lakinya saya ganti dengan yang menyerupai Takuya Kimura. Bagaiamana saya bisa sampai di Jepang juga dipikirkan. Saya pelajar Indonesia yang mengikuti pertukaran pelajar. Namanya juga berkhayal, sah sah saja bukan?

Tak jarang pula saya mencipta fragmen pilu. Malah terkadang, saya benar-benar menangis. Biasanya fragmen semacam ini tercipta saat suasana hati sedang benar-benar merasa sedih.

Saya tak tahu, ada sedikit atau malah banyak orang yang melakukan hal serupa. Mengkhayal sebelum tidur. Tak ingin juga mencari tahu. Namun ternyata si kakak juga serupa. Dirinya juga sering mencipta fragmen sebelum pergi ke taman mimpi.

Dia menceritakan kisah yang pernah dia bentuk saat menjelang lelap. Lebih banyak tentang kesedihan. Saya dan teman-teman lain masuk dalam ruang imajinya. Kebanyakan dia membentuk kami (teman-temannya) akhirnya berbahagia. Sedang dia? Tetap tenggelam dalam kesedihan. Duh..kasihan sekali. Kami takjub, ternyata ada lagi kesamaan kami. Jangan-jangan di kehidupan sebelumnya kita ini terlahir kembar ya?
*nyengir kuda

Si kakak pernah bilang, katanya beberapa orang mengatakan hubungan saya dan si kakak itu unik.
Satu dua orang pernah bertanya, mengapa saya dan kakak tidak pacaran saja?
Saya langsung mesem. Bukan kegirangan dengan pertanyaan itu.

Sebutan kakak disini benar-benar murni, tulus. Saya menganggapnya kakak. Meski kami tidak dilahirkan dari rahim yang sama, namun saat ini bisa saya pastikan, hubungan kami benar-benar murni platonik. Tak ada rasa yang terlibat. Saya pernah menangis dalam pelukannya. Bayangkan, jika ada rasa diantara kami, sesudah adegan tangis peluk tentu aka nada rasa canggung. Namun bukan itu yang terjadi. Yang ada saya malah merasa bersalah telah memenuhi syal rajut miliknya dengan lendir ingus. Yiacks. Masih sambil sesegukan, saya berjanji akan mencuci syal penuh ingus dan campur air mata itu. Hahahaha

Bagaimana mungkin kami akan saling jatuh cinta? Lah wong tiap ketemu, kami selalu berebut cerita, tentang cinta setengah hati. Dia dengan dongeng saturnus dan saya dengan pemujaan akut pada seseorang tak penting yang seharusnya juga tak layak dipuja.

Jadi, jika yang membaca ini adalah perempuan yang diam-diam menyimpan rasa pada si kakak, tak usah khawatir. Tenang saja. Saya dan kakak tidak ada hubungan apa-apa kok. Sini, tinggal bilang saja pada saya, nanti saya bantu. Dengan senang hati.

Diperjalanan pulang menuju kost saya, kami berdebat soal siapa yang akan lebih sedih jika ditinggal mati oleh salah satu dari kami. Dia yang mulai.
“Kamu nanti akan menangis tidak jika aku mati?” tanyanya.
“Sedih iya,tapi gak tahu deh nangis apa nggak”, jawab saya. Itu jawaban bohong.

Ya iyalah, pasti aku nangis. Itu jawaban aku yang asli wahai kakak. Jangan tanya kenapa. Aku kan cengeng. Mengkhayal aja bisa bikin aku nangis, masa kamu mati aku gak nangis?
Jadi, tenang saja kakak. Jika kamu mati, sudah pasti akan ada orang yang menangisi kamu. Tak perlu khawatir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak