Kamis, 07 April 2011

Kenangan Kelabu


mengambil gambar di sini

I just wanna hold you
I just wanna kiss you
I just wanna love you all my life
I normally wouldn't say this but I just can't contain it
I want you here forever right here by my side


Itu petikan lagu by my side yang dinyanyikan David Choi. Saya tak tahu persis seberapa tenar dia dalam dunia musik. Saya juga tak tahu dia berasal dari mana. Yang saya tahu, suara-nya dalam lagu itu berhasil membolak-balikan hati. Mengingatkan saya pada tragedi patah hati.
Kejadiannya akhir November tahun 2010 lalu. Saya tak ingat tanggal persisnya. Baiklah, sebentar saya cek di facebook.

Mari kita mulai mendongeng pilu.

27 November 2010 kami, saya dan batu, memutuskan untuk mengakhiri semua.
Saya merasa baik-baik saja. Sedih pasti, namun jujur reaksi saya sangat jauh lebih baik dari yang saya duga. Tadinya saya berpikir, saat putus saya akan menangis meraung-raung, tak bisa tersenyum, meski sekedar senyum palsu, dan menjadi pendiam sangat hingga tak mau bertemu orang.
Ternyata yang terjadi justru lebih baik. Sangat jauh lebih baik malah. Saya merasa datar-datar saja. Merasa tidak terjadi apa-apa. Getas. Hambar.

Sampai dua hari setelah itu, kesadaran yang menyesakkan mulai menyeruak. Ternyata kesedihan yang begitu dalam justru akan terasa pelan-pelan namun menyakitkan. Di bawah sadar, kesedihan itu merasuk sukma. Menggerogoti tiap detik waktu yang ada. Datang bersama kesakitan luar biasa. Tak bisa dilihat, hanya bisa dirasa. Sesak.

Hari-hari di waktu itu sama sekali tak memiliki aspek bahagia. Semua rata menjadi kelabu. Semuanya bermanifesto dalam tindakan. Saya jadi banyak melakukan kesalahan yang seharusnya tak perlu. Berangkat pagi-pagi menuju kantor, malah nyasar ke Roxy, padahal kantor saya ada di Thamrin. Besoknya, saya pulang dari kantor menuju kost, malah nyasar sampai ke Serpong, padahal saya kost di kawasan Meruya. Tidak cukup rupanya. Besoknya, dengan bodoh saya meninggalkan sepatu di apartemen teman.

Awalnya, saya berpikir semua baik-baik saja. Sampai kesadaran menyeruak dengan keji. Saya terluka. Sebenar-benarnya terluka. Hingga kesedihan merasuk di alam bawah sadar.

Bahkan, saat merangkai bait-bait aksara ini, rasa sesak itu kembali menjelma. Padahal, peristiwa itu pun telah berlalu. Melintasi 131 putaran dalam hitungan hari. 4 bulan lebih.

Saya tidak tahu, berapa lama lagi putaran waktu yang saya butuhkan. Untuk menjadikan saya kembali utuh. Tidak terbelah.
Yang saya tahu, saat ini dia baik-baik saja. Harapan saya juga demikian tentu.

2 komentar:

  1. Been there done that.
    hampir sama persis. Saya jadi kesulitan untuk menemukan hal-hal menarik di sekeliling saya.

    tulisannya bagus banget. saya udah masuk ke page 2 dr blog ini dan masih terus menikmatinya:)

    BalasHapus
  2. Terima kasih Erik, komentar kamu bikin saya kembang kempis ke ge er an..

    BalasHapus

tinggalkan jejak